BAGIKAN
pixabay.com

Rumah Jepang cenderung kecil dan terletak berdekatan satu sama lain, entah di daerah perkotaan atau pedesaan. Namun, fitur kunci dari desain hunian tradisional Jepang adalah memastikan privasi, cahaya alami, perlindungan dari cuaca dan koneksi dengan alam sekitar – tidak peduli ukuran rumah atau lokasinya.

Meskipun kebanyakan orang Jepang di kota tidak mampu membeli rumah keluarga tunggal, apartemen mereka sering mengandung fitur tradisional, seperti bak perendaman dan pintu masuk step-up. Dan banyak rumah bergaya Barat di Jepang berisi satu kamar bergaya Jepang dengan lantai tatami. Elemen desain rumah tradisional Jepang, yang menjadi inspirasi bagi arsitek Barat, dapat ditemukan di seluruh dunia. Inilah konsep pentingnya.

1. Pintu gerbang sebagai entri

(Credit: Houzz)
Karena sebagian besar jalan perumahan di Jepang kurang trotoar, penggambaran antara ruang publik dan privat dimulai dari  gerbang properti. Pintu gerbang beratap tradisional di Kyoto ini memisahkan jalan dari tempat tinggal yang tersembunyi. Pohon ceri tua mengisyaratkan sebuah taman yang mengesankan di balik tembok pagar.

2. Properti berdinding

(Credit: Houzz)
Privasi dari rumah tetangga dicapai melalui dinding di garis properti. Blok beton adalah bahan yang paling umum untuk dinding, baik di kota maupun desa, namun beberapa rumah besar di Kyoto bermegah dinding batu yang berada di atasnya dengan pagar kayu. Dinding ini ditutup dengan wattle and daub.

3. Genting atap dengan atap yang lebar

(Credit: Houzz)
Jepang adalah negara hujan, dan atapnya dirancang untuk mengalirkan sejumlah besar air dari rumah. Atap memungkinkan penduduk membuka pintu eksterior untuk ventilasi tanpa membiarkan hujan. Rumah bertingkat dua di distrik Aoyama di Tokyo ini berada pada tempat yang sangat tidak biasa untuk pusat kota.

4. Penempatan yang optimal

(Credit: Houzz)
Rumah-rumah Jepang berada di sebelah utara-selatan, dengan kamar utama menghadap ke selatan, untuk memastikan sinar matahari yang stabil sepanjang hari. Pandangan – idealnya pegunungan atau air tapi lebih sering di kebun – sangat penting. Cahaya alam dianggap sebagai hak asasi manusia di Jepang bagi pemilik rumah dan penghuni apartemen.

5. Ruang transisi

(Credit: Houzz)
Ruang transisi antara luar dan dalam, genkan adalah tempat seseorang menukar sepatu luar untuk sandal (yang dilepas sebelum menginjak lantai tatami). Genkan pegang sepi sepatu serta benda dekoratif seperti keramik, bunga atau seni. Mereka mungkin termasuk atau menghadapi tokonoma (ceruk), di mana gulungan dan karya seni lainnya, serta ikebana (rangkaian bunga tradisional), akan ditampilkan.

6. Lorong eksterior

(Credit: Houzz)
Selain menghubungkan kamar, lorong-lorong luas yang dikenal sebagai engawa adalah titik transisi antara ruangan di dalam dan di luar. Pada bulan-bulan yang hangat, mereka berfungsi sebagai beranda; Sepanjang tahun mereka membiarkan cahaya dan udara.

7. Pintu geser

(Credit: Houzz)
Pintu louvered dan plester slitted windows (mushiko mado) ini khusus untuk Kyoto machiya (rumah tinggal tradisional).

8. Penghormatan terhadap kayu

(Credit : Houzz)
Kayu di rumah Jepang sering diwarnai tapi tidak pernah dicat, karena cat akan menutupi uratnya yang sangat berharga. Seluruh batang pohon bisa digunakan sebagai balok atap, sedangkan potongan kayu yang paling mahal, seringkali merupakan hiasan cemara Jepang yang apa adanya, didiamkan untuk tokonoma

9. Anyaman jerami

(Credit: Houzz)
Lantai Tatami, terbuat dari tenunan igusa (sejenis rumput), sejuk di musim panas dan hangat di musim dingin. Meski harganya mahal, itu berlangsung bertahun-tahun karena sepatu tidak pernah dipakai di dalam rumah. Tikar – tikar hadir dalam persegi panjang standar yang ujungnya terikat dalam kain hitam atau, jika rumah tangga yang kaya menggunakan kain brokat.

10. Ruang serbaguna

(Credit: Houzz)
Karena alas tidur tradisional (futon) dilipat dan disimpan di lemari di siang hari, satu ruangan besar bisa digunakan untuk duduk, makan dan tidur. Ruang yang fleksibel dan furnitur bergerak memungkinkan rumah-rumah kecil mengakomodasi keluarga dengan nyaman.

11. Mandi tradisional

(Credit : Houzz)
Di masa lalu, banyak orang Jepang mandi di tempat pemandian umum di lingkungan umum, karena hanya keluarga kaya yang mampu membayar biaya untuk mempertahankan furo, yang tidak hanya membutuhkan ruang tapi cukup bahan bakar untuk mempertahankan suhu air 100 sampai 108 derajat Fahrenheit (37,8 sampai 42,2 derajat Celsius ). Meski pemandian umum masih ada, mayoritas rumah Jepang memiliki furo sendiri, yang hanya digunakan untuk perendaman. (Semua penyemprotan dan pembilasan terjadi di luar bak mandi dengan menggunakan pancuran genggam atau ember.) Mandi tetap merupakan ritual sehari-hari yang penting di Jepang.

12. Transisi minimal di dalam ruangan dan di luar

(Credit : Houzz)
Akses ke luar ruangan – sebuah konsep yang dibantu dengan pintu geser dan pintu geser yang mudah dibuka – sangat penting dalam desain Jepang. Estetika indoor-outdoor ini sangat mempengaruhi arsitek modernis di California dan di seluruh dunia. Di foto kedai teh tradisional di Museum Nezu di Tokyo, hanya ada sebuah jalan sempit di bawah atap yang memisahkan rumah dari taman megah dan luas.