BAGIKAN
(Ciprian Sam/Unsplash)

Bagi anak-anak, hidup penuh dengan pengalaman baru. Para peneliti baru-baru ini menambahkan satu lagi tahapan penting yang harus dilalui anak-anak dalam hidupnya, yaitu perubahan dramatis dari fungsi otak mereka, dimana diperlukan banyak waktu tidur untuk menyempurnakan proses tersebut.

Hasil penelitian selama beberapa dekade menemukan pentingnya tidur untuk perkembangan serta pemeliharaan fungsi otak. Dan menurut hasil penelitian terbaru yang telah dipublikasikan dalam Science Advances, perubahan fungsi otak tersebut berlangsung dramatis pada rentang usia tertentu.

Bahkan ketika kita sedang tidur sekalipun, otak kita terus bekerja. Hipotesis terbaru mengemukakan bahwa selama waktu yang kita habiskan untuk tidur, otak kita melakukan perbaikan, menyingkirkan zat-zat racun atau melakukan pembelajaran dan memperbaiki kemampuannya. Untuk dapat mempelajari lebih jauh, tim peneliti menggunakan banyak sumber data, seperti waktu total tidur, waktu tidur REM (Rapid Eye movement) atau tidur bermimpi, volume materi putih yang mewakili sel-sel saraf yang dilapisi oleh protein khusus yang disebut dengan myelin, dan ukuran otak.



Tim peneliti menemukan bahwa perubahan besar fungsi otak ketika tidur terjadi pada usia 2,4 tahun. Hingga usia tersebut, otak pada bayi dan anak-anak melakukan perbaikan selama fase tidur REM. Setelah usia tersebut, perubahan terjadi pada fase tidur non-REM (non-Rapid Eye Movement) atau tidur ayam. Para peneliti meyakini bahwa selama waktu itulah otak melakukan pekerjaan utamanya, yaitu membersihkan dan memperbaiki dirinya sendiri.

“Sangat mengejutkan melihat betapa besarnya perubahan terjadi selama kurun waktu yang cukup singkat tersebut, perubahan ini terjadi ketika kita masih sangat kecil,” kata peneliti senior Van Savage, seorang profesor ilmu ekologi dan evolusi biologi dan pengobatan komputasi dari UCLA. “Perubahan ini dianalogikan seperti ketika air membeku dan berubah menjadi es.”

Menurut para peneliti, bayi-bayi yang baru lahir tidur dalam fase REM selama 50 persen dari waktu mereka setiap hari. Dan hingga mereka mencapai usia 10 tahun, hanya seperempat waktu tidur mereka yang berada pada fase REM dan terus menurun seiring bertambahnya usia. Orang dewasa yang berusia lebih dari 50 tahun, hanya menghabiskan 15 persen dari waktu tidurnya berada pada fase REM.

“Tidur sama pentingnya seperti makanan,” kata peneliti Gina Poe, professor ilmu biologi integratif dan psikologi. “Dan sangat menakjubkan bagaimana waktu tidur selaras dengan kebutuhan sistem saraf kita. Dari hewan ubur-ubur, burung hingga ikan paus, semuanya butuh tidur. Dan ketika kita tidur, otak kita tidak pernah beristirahat.”



Tim peneliti mengumpulkan data yang hasil penelitian yang dilakukan pada manusia dan hewan, dan mereka menemukan kesamaan antara manusia dan jenis mamalia lainnya. Tim peneliti meyakini masih dibutuhkan penelitian lanjutan untuk memahami lebih baik bagaimana proses perubahan aktivitas otak terjadi selama waktu tidur.

“Saya sangat tertarik untuk melihat apakah perubahan ini juga terjadi pada jenis mamalia lainnya,” kata peneliti Dr. Junyu Cao, dari University of Texas, Austin.

Hasil penelitian terbaru menunjukkan bahwa kurangnya waktu tidur memegang peranan penting atas terjadinya kelainan kognitif pada otak, demensia, diabetes dan obesitas.

“Saya melawan kantuk dan memaksakan diri untuk terjaga sepanjang waktu malam ketika kuliah, dan kini saya menyadari apa yang saya lakukan saat itu adalah sebuah kesalahan,” Savage menambahkan. “Saya akan lebih memilih tidur nyenyak di malam hari. Dan kini, ketika saya merasa lelah, saya tidak akan tertidur dengan perasaan bersalah.”