BAGIKAN
(Pexels)

Bangkitnya kekaisaran Romawi disebabkan oleh jatuhnya Republik Romawi. Awalnya, dipicu oleh kematian Julius Caesar akibat pembunuhan pada tahun 44 SM sehingga terjadi perebutan kekuasaan.

Sejarah mencatat bahwa periode tersebut juga ditandai dengan keanehan yang terlihat di langit pada saat itu. Temperatur udara turun secara signifikan, bencana kelaparan menyebar di seluruh negeri – sebuah studi terbaru memperkirakan rentetan kejadian tersebut disebabkan oleh sebuah peristiwa letusan besar gunung berapi yang terjadi di Alaska.

Hasil penelitian ini telah dipublikasikan dalam Proceeding of the National Academy of Sciences pada hari Senin lalu. 

Sebuah tim internasional yang terdiri dari ilmuwan dan ahli sejarah melakukan analisis pada abu vulkanik (tephra) yang ditemukan di dalam sampel inti es di wilayah Arktik, Kutub Utara, yang diperkirakan berhubungan dengan sebuah misteri periode iklim ekstrim yang terjadi di wilayah Mediterania dan terbentuknya kawah akibat letusan gunung Okmok di Alaska pada tahun 43 SM.

“Untuk menemukan bukti yang menghubungkan sebuah letusan gunung berapi yang terjadi di sisi lain dari Bumi yang berkontribusi pada peristiwa jatuhnya Romawi dan Mesir serta bangkitnya kekaisaran Romawi, sangatlah menarik.” Kata Joe McConnel, penulis utama artikel penelitian ini, dari Desert Research Institute (DRI), di Reno, Nevada.

Menurut catatan sejarah, bangkitnya kekaisaran Romawi juga mengakhiri berkuasanya dinasti Ptolemaic, Pharaoh Mesir terakhir.

Mc Connel menambahkan bahwa apa yang mereka temukan dari penelitian ini menunjukkan bagaimana beberapa peristiwa yang terjadi di dunia pada 2000 tahun yang lalu, ternyata saling berhubungan satu sama lain.

McConnel dan peneliti dari Swiss, Michel Sigl memulai penelitian mereka dengan menganalisis material lapisan debu yang terawetkan, yang ditemukan pada sebuah sampel inti es setahun yang lalu.

Mereka juga melakukan analisis terbaru pada sampel-sampel inti es yang ditemukan di wilayah Greenland hingga Rusia, dan beberapa sampel diambil dari tahun 1990-an dan disimpan dalam ruang penyimpanan.

Mereka berhasil memisahkan dua peristiwa erupsi gunung berapi yang berbeda, sebuah letusan gunung yang sangat kuat tetapi terlokalisir dan terjadi dalam waktu yang singkat, kemudian diikuti oleh ledakan yang jauh lebih kuat, dan letusan susulan terus terjadi pada tahun 43 SM, hujan material vulkanik terus berlangsung hingga lebih dari dua tahun lamanya.

Hasil analisis geokimia pada sampel debu vulkanik yang ditemukan pada es yang berasal dari letusan kedua, sangatlah cocok dengan peristiwa letusan gunung Okmok di Alaska, salah satu letusan gunung terbesar yang terjadi dalam 2500 tahun terakhir.

Tim peneliti mengumpulkan lebih banyak lagi bukti pendukung dari seluruh penjuru dunia, dari sampel cincin pohon yang menjadi dasar catatan iklim di wilayah Skandinavia hingga struktur gua di wilayah utara China.

Para peneliti kemudian membuat sebuah model iklim berdasarkan data-data tersebut dan ditemukan bahwa masa setelah letusan gunung berapi tersebut, merupakan masa paling dingin di wilayah belahan bumi utara selama 2500 tahun.

Temperatur rata-rata musiman setelah terjadinya letusan gunung berapi pada saat itu mencapai tujuh derajat Celcius dibawah normal pada musim panas dan musim gugur. Dan curah hujan pada musim gugur mencapai 400 persen lebih tinggi dari normal di wilayah Eropa Utara.

“Pada wilayah Mediterania, kondisi iklim yang basah dan sangat dingin selama masa bercocok tanam yang berlangsung dari musim semi hingga musim gugur tentunya berakibat pada berkurangnya hasil panen dan menimbulkan masalah suplai bahan makanan selama masa pergolakan politik yang berkecamuk pada masa itu,” kata Andrew Wilson, seorang arkeolog klasik dari University of Oxford.

Peristiwa ini juga bertepatan dengan gagalnya sungai Nil di Mesir untuk mengairi daratan dan merebaknya wabah penyakit serta kelaparan, Joe Manning, ahli sejarah dari Yale university menambahkan.

Peristiwa letusan gunung berapi ini juga bisa menjelaskan fenomena tidak biasa di atmosfer pada saat itu yang tercatat dalam sejarah. Seperti terlihatnya halo matahari, cahaya matahari yang meredup di langit dan terlihatnya tiga buah matahari di langit – yang dikenal dengan fenomena Sun Dog.

Para peneliti juga menambahkan bahwa bisa saja fenomena-fenomena yang terjadi setelah letusan gunung berapi di Alaska juga disebabkan oleh letusan gunung Etna pada tahun 44 SM.

Mc Connel mengatakan bahwa banyak faktor yang ikut berkontribusi pada jatuhnya Republik Romawi dan kerajaan Ptolemaic. Dan penelitian ini berhasil mengungkap fakta, bahwa peristiwa letusan gunung Okmok juga memainkan peranan penting dan mungkin dapat menjawab teka-teki yang selama ini belum bisa dipecahkan oleh para ahli sejarah.