BAGIKAN
Credit: Henry Be

Siklus karbon merupakan salah satu proses biogeokimia yang sangat penting bagi kehidupan di Bumi. Karbon berperan sebagai elemen dasar bagi makhluk hidup dan beredar melalui berbagai reservoir, termasuk atmosfer, lautan, dan daratan. Dalam siklus ini, karbon mengalami berbagai transformasi yang melibatkan organisme hidup, proses geokimia, serta aktivitas manusia.

Reservoir Karbon dan Transformasinya

Siklus karbon melibatkan beberapa reservoir utama. Reservoir terbesar adalah karbonat di lingkungan terestrial, kemudian diikuti oleh karbonat dalam lautan, dan yang ketiga adalah karbon dioksida (CO₂) di atmosfer. Dari ketiga bentuk tersebut, karbon dioksida adalah komponen yang paling aktif mengalami siklus, karena berperan penting dalam fotosintesis dan sangat dipengaruhi oleh aktivitas manusia.

Bahan bakar fosil seperti minyak bumi dan batubara juga merupakan bagian dari reservoir karbon. Begitu pula hutan, yang menyimpan karbon dalam bentuk biomassa. Namun, aktivitas manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil dan deforestasi menyebabkan pelepasan karbon dalam jumlah besar ke atmosfer dalam bentuk CO₂, yang berkontribusi terhadap pemanasan global melalui efek rumah kaca.

Lautan juga berfungsi sebagai penyangga karbon dengan menyerap sebagian CO₂ dari atmosfer. Proses ini terjadi melalui reaksi kimia yang melibatkan karbonat dan bikarbonat:

H₂CO₃ ⇄ HCO₃⁻ ⇄ CO₂H

Namun, meskipun laut dapat menyerap karbon dioksida, kelebihan pasokan karbon mencapai 7 × 10⁹ metrik ton per tahun, yang dapat mempercepat pemanasan global.

Peran Fotosintesis dalam Siklus Karbon

Organisme fotosintetik, baik tumbuhan maupun mikroorganisme seperti alga, sianobakteri, dan bakteri fotosintetik, memiliki peran utama dalam fiksasi karbon. Melalui fotosintesis, mereka mengubah CO₂ menjadi senyawa organik dengan bantuan energi matahari. Proses ini menjadi dasar bagi produktivitas primer di ekosistem, di mana tumbuhan mendominasi di daratan dan alga di perairan.

Karbon yang diambil oleh tumbuhan mengalami dua kemungkinan: sebagian dilepaskan kembali ke atmosfer melalui respirasi, dan sebagian lainnya disimpan dalam bentuk biomassa atau senyawa organik yang kemudian dikonsumsi oleh organisme heterotrof seperti hewan dan mikroba. Mikroorganisme heterotrof yang berperan dalam proses ini antara lain adalah cendawan Aspergillus, Rhizopus, dan Penicillium; serta bakteri seperti Bacillus, Pseudomonas, dan Arthrobacter.

Peran Mikroba dalam Siklus Karbon

Selain organisme fotosintetik, mikroorganisme anaerob juga memiliki peran penting dalam siklus karbon. Pada awal sejarah bumi, proses anaerob mendominasi karena tidak adanya oksigen bebas. Proses ini menyebabkan akumulasi senyawa karbon yang sulit dicerna, seperti lipid seluler, yang akhirnya tertimbun di sedimen selama jutaan tahun dan menjadi cadangan bahan bakar fosil.

Beberapa mikroba seperti Methanosarcina, Methanococcus, dan Methanobacter berperan dalam metanogenesis, yaitu pembentukan metana (CH₄) sebagai produk akhir respirasi anaerobik. Metana ini juga dihasilkan dalam sistem pencernaan hewan ruminansia oleh mikroba rumen seperti Ruminococcus.

Selain itu, karbon organik hasil sintesis organisme dapat berbentuk karbohidrat sederhana seperti glukosa hingga polimer kompleks seperti selulosa dan lignin. Saat organisme mati, mikroorganisme akan mendekomposisi materi organik tersebut menjadi senyawa sederhana yang dapat digunakan kembali dalam siklus karbon.

