BAGIKAN
(Indianexpress)

Sebuah uji klinis yang dilakukan di Inggris menunjukkan bahwa satu jenis obat jenis steroid berharga murah dan telah dipasarkan dengan luas ternyata mampu mengurangi angka kematian pasien COVID-19 secara signifikan.

Para peneliti menemukan obat jenis steroid dexamethasone terbukti mengurangi angka kematian pasien kritis yang memerlukan ventilator hingga satu pertiga jumlahnya. Dan juga mengurangi angka kematian hingga 20 persen pada pasien-pasien COVID-19 yang memerlukan bantuan oksigen untuk bernafas.

“Dexamethasone adalah jenis obat pertama yang mampu meningkatkan angka ketahanan hidup pasien COVID-19,” kata Petra Horbuy, seorang professor penyakit infeksi dari University of Oxford yang merupakan salah satu peneliti utama dari trial klinis ini. “Dan hasil ini sangat diterima.”

Dia mengatakan pada BBC bahwa hasil trial ini merupakan, “sebuah terobosan besar.”

Para peneliti mengatakan bahwa obat steroid ini harus digunakan secara luas untuk pengobatan pasien-pasien virus corona, berdasarkan hasil penelitian mereka.

Trial ini, yang dikenal dengan Randomised Evaluation of COVID-19 (evaluasi random pengobatan COVID-19), dimulai pada bulan Maret lalu.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji berbagai jenis pengobatan untuk COVID-19, dan dilakukan pada 11.500 pasien di Inggris. Dalam trial klinis tersebut, 2.104 pasien secara random diberikan 6 miligram dexamethasone satu kali sehari selama 10 hari. Hasil dari trial ini dibandingkan dengan 4.321 pasien yang tidak menerima dexamethasone.

Dan hasil trial klinis ini menunjukkan bahwa dexamethasone dapat meningkatkan ketahanan terhadap penyakit pada pasien-pasien kritis yang membutuhkan ventilator dan oksigen. Untuk pasien-pasien yang tidak membutuhkan alat bantu pernafasan, obat steroid ini tidak memberikan manfaat apapun.

“Ini adalah sebuah terobosan yang sangat besar dari penelitian kami dalam menangani pasien dengan COVID-19, baik di Inggris dan seluruh dunia,” kata direktur medis NHS, Stephen Powis dalam sebuah pernyataan.

Powis mengucapkan terimakasih pada para staf NHS dan pasien yang ikut berpartisipasi pada trial ini sehingga kini mereka bisa menggunakan dexamethasone pada para pasien kritis COVID-19 yang membutuhkan ventilator atau oksigen dan terbukti secara dramatis dapat meningkatkan kemampuan para pasien tersebut untuk bertahan hidup.

Beberapa jam setelah hasil penelitian ini diumumkan, NHS menyatakan telah memberikan otorisasi secara cepat untuk penggunaan dexamethasone sebagai pengobatan standar bagi pasien-pasien COVID-19.

“Mulai hari ini, dexamethasone akan dimasukkan dalam pengobatan standar untuk COVID-19, untuk membantu ribuan jiwa yang saat ini tengah berjuang melawan virus ini,” Mark Hancock, sekretaris negara bidang kesehatan Inggris mengumumkan.

Persetujuan penggunaan obat ini diberikan sebelum data penelitian diterbitkan pada sebuah jurnal peer review. Beberapa dokter mengkhawatirkan begitu cepatnya publikasi hasil penelitian ini melalui press release.

Publikasi penelitian ini tidak menyertakan informasi tentang frekuensi dan efek samping dari pemakaian obat steroid ini.

Penggunaan obat ini selama 10 hari justru akan meningkatkan resiko infeksi, kata Dr. Taison Bell, dokter penyakit infeksi dan penanganan penyakit kritis dari University of Virginia pada sebuah wawancara hari Selasa lalu. Bell juga mengatakan bahwa dia masih harus melihat keseluruhan data dari penelitian ini untuk melihat apakah para para pasien yang ikut dalam trial ini mengalami delirium, salah satu efek samping dari obat ini.

Walaupun banyak pertanyaan tentang penelitian ini yang belum terjawab, Bell mengatakan rumah sakit tempatnya bekerja juga mempertimbangkan untuk menggunakan obat ini sebelum data keseluruhan didapatkan, karena situasi darurat pandemi. Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian sebelumnya untuk penanganan penyakit acute respiratory distress syndrome (ARDS) dengan menggunakan obat jenis steroid.

“Hasil trial ini kurang lebih sejalan dengan pengalaman kami dalam penggunaan obat steroid untuk pasien dengan penyakit ARDS parah,” kata Bell.