BAGIKAN
Sebuah jet biru difoto di Hawai'i. ( Observatorium Gemini / AURA / Wikimedia Commons )

Blue jet (jet biru) adalah salah satu fenomena alam yang sangat sulit diamati dari permukaan bumi. Ia adalah sebuah kilatan listrik yang menghasilkan pancaran biru yang melesat hingga perbatasan stratosfer dan ionosfer. Peristiwanya hanya berlangsung kurang dari satu detik dan terjadi pada ketinggian sekitar 50 hingga 55 kilometer dari Bumi.

Bagi kita yang berada di balik awan yang menyelimuti akan sangat sulit untuk menemukan blue jet. Namun instrumen di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) yang mengorbit Bumi di sekitar 400 kilometer sebelumnya, telah mendeteksi beberapa kali kilatan biru ini.

Andreas Mogensen dari ESA pada 2015, ditugaskan untuk melakukan eksperimen agar dpaat menangkap badai petir dari ISS menggunakan sistem pencitraan petir baru. Berbagai foto yang dihasilkannya saat itu, sepertinya telah memicu perburuan lebih lanjut.

Pada 2018, ISS dilengkapi pemburu yang lebih canggih berupa sebuah observatorium yang disebut ASIM (Atmosphere-Space Interactions Monitor). Terdiri dari berbagai perlengkapan kamera optik, fotometer, detektor sinar-X dan sinar gamma. Tujuannya, untuk dapat mendokumentasikan kilatan listrik dari peristiwa badai di atas puncak awan. ASIM dirancang untuk mencari pelepasan listrik dalam kondisi cuaca badai, sehingga sering disebut sebagai “pemburu badai”

Dan, pada tanggal 26 Februari 2019 ASIM berhasil merekam lima peristwa kilatan biru yang masing-masing berlangsung sekitar 10 mikrodetik. Peristiwanyai terjadi di puncak sebuah awan badai yang tidak jauh dari pulau Nauru di Samudra Pasifik.

Fenomena lain yang telah tertangkap observatorium adalah ELVES (Emission of Light and Very Low Frequency perturbations due to Electromagnetic Pulse Sources). Ini adalah sebuah lingkaran yang mengembang dari emisi optik dan ultraviolet di ionosfer yang muncul di atas awan badai. Berlangsung hanya satu milidetik atau lebih. Mungkin, gelombang elektromagnetik di bagian bawah ionosfer telah menghasilkannya.

Kilatan dan pancaran biru adalah percabangan, percikan yang menggeliat keluar dari sumber tegangan tinggi. Pengamatan ini memberikan petunjuk tentang bagaimana petir dimulai di awan. Para peneliti berpikir bahwa fenomena ini bahkan dapat memengaruhi konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer bumi.

Penelitian tim telah dipublikasikan di jurnal Nature .