Dekomposisi dan Pembentukan Humus

Sebagian besar bahan organik yang dilepaskan ke lingkungan mengalami dekomposisi oleh mikroorganisme. Proses ini membentuk massa sel baru serta melepaskan CO₂. Sebagian kecil dari bahan organik yang mengalami dekomposisi akan menjadi humus, yaitu senyawa organik kompleks dan stabil yang terdapat di tanah.

Pembentukan humus berlangsung dalam dua tahap utama:

  • Pembentukan monomer reaktif dari degradasi materi organik.
  • Polimerisasi spontan monomer-monomer tersebut menjadi molekul humus.

Humus dapat bertahan selama bertahun-tahun di tanah dan berfungsi sebagai sumber karbon yang lambat terurai, memberikan keseimbangan dalam siklus karbon.

Metanogenesis dan Peran Mikroba dalam Pengolahan Karbon

Metanogenesis merupakan proses anaerobik yang terjadi dalam lingkungan jenuh air seperti sawah, tanah anaerob, timbunan sampah, serta rumen hewan. Proses ini dilakukan oleh mikroba metanogenik dari kelompok Archaebacteria dengan reaksi berikut:

CH₄ + O₂ → CH₃OH → HCHO → HCOOH → CO₂ + H₂O

Metanogenesis berkontribusi terhadap pemanasan global karena metana memiliki efek rumah kaca yang lebih kuat dibandingkan karbon dioksida. Selain metanogenesis, siklus karbon juga mencakup metabolisme karbon monoksida (CO), yang dapat dioksidasi oleh mikroba seperti Pseudomonas carboxydoflava dalam kondisi aerobik:

CO + H₂O → CO₂ + H₂

Sedangkan dalam kondisi anaerobik, bakteri metanogenik dapat mereduksi CO menjadi metana:

CO + 3H₂ → CH₄ + H₂O

Dekomposisi Polimer Karbon

Siklus karbon tidak hanya melibatkan senyawa sederhana seperti CO₂ dan CH₄, tetapi juga senyawa polimer seperti selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Berbagai mikroorganisme berperan dalam proses dekomposisi ini:

  • Aspergillus, Fusarium, dan Trichoderma mendekomposisi selulosa dalam kondisi aerobik.
  • Clostridium merupakan bakteri utama dalam dekomposisi selulosa di lingkungan anaerob.
  • Cellulomonas, Nocardia, dan Streptomyces mendekomposisi hemiselulosa.
  • Agaricus, Schizophyllum, dan Collybia mampu mendegradasi lignin, meskipun dengan laju yang lebih lambat.

Kesimpulan

Siklus karbon merupakan proses kompleks yang melibatkan berbagai komponen ekosistem, mulai dari atmosfer, biosfer, hingga geosfer. Organisme fotosintetik berperan sebagai penyerap utama CO₂, sementara mikroorganisme dekomposer memastikan karbon kembali ke lingkungan dalam bentuk yang dapat digunakan kembali. Aktivitas manusia yang tidak terkendali, seperti pembakaran bahan bakar fosil dan deforestasi, telah meningkatkan kadar CO₂ di atmosfer, yang pada akhirnya mempercepat pemanasan global. Oleh karena itu, pemahaman dan pengelolaan siklus karbon yang berkelanjutan sangat penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem bumi.


Referensi:

1. Peran Rotasi Tanaman dalam Menyerap Karbon

  • Behera, C., Dogra, P., Prasath, G.A., & Vijaykumar, P. (2025). Integrative Approaches for Crop Growth and Development.
    Link: ResearchGate
    • Studi ini menyoroti pentingnya rotasi tanaman dan keanekaragaman hayati dalam meningkatkan penyerapan karbon tanah.
    • Menjelaskan bagaimana keberlanjutan dalam pertanian dapat membantu menjaga keseimbangan siklus karbon.

