BAGIKAN

Bagi seseorang yang percaya teori konspirasi, dunia tidak seperti apa yang nampak bagi kebanyakan orang. Bagi para periset sendiri, mereka telah lama kebingungan atas munculnya sebagian orang yang lebih cenderung mempercayai adanya konspirasi.

Sebuah studi baru-baru ini akhirnya telah melacak salah satu pola pikir yang salah. Ternyata, kita semua tanpa disadari melakukannya juga. Tapi, bagi mereka yang percaya teori konspirasi kadarnya berlebihan.

Sebuah tim psikolog dari Vrije Universiteit Amsterdam di Belanda dan University of Kent di Inggris telah menetapkan bahwa teori konspirasi terkait dengan sesuatu yang disebut ‘persepsi pola ilusi’. Hasil penelitiannya, telah diterbitkan di European Journal of Social Psychology.



“Orang sering kali memiliki keyakinan irasional, yang secara umum kita definisikan di sini sebagai asumsi yang tidak berdasar, tidak ilmiah, dan tidak logis tentang dunia,” tim tersebut menulis dalam penelitian tersebut.

“Meskipun banyak keyakinan irasional, kepercayaan pada teori konspirasi dan keyakinan akan hal-hal supranatural sangat lazim di kalangan warga biasa dan nonpathologis.”

Dengan kata lain, teori konspirasi bukanlah hal yang “gila”. Mereka benar-benar waras, yang membuat kepercayaan mereka semakin membingungkan – sampai kita menyadari bahwa mereka benar-benar memandang dunia dengan sangat berbeda.

Persepsi pola ilusi adalah sebuah konsep yang cukup sederhana. Hal itu terjadi setiap kali kita menemukan pola bermakna dalam rangsangan acak, menggambarkan korelasinya dan bahkan sebab-akibatnya. Padahal, sebenarnya tidak terjadi seperti yang dibayangkan.

Misalnya, Anda mungkin bermimpi tentang seorang kerabat tua, dan kemudian menerima berita pada hari berikutnya bahwa saudara tersebut telah meninggal dunia. Bagi beberapa orang itu akan cukup untuk menyimpulkan bahwa impian mereka bisa memprediksi masa depan, seolah kedatangannya memberikan sebuah kabar akan kepergiannya.

Kita semua melakukannya dengan berbagai pola sampai batas tertentu, karena begitulah cara kerja otak kita – dan ini adalah alat yang berguna untuk menarik kesimpulan tentang lingkungan yang penuh dengan sebab, efek, dan potensi bahaya.



Anda mungkin berpikir persepsi pola ilusi adalah sebuah penjelasan yang gamblang terhadap mengapa muncul berbagai teori konspirasi. Dan memang benar bahwa para periset menganggap fenomena ini berperan, namun kenyatannya mereka belum benar-benar mengujinya.

“Saya heran betapa sedikit bukti empiris langsung di mana keberadaannya mendukung peran persepsi pola ilusi tentang kepercayaan irasional pada umumnya, dan terutama dalam teori konspirasi,” tim tersebut menulis dalam penelitian tersebut.

Untuk mengatasi masalah ini, tim merancang serangkaian eksperimen. Setelah merekrut 264 orang dewasa Amerika, mereka memulai dengan menilai kepercayaan para peserta terhadap teori konspirasi umum dan buatan, dalam skala 1 sampai 9.

Di antara konspirasi adalah hal-hal seperti “Ebola adalah virus buatan manusia,” “pendaratan bulan adalah hoax,” dan uji coba testisulus taurus ‘fiktif’ yang ditemukan di Red Bull memiliki efek samping yang tidak diketahui.

Para periset juga menilai seberapa besara keyakinan supranatural para pesertanya sebelum beralih ke serangkaian eksperimen yang dirancang untuk menguji apakah peserta dengan nilai kepercayaan tinggi pada konspirasi dan hal supranatural, juga lebih cenderung untuk menemukan sesuatu dalam pola yang benar-benar acak.

Setelah menguji kecenderungan subjek untuk berbagai pola pada lemparan koin yang dilakukan secara acak (teori konspirasi menemukan lebih banyak pola) tim beralih ke pola bercak dalam karya seni modernis oleh Victor Vasarely (yang karya geometrisnya memiliki pola yang jelas) dan Jackson Pollock (di mana bercak-bercaknya jauh lebih acak, dan pola yang terlihat lebih cenderung imajiner).

Anehnya, para pemilik keyakinan konspirasi dan supranatural hanya menemukan korelasi pada pola bercak dalam karya seni Pollock, sedangkan orang-orang yang menemukan pola geometris tidak menunjukkan kecenderungan spesifik terhadap keyakinan irasional.

Secara keseluruhan, penelitian ini telah menghasilkan beberapa bukti yang sangat meyakinkan bahwa kebutuhan kita untuk memahami dunia dengan menghasilkan pola benar-benar menjadi berlebihan bagi mereka yang menyimpang pada teori konspirasi.

“Kami menyimpulkan bahwa persepsi pola ilusi adalah ramuan kognitif sentral dari keyakinan teori konspirasi dan fenomena supranatural,” tim tersebut menulis. Kenyataan yang didapat bahwa mereka benar-benar melihat dunia secara berbeda.