BAGIKAN
[Mayo Clinic News Network]

Para ilmuwan menuntut adanya pelarangan sementara  (moratorium) secara global untuk pengeditan gen pada embrio

Para ilmuwan dan ahli etik dari 7 negara menuntut adanya moratorium (pelarangan sementara) penggunaan alat pengedit DNA (CRISPR)  untuk memodifikasi anak secara genetis.

Gerakan ini dimaksudkan untuk mengirimkan pesan yang jelas untuk para periset modern, dan untuk dunia riset pada umumnya, bahwa setiap percobaan untuk mengubah DNA dari sperma, sel telur,dan embrio yang dimaksudkan untuk dilahirkan dalam keadaan hidup tidak dapat diterima. Setidaknya 30 negara telah melarangnya, dan juga telah dilarang di US.

Ini adalah reaksi terbaru setelah November lalu ilmuwan China He Jiankui mengumumkan lahirnya bayi kembar dengan DNA yang telah diedit, dimana hal ini dikritisi dan ditentang banyak pihak.

Dalam proposal mereka disebutkan, setiap negara harus bersedia untuk menghentikan riset tersebut dalam periode waktu tertentu, mungkin 5 tahun. Setelah itu, setiap negara diperbolehkan memutuskan apa yang boleh dikerjakan, tetapi setelah melakukan pemberitahuan publik, mengikuti diskusi tentang pro dan kontra dari riset tersebut, dan mengetahui pendapat dari warga negaranya tentang riset ini.

Seiring dengan banyaknya debat teknis tentang keuntungan yang mungkin didapat dengan mengedit DNA bayi, para ahli berpendapat bahwa mereka harus tetap menolaknya, walaupun tanpa dukungan dari publik secara luas.

Mereka berharap moratorium ini memberi waktu untuk mendiskusikan isu ini dari segi etik, teknis,sosial dan ilmu pengetahuan. “Yang kami inginkan disini adalah keputusan yang bijak dan juga terbuka.” kata Eric Lander, Direktur dari Broad Institute of MIT and Harvard di Cambridge, Massachusetts. “Kami telah menyatakan pemikiran kami dan kami bersedia mendiskusikannya secara terbuka, dan juga bersiap untuk debat dan perselisihan nantinya.”

Lander, yang pernah menjabat co-chair dari dewan penasihat Obama untuk bidang sains dan teknologi, bersama 17 ahli lainnya mempublikasikan tuntutan  adanya moratorium dalam artikel di Journal Nature. Emmanuelle Charpentier dan Feng Zang, yang ikut menemukan dan mengembangkan alat untuk pengedit gen, Crispr, ikut berkontribusi dalam artikel ini.

Tuntutan moratorium ini juga mendapat dukungan dari US National Institute of Health. “Kita harus mempunyai pernyataan yang jelas, bahwa kita tidak siap untuk melewati jalan ini, tidak untuk sekarang, bahkan untuk selamanya.” Kata pimpinan NIH, Francis Collins.