BAGIKAN
philEOS/pixabay

Sebagai spesies, manusia cenderung menerima begitu saja bahwa kita adalah satu-satunya yang hidup dan tinggal dalam komunitas yang ada di bumi ini, menggunakan alat, dan mengubah lansekap sekitar kita untuk memenuhi kebutuhan kita. Ini juga merupakan kesimpulan sejak zaman terdahulu bahwa dalam sejarah planet Bumi, manusia adalah satu-satunya spesies yang dapat mengembangkan mesin, otomatisasi, listrik, dan komunikasi massa, dengan kata lain kitalah satu-satunya yang memiliki keunggulan dalam peradaban industri.

Tetapi bagaimana jika seandainya peradaban industri lain telah hadir di Bumi saat jutaan tahun yang lalu? Akankah kita dapat menemukan bukti itu dalam catatan geologis hari ini? Dengan memeriksa dampak dari peradaban industri di Bumi, sepasang peneliti melakukan penelitian yang mempertimbangkan bagaimana peradaban semacam itu dapat ditemukan dan bagaimana hal ini dapat memiliki implikasi dalam pencarian kehidupan di luar bumi.

Studi tersebut yang baru-baru ini muncul secara online dengan judul “The Silurian Hypothesis: Would it be possible to detect an industrial civilization in the geological record”, dilakukan oleh Gavin A. Schmidt seorang ahli klimatologi dengan NASA Goddard Institute for Space Studi (NASA GISS) dan Adam Frank seorang astronom dari University of Rochester.

Seperti yang mereka tunjukkan dalam penelitiannya, pencarian kehidupan di planet lain sering melibatkan analogi-Bumi untuk melihat seperti apa kondisi yang memungkinkan kehidupan di planet lain tersebut. Dengan demikian, pemburuan ini juga berujung kepada pencarian kecerdasan ekstra-terestrial (SETI) yang akan mampu berkomunikasi dengan kita. Secara alami diasumsikan bahwa apapun peradabannya saat itu akan berkembang melalui era industrial terlebih dahulu.

Hal ini pada gilirannya memunculkan pertanyaan tentang “seberapa sering suatu peradaban industri dapat berkembang”, yang oleh Schmidt dan Frank disebut sebagai “Hipotesis Silurian”. Tentu saja ini menimbulkan beberapa kerumitan karena manusia beserta kemanusiaannya adalah satu-satunya contoh dari spesies yang mempunyai peradaban industri yang kita ketahui. Selain itu, peradaban industri hanya terjadi selama beberapa abad terakhir saja – hanya sebagian kecil saja dari keberadaannya sebagai suatu spesies dan sebagian kecil dari waktu semenjak kehidupan yang kompleks telah ada di Bumi.

Demi penelitian mereka, tim pertama kali mencatat pentingnya pertanyaan ini untuk Persamaan Drake. Sebagai garis besarnya, teori ini menyatakan bahwa jumlah peradaban (N) di galaksi kita yang mungkin kita bisa berkomunikasi dengannya, adalah sebanding dengan tingkat rata-rata pembentukan bintang (R *), fraksi-bintang yang memiliki planet ( f p ), jumlah planet yang dapat mendukung kehidupan ( n e ), jumlah planet yang akan mengembangkan kehidupan ( f 1 ), jumlah planet yang akan mengembangkan kehidupan cerdas ( f i ), jumlah peradaban yang akan mengembangkan teknologi transmisi ( fc), dan lamanya waktu peradaban ini harus mengirimkan sinyal ke ruang angkasa ( L ).

Ini dapat dinyatakan secara matematis seperti: N = R * xf p xn e xf l xf i xf c x L

Persamaan Drake, sebuah rumus matematika untuk probabilitas menemukan kehidupan atau peradaban maju di alam semesta. [Credit: Universitas Rochester]

Seperti yang mereka tunjukkan dalam studi mereka, parameter dari persamaan ini dapat berubah berkat penambahan Hipotesis Silurian, serta survei exoplanet terbaru:

“Jika selama keberadaan sebuah planet ada banyak peradaban industri yang dapat muncul selama rentang waktu adanya bentuk kehidupan, nilai fc mungkin dapat lebih besar dari satu. Ini adalah masalah yang sangat penting mengingat perkembangan terbaru dalam astrobiologi di mana tiga istilah pertama, yang semuanya melibatkan pengamatan astronomi murni, kini telah sepenuhnya ditentukan. Sekarang jelaslah bahwa sebagian besar bintang memiliki planet-planet. Dan banyak dari planet-planet itu akan berada di zona layak huni bintang tersebut”

Singkatnya, berkat perbaikan dalam instrumentasi dan metodologi, para ilmuwan telah mampu menentukan tingkat di mana bintang terbentuk di galaksi kita. Selanjutnya, survei terbaru untuk planet-planet diluar tata surya telah menyebabkan beberapa astronom memperkirakan bahwa galaksi kita dapat mengandung sebanyak 100 miliar planet yang berpotensi untuk dihuni. Jika bukti adanya suatu peradaban lain dapat ditemukan dalam sejarah Bumi, itu akan semakin membatasi Persamaan Drake.

Mereka kemudian membahas kemungkinan konsekuensi geologis dari peradaban industri manusia dan kemudian membandingkan jejak- jejak tersebut dengan peristiwa – peristiwa yang berpotensi serupa dalam catatan geologis, termasuk pelepasan anomali isotop karbon, oksigen, hidrogen dan nitrogen, yang merupakan hasil dari emisi gas rumah kaca dan pupuk nitrogen. Seperti yang mereka tunjukkan dalam studi mereka:

“Sejak pertengahan abad ke-18, manusia telah melepaskan lebih dari 0,5 triliun ton karbon melalui pembakaran batu bara, minyak dan gas alam, dengan kecepatan lebih cepat daripada pelepasan karbon melalui sumber – sumber alamiah. Selain itu, telah terjadi deforestasi yang semakin luas dan penambahan karbon dioksida ke udara melalui pembakaran biomassa.”

Berdasarkan catatan fosil, 250 juta tahun yang lalu lebih dari 90% dari semua spesies di Bumi mati, secara efektif mengatur ulang evolusi. [Credit: Lunar and Planetary Institute]

Mereka juga mempertimbangkan peningkatan laju aliran sedimen di sungai dan pengendapannya di lingkungan pesisir, sebagai hasil dari proses pertanian, penggundulan hutan, dan penggalian kanal. Penyebaran hewan peliharaan, hewan pengerat dan hewan kecil lainnya juga dipertimbangkan – sebagaimana punahnya spesies hewan tertentu – sebagai akibat langsung dari industrialisasi dan pertumbuhan kota.

Kehadiran bahan sintetis, plastik, dan unsur radioaktif (yang disebabkan oleh tenaga nuklir atau pengujian nuklir) juga akan meninggalkan tanda pada catatan geologi, yang dalam kasus isotop radioaktif kadang-kadang selama jutaan tahun. Akhirnya, mereka membandingkan peristiwa tingkat kepunahan di masa lalu untuk menentukan bagaimana mereka akan membandingkan dengan peristiwa hipotetis di mana peradaban manusia runtuh. Saat mereka menyatakan:

“Kelas peristiwa paling jelas dengan kemiripan semacam itu adalah hipertermal, terutama Paleosen-Eosen Termal Maksimum (56 Ma), dan ini juga mencakup peristiwa hipertermal yang lebih kecil, peristiwa anoksia laut di zaman Cretaceous dan Jurassic, dan peristiwa – peristiwa yang signifikan (jika dapat dikarakteristikan) pada zaman Paleozoikum.”

Kejadian-kejadian ini secara khusus dipertimbangkan karena bertepatan dengan kenaikan suhu, peningkatan karbon dan isotop oksigen, peningkatan sedimen, dan menipisnya oksigen lautan. Peristiwa yang memiliki penyebab yang sangat jelas dan berbeda, seperti peristiwa kepunahan Cretaceous-Paleogene (disebabkan oleh dampak asteroid dan vulkanisme besar) atau batas Eosen-Oligosen (permulaan glasiasi Antartika) tidak dipertimbangkan.

