BAGIKAN

Untuk mengamankan nama dan kekuasaan agar tidak jatuh kepada orang di luar keluarga, dinasti Habsburg di Eropa Tengah melakukan perkawinan sedarah di antara sesama keluarga mereka yang pada akhirnya menimbulkan kecacatan pada anatomi tubuh yang dikenal dengan “Rahang Habsburg”, menurut sebuah penelitian terbaru yang diterbitkan di jurnal Annals of Human Biology.

“Dinasti Habsburg adalah salah satu yang paling berpengaruh di Eropa, tetapi menjadi terkenal karena perkawinan sedarah, yang akhirnya menyebabkan kejatuhannya. Kami menunjukkan untuk pertama kalinya bahwa ada hubungan positif yang jelas antara perkawinan sedarah dan penampilan rahang Habsburg,” kata penulis penelitian tersebut, Roman Vilas dari Universitas Santiago de Compostela dalam sebuah pernyataan.

Dengan melakukan diagnosa terhadap cacat wajah dari berbagai potret sejarah kerajaan dan analisis genetik dari tingkat kekerabatan, para peneliti dapat menentukan apakah ada hubungan langsung antara cacat di wajah dengan perkawinan sedarah. Para peneliti juga menyelidiki dasar secara genetika dari hubungan tersebut.

Margaret dari Austria, Ratu Spanyol (1584-1611) / Wikimedia Commons

Perkawinan antar keluarga mengamankan pengaruh keluarga di seluruh kerajaan-kerajaan Eropa termasuk Spanyol dan Austria selama lebih dari 200 tahun, tetapi pada akhirnya malah menyebabkan kehancuran dinastinya sendiri ketika raja Habsburg yang terakhir tidak memiliki keturunan sebagai ahli waris.



Para peneliti merekrut 10 ahli bedah maksilofasial untuk mendiagnosis kelainan bentuk wajah pada 66 potret dari 15 anggota keluarga dinasti Habsburg. Meskipun terdapat perbedaan gaya secara artistik, potret-potret itu dikarakteristikkan dengan pendekatan realistis pada wajah manusia. Para ahli bedah diminta untuk mendiagnosis 11 fitur prognathisme mandibula, atau dikenal sebagai “rahang Habsburg”, serta tujuh fitur defisiensi rahang atas, yang paling dikenal adalah bibir bawah yang menonjol dan ujung hidung yang menjorok.

Para ahli bedah memberikan skor untuk tingkat prognathisme mandibula dan defisiensi rahang atas pada setiap anggota keluarga Habsburg. Mary of Burgundy, yang menikah dengan keluarganya sendiri pada tahun 1477, menunjukkan tingkat paling rendah dari kedua sifat tersebut. Prognatisme mandibula paling menonjol pada Philip IV, Raja Spanyol dan Portugal dari tahun 1621 hingga 1640. Cacat rahang atas didiagnosis paling tinggi pada lima anggota keluarga: Maximilian I, putrinya Margaret dari Austria, keponakannya Charles I dari Spanyol, cicit Charles, Philip IV dan yang terakhir di garis Habsburg, Charles II.

Maximilian I, Wikimedia Commons

Para penulis penelitian mendeteksi korelasi antara kedua kondisi, menunjukkan bahwa “Rahang Habsburg” sebenarnya ditandai oleh keduanya dan berbagi dasar genetik yang sama. Tingkat perkawinan sedarah dihitung dari silsilah keluarga skala besar, termasuk lebih dari 6.000 individu yang berasal lebih dari 20 generasi. Analisis dilakukan untuk menentukan apakah hal itu terhubung hingga ke tingkat kelainan bentuk wajah. Para peneliti mendeteksi hubungan yang kuat antara tingkat perkawinan sedarah dan tingkat prognathisme mandibula.



Penyebab hubungan antara perkawinan sedarah dan deformitas wajah masih belum jelas, tetapi penulis memperkirakan itu karena efek utama dari perkawinan antara sedarah adalah peningkatan kemungkinan keturunan mewarisi bentuk identik dari gen dari kedua orang tua, yang dikenal sebagai homozigositas genetik. Ini mengurangi kebugaran genetik manusia, jadi “Rahang Habsburg” harus dianggap sebagai kondisi resesif.

Namun, para penulis mencatat bahwa penelitian ini hanya melibatkan sejumlah kecil individu sehingga ada kemungkinan bahwa prevalensi rahang Habsburg disebabkan oleh kemungkinan munculnya sifat-sifat, atau penyimpangan genetik. Mereka memperkirakan skenario seperti ini adalah tidak mungkin, tetapi tidak bisa mengesampingkannya.




“Walaupun penelitian kami didasarkan pada angka-angka sejarah, kawin sedarah masih umum di beberapa wilayah geografis dan di antara beberapa kelompok agama dan etnis, jadi penting saat ini untuk menyelidiki efeknya,” kata Vilas. “Dinasti Habsburg berfungsi sebagai semacam laboratorium manusia bagi para peneliti untuk melakukannya, karena kisaran kawin sedarah sangat tinggi.”