BAGIKAN
(Freepik)

Satu cara sederhana untuk mengetahui daya perlindungan dari masker wajah yang anda gunakan: cobalah meniupkan lilin ketika anda memakai masker. Masker yang bagus adalah yang melindungi nyala lilin dari hembusan nafas anda.

Cara ini memang tidak sempurna, tetapi dapat membantu anda untuk memilih masker mana yang benar-benar melindungi anda.

Ketika Pusat Pengendalian dan Pencegahan penyakit Amerika Serikat (CDC) mulai merekomendasikan pemakaian masker kain bagi masyarakat umum dibulan April, para peneliti sebelumnya telah melakukan evaluasi untuk mengetahui material paling baik bagi masker wajah yang dapat melindungi pemakainya dari virus corona.



Sebuah masker yang ideal adalah yang dapat menahan droplet pernafasan yang keluar ketika seseorang batuk atau bersin – yang merupakan cara utama penularan virus corona – bersama-sama dengan partikel-partikel kecil yang mengambang di udara yang disebut aerosol, yang dihasilkan ketika seseorang berbicara atau bernafas.

Masker harus menutup dengan ketat bagian hidung dan mulut pemakainya, karena jika terdapat celah, lubang atau ventilasi, dapat menjadi jalan bagi droplet untuk keluar dan berpotensi menginfeksi orang lain.

Bila diasumsikan masker digunakan dengan cara yang tepat, material-material tertentu secara konsisten menunjukkan hasil yang baik dibandingkan hasil penelitian sebelumnya. Berdasarkan hasil penelitian terbaru, berikut ini adalah ranking dari masker wajah dari yang terbaik hingga yang terburuk:

Masker ‘Hybrid” adalah masker buatan sendiri yang paling ama

Menurut aturan, masker berbahan kain haruslah terbuat dari material kain yang dengan kerapatan yang tinggi. Itulah mengapa kain dengan tingkat “thread count” (jumlah jalinan benang per inci persegi) tertinggi adalah yang paling baik dalam menyaring partikel.

Juga dianjurkan untuk menggunakan masker kain yang memiliki lebih dari satu lapis kain. Organisasi kesehatan dunia (WHO) merekomendasikan penggunaan masker kain yang terdiri terdiri dari tiga lapis: lapisan dalam yang fungsinya menyerap aerosol yang keluar dari mulut, lapisan tengah sebagai filter dan lapisan luar terbuat dari material non absorbent seperti polyester.

Sejauh ini, masker N95 masih menjadi jenis masker yang dinilai paling melindungi pemakainya, karena melekat erat disekitar hidung dan mulut sehingga sangat kecil kemungkinan partikel dapat masuk dan keluar. Material pembuat masker terbuat dari serat kusut (tangled fibres) untuk menyaring pathogen di udara – nama N 95 sendiri berasal dari jumlah efisiensi minimum masker dalam menyaring aerosol.



Hasil penelitian terbaru dari Duke University menunjukkan bahwa kurang dari 0,1 persen droplet berhasil keluar dari masker N 95 ketika pemakainya sedang berbicara.

Inilah mengapa masker ini biasanya direkomendasikan untuk digunakan oleh para pekerja di bidang kesehatan.

Masker bedah sekali pakai juga terbuat dari bahan non-woven. Sebuah penelitian di tahun 2013 menemukan bahwa masker bedah tiga kali lebih efektif untuk menahan aerosol virus influenza dibandingkan masker kain (jika udara yang mengalir lebih lambat dari batuk tetapi lebih cepat dari aliran nafas manusia ketika bekerja ringan).

Sebuah penelitian di bulan April yang dilakukan oleh University of Chicago menunjukkan bahwa masker hybrid – gabungan dari dua lapis kain 600- thread count dengan material lainnya seperti sutra, sifon atau flannel – dapat menyaring setidaknya 94 persen partikel-partikel kecil (lebih kecil dari 300 nanometer). Dua lapis kain 600-thread-count memiliki kualitas perlindungan yang sama terhadap partikel yang lebih besar, tetapi kurang efektif dalam menyaring aerosol.

Penelitian tersebut, yang melakukan pengukuran terhadap kecepatan aliran udara rendah menemukan bahwa masker ini kurang melindungi pemakainya dari batuk dan bersin. Dan masker dengan banyak lapisan kain dengan ukuran kerapatan yang tinggi masih menjadi pilihan terbaik dibandingkan dengan masker kain biasa.

Material seperti sutra atau katun memiliki keunggulannya masing-masing

Sebuah penelitian yang dilakukan di bulan Juni yang telah dipublikasikan dalam Journal of Hospital Infection menemukan bahwa masker yang terbuat dari kantong vacuum cleaner adalah salah satu alternatif material yang paling efektif untuk masker setelah masker bedah, kemudian diikuti dengan kain serbet (tea towel), sarung bantal, sutra dan kaos 100 persen katun.

Hasil penelitian dari University of Illinois menemukan bahwa kain serbet yang belum pernah digunakan sedikit lebih efektif untuk dijadikan bahan masker dibandingkan dengan kaos T-shirt berbahan 100 persen katun untuk menyaring droplet ketika pemakainya batuk, bersin atau berbicara. Penelitian ini (yang masih menunggu hasil peer review) juga menemukan bahwa baju bekas yang terbuat dari 100 persen sutra ternyata lebih efektif dalam menyaring droplet berkecepatan tinggi, kemungkinan karena sutra memiliki karakteristik elektrostatik sehingga dapat menahan partikel-partikel virus yang berukuran kecil.



Para peneliti dari University of Chicago menemukan hasil yang berbeda. Mereka menemukan bahwa satu lapis kain sutra alami dapat menyaring sekitar 54 persen dari partikel-partikel berukuran kecil dan 56 persen dari partikel-partikel berukuran besar. Sebaliknya, empat lapis kain sutra alami dapat menyaring 86 persen dari partikel-partikel kecil dan 88 persen dari partikel-partikel besar pada kecepatan aliran udara rendah.

Bandana dan syal tidak memberikan perlindungan terbaik

Bandana dan syal tidak memberikan perlindungan terbaik menurut banyak penelitian.

Hasil penelitian dari Journal infection study menemukan bahwa bahwa syal hanya dapat mengurangi resiko infeksi hingga 44 persen jika seseorang berada satu ruangan dengan orang yang terinfeksi selama 30 detik. Setelah terpapar selama 20 menit, syal hanya dapat menurunkan resiko infeksi sebesar 24 persen.

Para peneliti dari Duke university menemukan bahwa bandana dapat menurunkan tingkat transmisi droplet dengan satu atau dua faktor, yang mengurangi tingkat perlindungannya dibanding material lainnya.

Dan bagaimanapun juga, memakai jenis masker apapun masih lebih baik daripada tidak memakai masker sama sekali, dengan satu pengecualian: CDC mengeluarkan peringatan pada setiap orang untuk tidak memakai masker yang dilengkapi dengan katup lubang udara.

Masker dengan katup udara dapat mengeluarkan partikel-artikel virus menuju udara bebas yang menyebabkan penularan.