Menurut tim, peristiwa yang mereka pertimbangkan (dikenal sebagai “hyperthermals”) menunjukkan kemiripan dengan ‘sidik jari’ Anthropocene yang mereka identifikasi. Secara khusus, menurut penelitian yang dikutip oleh penulis, Paleocene-Eosen Termal Maksimum (PETM) menunjukkan tanda-tanda yang bisa konsisten dengan perubahan iklim anthorpogenic. Hal ini termasuk:

” Urutan peristiwa yang menarik yang berlangsung 100-200 ribu tahun dan melibatkan input yang cepat (mungkin kurang dari 5 ribu tahun) dari karbon eksogen ke dalam sistem, mungkin terkait dengan intrusi Provinsi Igneous Amerika Utara menjadi sedimen organik. Temperatur naik 5-7 oC (berasal dari beberapa proksi), dan ada lonjakan negatif dalam isotop karbon (> 3%), dan penurunan ketersediaan karbonat di lautan bagian atas.”

Akhirnya, tim tersebut membahas beberapa arah penelitian yang mungkin yang dapat meningkatkan batasan pada pertanyaan ini. Hal ini mereka klaim, dapat terdiri dari “eksplorasi lebih dalam dari anomali unsur dan komposisi dalam sedimen yang masih ada dalam peristiwa sebelumnya”. Dengan kata lain, catatan geologis untuk peristiwa kepunahan ini harus diperiksa dengan lebih seksama untuk anomali – anomali yang dapat dikaitkan dengan peradaban industri.

Jika ada anomali yang ditemukan, mereka lebih lanjut merekomendasikan bahwa catatan fosil spesies yang dimaksud dapat diperiksa yang nantinya akan memunculkan pertanyaan tentang bagaiman akhir dari nasib mereka. Tentu saja, mereka juga mengakui bahwa lebih banyak lagi bukti yang diperlukan sebelum Hipotesis Silura dapat dianggap layak. Sebagai contoh, banyak peristiwa masa lalu di mana Perubahan Iklim mendadak terjadi telah dikaitkan dengan perubahan aktivitas vulkanik / tektonik.

Kedua, ada fakta bahwa perubahan dalam iklim kita saat ini terjadi lebih cepat daripada pada periode-periode geologis sebelumnya. Namun sulit untuk mengatakan dengan pasti karena ada batasan ketika menyangkut kronologi catatan geologis. Pada akhirnya, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan berapa lama peristiwa kepunahan (yang bukan karena sebab tubrukan) itu terjadi di masa yang lalu.

Di luar Bumi, penelitian ini mungkin juga memiliki implikasi untuk studi kehidupan masa lalu di planet seperti Mars dan Venus. Di sini juga, para penulis menyarankan bagaimana eksplorasi keduanya dapat mengungkap keberadaan peradaban masa lalu, dan mungkin bahkan meningkatkan kemungkinan penemuan bukti peradaban masa lalu di Bumi.

“Kami mencatat di sini bahwa banyak bukti terdapat air permukaan di iklim Mars kuno (3,8 milyar tahun lalu), dan spekulasi bahwa Venus awal (2 milyar tahun hingga 0,7 milyar tahun yang lalu) dapat dihuni (karena cahaya matahari yang redup dan atmosfer CO2 yang lebih rendah) telah didukung oleh studi pemodelan baru-baru ini.” kata mereka. “Dapat dibayangkan, di masa depan operasi pengeboran di kedalaman dapat dilakukan di planet- planet tersebut untuk mengetahui sejarah geologi mereka. Ini akan membatasi pertimbangan tentang bagaimana jejak – jejak kehidupan yang mungkin ada, atau bahkan mungkin suatu peradaban yang terorganisir ”

Dua aspek kunci dari Persamaan Drake, yang membahas kemungkinan penemuan kehidupan di suatu tempat lain di galaksi, adalah banyaknya bintang dan planet di luar sana dan lamanya waktu suatu kehidupan harus berevolusi. Sampai saat ini, telah diasumsikan bahwa satu planet akan menimbulkan satu spesies cerdas yang mampu menggunakan teknologi dan komunikasi canggih. Tetapi jika angka ini terbukti lebih banyak, bisa jadi kita mungkin akan menemukan galaksi yang penuh dengan peradaban, baik dulu maupun sekarang. Dan siapa yang tahu? Sisa-sisa peradaban non-manusia yang dulu lebih maju dan hebat mungkin telah terkubur di bawah telapak kaki kita!