BAGIKAN
Credit: National Cancer institute/unsplash

Ada beberapa informasi tentang COVID-19 yang mungkin anda telah dengar. Salah satunya yang menyebutkan bahwa mereka yang memiliki golongan darah A lebih cenderung untuk terinfeksi oleh virus corona baru. Apakah informasi ini bisa dipercaya dan apakah anda perlu merubah kebiasaan anda?

Informasi ini didapatkan dari hasil sebuah penelitian, tetapi belum menjalani proses “peer review’ atau pemeriksaan oleh sejawat. Hasil penelitian tersebut bisa diakses di medRxiv. Dalam situasi pandemi yang terus berkembang dengan cepat, informasi dari hasil studi yang belum menjalani proses peer review bukanlah hal yang buruk, tetapi ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan.

Penelitian ini dilakukan oleh para peneliti yang berasal dari China pada 2.173 orang pasien yang terinfeksi COVID-19 dari tiga buah rumah sakit di Wuhan dan Shenzhen.



Tim peneliti mengamati distribusi golongan darah pada populasi normal di setiap area, dan kemudian membandingkannya dengan sampel pasien dengan virus di setiap area tersebut.

“Hasil meta analisis dari data yang terlihat pada kelompok golongan darah A menunjukkan adanya resiko lebih tinggi untuk COVID-19 bila dibandingkan dengan kelompok golongan dari nonA,” para peneliti menuliskan dalam laporan hasil penelitian mereka.

“Sedangkan kelompok golongan darah O secara signifikan memiliki resiko lebih rendah terinfeksi penyakit ini bila dibandingkan dengan kelompok golongan darah non-O.”

Dalam penelitian ini, populasi normal di Wuhan terdiri dari 31 persen golongan darah A, 24 persen golongan darah B, 9 persen golongan darah AB dan 34 persen golongan darah O. 

Dan pada pasien dengan virus, terdiri dari 38 persen golongan darah A, 26 persen golongan darah B, 10 persen golongan darah AB, dan 25 persen golongan darah O. Perbedaan komposisi yang sama juga teramati pada kota Shenzhen.

Seperti yang bisa kita ketahui, persentase antara populasi normal dan mereka yang terinfeksi virus terdapat beberapa perbedaan, tetapi tidak berarti pada orang-orang yang memiliki golongan darah O lebih imun dari lainnya, dan semua yang terinfeksi memiliki golongan darah A. tidak seperti itu.



Jadi, secara relatif terdapat sedikit perbedaan, jika dilakukan penelitian yang sama dengan jumlah data yang lebih besar, mungkin bisa membuat kita sedikit merubah cara kita dalam menangani penyebaran penyakit, tetapi tidak berpengaruh pada apa yang harus kita lakukan secara individual dalam mengurangi penyebaran virus ini.

Hasil studi ini mungkin bisa mengangkat isu menarik tentang bagaimana golongan darah kita bisa mempengaruhi jenis virus tertentu ketika menginfeksi diri kita.

Darah manusia dikategorikan dalam banyak versi, tetapi yang paling familiar bagi semua orang adalah kategorisasi golongan darah ABO. Penggolongan ini didasarkan pada molekul-molekul tertentu atau antigen pada permukaan sel darah kita (seperti yang terlihat pada diagram di bawah ini).

(InvictaHOG/Wikimedia/Public Domain)


Penggolongan darah ini sangat diperlukan ketika melakukan transfusi darah, karena sistem imun kita melihat golongan darah yang berbeda sebagai musuh.

Dan kita juga telah mengetahui bahwa beberapa jenis virus, contohnya norovirus, orang-orang dengan golongan darah tertentu sangat rentan terinfeksi jenis virus ini.

Norovirus adalah flu perut yang biasanya menginfeksi sistem pencernaan manusia. Antigen pada sel-sel darah manusia juga berada pada permukaan sel yang ada pada usus, dan norovirus membutuhkan jenis antigen tertentu sebagai inang.

Tidak semua orang menjadi rentan pada norovirus ini. Ilmuwan bidang mikrobiologi, Patricia Foster menulis pada artikel di the conversation, “Ketika timbul suatu wabah, sebagai contoh, pada sebuah kapal pesiar, setidaknya sepertiga dari keseluruhan penumpang akan terhindar dari wabah tersebut.”

Karena mereka tidak mengetahui alasan yang mendasari kekebalan seseorang terhadap infeksi virus tertentu, mungkin sebagian orang akan percaya pada alasan-alasan non logis, seperti, “Saya tidak menjadi sakit karena saya minum banyak jus buah anggur”. Tentu saja pola pemikiran ini tidak berlaku jika wabah lainnya terjadi.

Jadi,apakah coronavirus juga berpengaruh pada golongan darah manusia, Pada titik ini, kita masih belum mengetahuinya.

Para penulis laporan ilmiah ini masih belum yakin, tetapi mereka mengatakan bahwa mungkin ada hubungannya dengan antibodi anti-A yang dimiliki oleh golongan darah B dan O.

Dan semua itu hanyalah hipotesis belaka, untuk saat ini. Sampai kita bisa mengetahui lebih banyak lagi.

Mempelajari hasil penelitian ini adalah contoh yang baik tentang bagaimana kita menelaah sebuah informasi baru tentang virus setiap hari. Saat ini vaksin untuk COVID-19 tengah menjalani tahapan trial pada manusia, dan banyak hal yang harus kita lakukan untuk “melandaikan kurva”. Kini pandemi virus ini telah menghentikan banyak hal di dunia, masyarakat dunia saling membantu dalam menghadapi masalah ini.

Hasil risat ini dipublikasikan pada medRxiv.