BAGIKAN

Ringkasan: Sebuah studi terbaru yang dipublikasikan di Scientific Reports menggunakan model matematika untuk menguji apakah kepunahan Neanderthal dapat dijelaskan hanya melalui proses pencampuran genetik (admixture) akibat kawin silang dengan manusia modern (Homo sapiens). Hasilnya menunjukkan bahwa skenario ini sangat mungkin terjadi—tanpa perlu melibatkan bencana besar atau perubahan iklim ekstrem.


Latar Belakang: Misteri Hilangnya Neanderthal

Neanderthal muncul di kawasan Eurasia sekitar 400.000 tahun yang lalu dan menjadi kelompok hominin dominan hingga kedatangan Homo sapiens sekitar 40.000 tahun yang lalu. Ketika manusia modern mulai memasuki Eurasia dalam beberapa gelombang migrasi, kedua spesies ini hidup berdampingan dan saling berinteraksi selama ribuan tahun.

Hingga kini, penyebab kepunahan Neanderthal masih diperdebatkan. Para peneliti mengajukan beberapa hipotesis utama:

  1. Faktor demografi
    Populasi Neanderthal kecil, terisolasi, dan rentan mengalami inbreeding, tingkat kelahiran rendah, serta tingkat kematian tinggi.
  2. Perubahan iklim dan bencana lingkungan
    Fluktuasi cuaca ekstrem atau peristiwa lingkungan drastis diduga melemahkan populasi mereka.
  3. Persaingan dan penyakit dari Homo sapiens
    Manusia modern mungkin membawa penyakit baru atau berkompetisi untuk sumber daya sehingga Neanderthal kalah bersaing.
  4. Pencampuran genetik antara dua populasi
    Alih-alih punah secara “keras”, Neanderthal mungkin justru melebur ke dalam populasi manusia modern melalui perkawinan campur.

Hipotesis yang terakhir inilah yang diteliti secara lebih mendalam dalam studi terbaru ini.


Peleburan, Bukan Pemusnahan?

Bukti genetika manusia modern menunjukkan bahwa sebagian DNA kita—sekitar 1–2%—berasal dari Neanderthal. Hal ini menunjukkan bahwa kedua spesies ini sering kawin silang dan terjadi aliran gen (gene flow) yang cukup besar.

Para penulis studi menuliskan bahwa genom manusia modern mengungkap banyak bukti introgesi genetik dari hominin lain, termasuk Neanderthal. Meskipun tidak semua individu memilikinya, manusia modern pada tingkat spesies masih menyimpan porsi signifikan DNA Neanderthal.

Temuan ini menandakan bahwa hubungan antara manusia modern dan Neanderthal tidak sepenuhnya bersifat konflik; interaksi genetika berlangsung secara luas dan bertahap.


Model Matematika: Apakah Admixture Saja Cukup Menjelaskan Kepunahan?

Untuk menjawab pertanyaan ini, peneliti membangun model analitis berbasis:

  • Neutral species drift, yaitu perubahan frekuensi gen tanpa tekanan seleksi;
  • teori genetika populasi;
  • simulasi migrasi berulang Homo sapiens ke dalam kelompok kecil Neanderthal.

Model tersebut mengasumsikan bahwa tidak ada keunggulan seleksi bagi salah satu spesies. Dengan kata lain, bukan karena Homo sapiens lebih kuat atau Neanderthal lebih lemah—melainkan murni akibat dinamika populasi dan pencampuran gen.

Hasil utama penelitian

  • Serangkaian migrasi kecil dan berulang manusia modern ke dalam kelompok Neanderthal dapat menggantikan hampir seluruh DNA Neanderthal dalam waktu sekitar 10.000–30.000 tahun.
  • Hal ini dapat terjadi tanpa perlu bencana besar, wabah penyakit, atau perubahan iklim ekstrem.
  • Temuan ini konsisten dengan bukti arkeologi dan genetika sebelumnya yang menunjukkan adanya aliran gen intens antara kedua spesies.

Dengan demikian, hilangnya Neanderthal bisa jadi bukan karena mereka “musnah”, tetapi karena mereka terasimilasi ke dalam populasi Homo sapiens.


Apakah Ini Satu-satunya Penjelasan?

Para penulis menegaskan bahwa studi ini tidak bermaksud menyatakan admixture sebagai satu-satunya penyebab, melainkan membuktikan bahwa skenario ini secara matematis mungkin dan masuk akal.

Mereka menekankan bahwa model ini memberikan penjelasan genetika yang kuat, tetapi tidak menutup kemungkinan adanya faktor lain seperti perubahan lingkungan, kompetisi sumber daya, atau fluktuasi demografi populasi Neanderthal.

Dengan kata lain, kepunahan Neanderthal kemungkinan merupakan proses kompleks yang melibatkan:

  • interaksi genetika,
  • dinamika populasi,
  • kondisi lingkungan,
  • serta relasi sosial dan ekologis antara dua spesies hominin ini.

Kesimpulan

Studi terbaru ini membuka perspektif baru bahwa “kepunahan” Neanderthal mungkin bukan kehancuran mendadak, melainkan proses integrasi jangka panjang dengan Homo sapiens. Jejak mereka masih hidup dalam genom kita—sebuah bukti bahwa mereka tidak benar-benar hilang, tetapi menjadi bagian dari sejarah evolusi manusia.

Bagi dunia sains, temuan ini mengingatkan bahwa evolusi tidak selalu berjalan melalui konflik dan pemusnahan, tetapi juga melalui asimilasi, pencampuran, dan perubahan bertahap yang terjadi selama ribuan tahun.