BAGIKAN
Photo by Jessica Knowlden on Unsplash

Ada hari-hari ketika hujan turun dengan damai dan lembut membasahi Bumi. Tetapi ada pula hari-hari di mana hujan turun sangat lebat disertai cahaya kilat dan gemuruh petir.

Berdiri di luar di tengah hujan yang turun dengan sangat lebat terasa bagai kan terselubungi oleh sebuah handuk basah yang berat. Hujan badai seperti ini dapat menyebabkan bencana banjir serta kerusakan besar.

Apa yang menyebabkan adanya perbedaan curah hujan?

Semua hujan yang turun terjadi akibat dua faktor: kelembaban udara – yang akan membentuk awan – dan aliran udara. Ketika udara yang mengandung air bergerak naik menuju awan, udara akan mendingin dan kandungan air di dalamnya berubah menjadi tetesan air yang sangat kecil.



Hal yang sama terjadi ketika kita melihat nafas kita di udara yang sangat dingin. Perubahan temperatur dari hangat menjadi sejuk menyebabkan terbentuknya droplet air dari hembusan nafas kita.

Pada awan, tetesan kecil hujan sangat ringan sehingga dapat mengambang di udara ketika terangkat oleh aliran udara yang bergerak ke atas. Dan semakin tinggi, tetesan hujan tersebut menjadi semakin besar dan berat. Akhirnya ketika tetesan air menjadi sangat berat, mereka akan turun ke Bumi sebagai hujan.

Udara yang dingin menahan lebih sedikit kelembaban dibandingkan udara hangat, sehingga awan-awan yang terbentuk pada musim dingin tidak banyak mengandung air. Awan-awan tersebut lebih tipis dan berlapis, tidak berbentuk besar, tinggi dan mengandung banyak air.

Karena udara dingin cenderung untuk berada dekat dengan permukaan, sangat sulit bagi udara tersebut untuk bergerak naik dengan cepat. Jadi, awan-awan musim dingin hanya sedikit terangkat oleh aliran udara.

Dan ketika aliran udara yang bergerak lambat ini sampai pada lapisan tipis awan yang tidak banyak mengandung air di dalamnya, terbentuklah titik-titik hujan yang kecil. Gaya gravitasi dengan mudah menarik titik-titik hujan tersebut melawan aliran udara ke atas sebelum mereka berubah menjadi berat dan besar. Dan ketika terlihat awan tipis di langit dan udara bergerak dengan lambat, akan turun hujan yang tenang dan damai.

Hujan lebat disertai kilat dan petir terbentuk ketika ada udara sangat lembab dan bergerak sangat cepat ke atas, dengan kecepatan mencapai 30 hingga 40 mil per jam (48-64 kilometer per jam). Udara hangat mampu menahan air lima kali lebih banyak dibandingkan awan musim dingin. 

Kondisi tersebut membentuk awan yang tebal dan tinggi dan mengandung banyak air. Tetesan air terbentuk dengan cepat ketika aliran udara bergerak ke atas menembus awan. Dan karena angin bertiup ke atas dengan kencangnya, tetesan air terbentuk dalam ukuran yang sangat besar sebelum akhirnya gaya gravitasi menarik mereka turun ke Bumi.



Dan ketika angin tidak mampu lagi menahan berat dari tetesan air yang semakin besar, aliran angin menjadi kolaps, dan dan tetesan air di awan menjadi pecah seketika. Peristiwa ini dikenal dengan hujan badai musim panas.

Hujan badai dapat terjadi dengan curah hujan sebesar satu, dua atau tiga inchi selama kurang dari satu jam. Hujan yang lebat yang turun secara tiba-tiba dikenal dengan istilah ‘cloudburst’ yang berpotensi menyebabkan banjir, dimana daratan tidak dapat lagi menampung curahan air sehingga melimpah ke permukaan.

Dan untungnya, hujan badai ini, walaupun berpotensi merusak, tetapi hanya berlangsung dalam waktu yang singkat. Ketika hujan turun dari awan dan menahan aliran udara ke atas, awan-awan tersebut lama kelamaan menghilang dan seringkali anda akan melihat langit biru yang indah sesudahnya.

Dan tentu saja musim dingin juga dapat menghasilkan badai yang kuat juga, terutama di atas air laut yang hangat. Dan ketika badai musim dingin berkekuatan besar menurunkan hujan yang sangat lebat, prinsip yang sama juga berlaku pada peristiwa ini: banyaknya kandungan air di udara, aliran angin bergerak cepat ke atas dan awan yang tinggi.

Tidak pernah ada dua peristiwa badai yang sama. Kadangkala awan-awan akan membentuk hujan yang sangat lebat sehingga terasa bagaikan kita berdiri dibawah pancuran air. Mungkin dilain waktu hujan hanya berupa gerimis yang damai dan tenang. Dan kini, ketika anda basah kuyup atau bergembira ketika hujan turun, anda tahu mengapa.


Jeffrey B. Halverson, Professor of Geography & Environmental Systems, Associate Dean of the Graduate School, University of Maryland, Baltimore County.

The Conversation