BAGIKAN
Photo by Sharon McCutcheon on Unsplash

Para peneliti dari USC telah menemukan kemungkinan dari urutan gejala COVID-19 saat pertama kalinya muncul, yaitu demam, batuk dan nyeri otot, kemudian mual dan atau muntah, lalu diare.

Penemuan ini telah dipublikasikan di jurnal Frontiers in Public Health.

Pada umumnya, demam dan batuk sering dikaitkan dengan berbagai penyakit pernapasan. Termasuk sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS) dan sindrom pernapasan akut yang parah (SARS). Tetapi, urutan waktu dan gejala pada saluran pencernaan bagian atas dan bawahnya, berbeda dengan COVID-19. Di mana pada COVID-19 mual dan muntah lebih dulu sebelum diare, yang berlawanan dengan MERS dan SARS, menurut para ilmuwan.

Temuan ini didapatkan dengan menganalisa data-data WHO berupa lebih dari 55.000 kasus COVID-19 di China. Mereka juga mempelajari kumpulan data dari hampir 1.100 kasus yang telah dikumpulkan dari 11 Desember hingga 29 Januari 2020 oleh Grup Ahli Perawatan Medis China melalui Komisi Kesehatan Nasional China.

Kemudian para peneliti membandingkan urutan gejalanya dari COVID-19, dengan ribuan kasus influenza yang telah dikumpulkan oleh University of Michigan. Yaitu, 2.470 kasus di Amerika Utara, Eropa, dan Belahan Selatan yang dilaporkan ke otoritas kesehatan dari tahun 1994 hingga 1998. Hampir 150 kasus sindrom pernapasan akut (SARS) parah di Daerah Toronto, dan beberapa kasus sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS) dilaporkan di Korea.

“Urutan gejala itu penting. Mengetahui bahwa setiap penyakit berkembang secara berbeda membuat para dokter dapat mengidentifikasi lebih cepat apakah seseorang kemungkinan besar mengidap COVID-19, atau penyakit lainnya, yang dapat membantu mereka membuat keputusan pengobatan yang lebih baik,” kata Larsen, penulis utama studi dan profesor USC Dornsife.

Melansir ScienceAlert, ketika para peneliti mensimulasikan gejala COVID-19 untuk 500.000 pasien, mereka menemukan “urutan gejala yang paling umum terlihat …yang juga berbeda dari penyakit pernapasan terkemuka lainnya.”

Bahkan ketika penulis memasukkan gejala lain seperti sakit tenggorokan, sakit kepala dan kelelahan, urutan keempat gejala awal yang paling mungkin tetap sama.

Karena demam biasanya datang lebih dulu, mengukur suhu seseorang bisa menjadi mekanisme skrining yang valid.

“Kami tidak mengusulkan gejala awal sebagai tes diagnostik, tetapi sebagai tanda-tanda yang memungkinkan untuk diuji,” tulis para penulis.

COVID-19 lebih menular daripada influenza dan cenderung menyebar secara berkelompok. Jika kita dapat menginformasikan kepada publik dengan lebih baik tentang urutan gejalanya, ini dapat membantu kita mengidentifikasi dan mengkarantina kasus dengan lebih cepat sebelum menyebar lebih jauh.

Bob Lahita, seorang ahli reumatologi yang tidak terkait dengan penelitian tersebut, mengatakan kepada CBS News bahwa model gejala yang baru adalah “panduan yang baik”.