BAGIKAN
(youTube)

Pada tahun 1999, Nicola Strickland, seorang ahli radiologi sedang berlibur di pulau Tobago, Karibia, sebuah surga tropis dengan pantai-pantainya yang sunyi dan indah.

Pada hari pertama di sana, di pagi hari, dia berjalan-jalan bersama temannya di sepanjang pantai untuk mencari kerang dan koral di pasir pantai yang putih. Tetapi suasana liburan yang menyenangkan tersebut berubah menjadi malapetaka.

Diantara buah kelapa dan mangga yang terserak di sepanjang pantai, Strickland dan temannya menemukan buah yang berwarna hijau dengan aroma manis khas buah tropis yang terlihat mirip dengan buah apel berukuran kecil.



Dan bodohnya, keduanya memutuskan untuk mencoba memakannya. Dan seketika wangi manis buah yang menggugah selera tersebut berubah menjadi rasa pedas dan sensasi terbakar di tenggorokan. Tenggorokan mereka menjadi seperti tersumbat dan terasa menyakitkan hingga akhirnya kedua wanita itu tidak bisa menelan apapun.

Buah tersebut berasal dari pohon manchineel (Hippomane mancinella) yang juga diberi julukan “apel pantai” atau “jambu beracun”. Buah ini berasal dari wilayah tropis di Amerika Utara bagian selatan, juga di Amerika Tengah, kepulauan Karibia dan juga di beberapa bagian dari Amerika Selatan bagian Utara.

Tanaman ini memiliki nama lain dalam Bahasa spanyol, arbol de la muerte, yang artinya “pohon kematian”. Menurut Guinness World Record, pohon manchineel ini adalah pohon paling berbahaya di seluruh dunia.

Buah Manchineel (Wikipedia)

Dijelaskan oleh the Florida Institute of Food and Agricultural Sciences, semua bagian dari pohon manchineel ini sangatlah beracun, interaksi dan memakan setiap bagian dari pohon ini akan berakibat fatal.

Manchineel masuk dalam genus Euphorbia, termasuk di dalam genus ini adalah pohon yang sering dijadikan dekorasi natal, poinsettia. Pohon ini memproduksi getah yang tebal, kental yang keluar dari hampir disemua bagian dari pohon – kulit, daun, dan bahkan pada buah. Getah ini menyebabkan kulit manusia menjadi luka seperti terbakar ketika tersentuh.

Hal ini dikarenakan getah dari pohon tersebut mengandung banyak jenis racun. Dan yang menyebabkan reaksi yang serius pada manusia adalah senyawa phorbol, sebuah senyawa organik yang masuk dalam keluarga diterpene dari ester.



Karena phorbol bisa larut dalam air, anda juga harus menghindari untuk berdiri di bawah pohon manchineel ini ketika hujan turun. Tetesan air akan membawa getah pohon yang telah larut didalamnya, dan akan membakar kulit anda.

(arctic_whirlwind/Flickr)

Karena merupakan pohon yang berbahaya bagi manusia, pada beberapa bagian dari lokasi tumbuhnya pohon ini biasanya ditandai dengan cat warna merah dan tanda peringatan agar tidak didekati oleh manusia.

Jika anda mengira, cukup dengan memusnahkan pohon ini maka masalah akan selesai, ternyata tidak semudah itu. Pohon ini ternyata memainkan peranan penting dalam pelestarian ekosistem di wilayah sekitarnya. Kumpulan pepohonan manchineel yang sangat lebat adalah penahan angin yang baik, dan pepohonan ini juga melindungi pantai-pantai di Amerika tengah dari erosi air laut.

Ada beberapa kasus inflamasi pada mata atau bahkan kebutaan sementara yang dilaporkan, disebabkan oleh asap dari pembakaran kayu pohon manchineel.

Para tukang kayu di Karibia telah berabad-abad memanfaatkan kayu pohon manchineel ini untuk membuat furniture. Setelah sebelumnya secara hati-hati mereka mengeringkan kayu pohon ini dibawah matahari untuk menetralkan getah pohon yang beracun.

Resiko kematian bisa terjadi apabila anda memakan buah dari pohon ini. Menelan buahnya akan berakibat fatal karena akan mengakibatkan anda mengalami muntah-muntah dan diare parah. Anda akan mengalami dehidrasi dan akan menyebabkan kematian jika tidak segera mendapatkan pertolongan medis.

Nicola Strickland dan temannya, yang tidak sengaja memakan buah ini, akhirnya bisa diselamatkan dengan meminum pina colada dan susu. Untungnya mereka hanya memakan bagian kecil dari buah ini. Racun yang tertelan bergerak menuju kelenjar getah bening di leher, yang menghasilkan rasa sakit yang sangat menyiksa. Dibutuhkan delapan jam hingga akhirnya rasa sakit yang dirasakan perlahan menghilang.

Pada tahun 2000, Strickland menuliskan pengalamannya dan dipublikasikan dalam The British Medical Journal, disini dia menerangkan gejala yang terjadi setelah menelan buah tersebut secara detail.

“Menceritakan kembali apa yang telah kami alami pada penduduk setempat menggambarkan kengerian yang nyata dan menghapus keraguan akan reputasi buah beracun tersebut,” demikian Strickland menulis. “Dan apa yang kami alami adalah pengalaman yang menakutkan.”

Namun, masyarakat Indian menggunakan getah beracun tersebut untuk melapisi anak panah mereka saat berburu. Sebagai obat, telah didokumentasikan bahwa permen dari kulit pohon ini telah digunakan untuk mengobati penyakit kelamin dan lendir di Jamaika, sementara buah-buahan kering telah digunakan sebagai diuretik atau obat yang berfungsi untuk membuang kelebihan garam dan air dari dalam tubuh melalui urine.