2. Biomassa Vegetasi dan Dinamika Siklus Karbon

  • Yang, X.F. (2025). Mapping Desert Shrub Aboveground Biomass in the Junggar Basin, Xinjiang, China using Quantile Regression Forest (QRF).
    Link: PeerJ
    • Menjelaskan bagaimana vegetasi gurun berkontribusi dalam penyimpanan karbon di lingkungan kering.
    • Menggunakan pendekatan kuantitatif untuk mengukur peran biomassa vegetasi dalam siklus karbon.

3. Perubahan Waktu dalam Siklus Karbon dan Respirasi Tanah

  • Laffitte, B., Zhou, T., Yang, Z., Ciais, P., & Jian, J. (2025). Timescale Matters: Finer Temporal Resolution Influences Driver Contributions to Global Soil Respiration.
    Link: Wiley Online Library
    • Studi ini membahas bagaimana respirasi tanah, yang merupakan pelepasan CO₂ dari tanah, bervariasi tergantung pada waktu dan faktor lingkungan.
    • Menguraikan kontribusi mikroba tanah dalam daur ulang karbon secara global.

4. Radikal Hidroksil dalam Mineralisasi Karbon Organik Tanah

  • Qin, J., Yang, K., Jia, B., Liu, J., Zhu, K., & Qin, J. (2025). A Novel Perspective on the Role of Hydroxyl Radicals in Soil Organic Carbon Mineralization within the Detritusphere: Stimulating C-Degrading Enzyme Activities.
    Link: ACS Publications
    • Menyoroti bagaimana reaksi radikal hidroksil mempengaruhi dekomposisi karbon organik dalam tanah.
    • Menjelaskan keterlibatan enzim yang mendorong siklus karbon dalam ekosistem tanah.

5. Peran Ekosistem Perairan dalam Penyimpanan Karbon

  • Zhang, Y., Wang, B., Li, Q., Li, D., Zeng, C., & Xing, M. (2025). CO₂ Dynamics and Sequestration Potential in High-Nutrient, Low-Chlorophyll Bays: A Case Study of Yueqing Bay.
    Link: ScienceDirect
    • Meneliti bagaimana teluk dengan kandungan nutrien tinggi tetapi klorofil rendah tetap berperan dalam menyerap karbon.
    • Menunjukkan bagaimana proses biogeokimia laut dapat mengimbangi emisi karbon dari aktivitas manusia.

6. Peran Hutan dalam Siklus Karbon

  • Wu, J., Chang, Z., & Xiong, X. (2025). Modeling and Remote Sensing of Forests Ecosystem.
    Link: MDPI
    • Studi ini menunjukkan bahwa hutan adalah penyerap karbon terbesar di daratan, sehingga penting dalam menangkap karbon dari atmosfer.
    • Menjelaskan bagaimana deforestasi dan perubahan iklim mempengaruhi kapasitas hutan dalam menyimpan karbon.

7. Peran Mikroorganisme dalam Transformasi Karbon

  • Šantić, D., Stojan, I., Tomaš, A.V., Roje, B.M., & Mujakić, I. (2025). Contribution of Different Bacterial Groups in the Carbon Flow Through the Microbial Food Web.
    Link: ScienceDirect
    • Menyoroti kontribusi mikroorganisme laut dalam menyerap karbon dan mengaturnya dalam ekosistem laut.
    • Studi ini menunjukkan bagaimana mikroba berperan dalam daur ulang karbon organik, yang relevan dengan bagian peran mikroba dalam siklus karbon.

8. Sequestrasi Karbon oleh Mangrove

  • Mehmood, T., Janke, D., & Gaurav, G.K. (2025). Coastal Guardian: Mangroves in Pakistan at Risk from Microplastic Threats Jeopardizing Their Crucial Role in Global CO₂ Dynamics.
    Link: Springer
    • Menjelaskan bahwa hutan mangrove menyerap karbon dalam jumlah besar dan menyimpannya dalam tanah lumpur yang kaya karbon.
    • Menguraikan dampak negatif polusi terhadap kemampuan mangrove dalam menjaga keseimbangan siklus karbon global.

9. Pola Perubahan Organik Terlarut dalam Ekosistem Air Tawar

  • Imtiazy, M.D. (2025). Dissolved Organic Matter Dynamics in Diverse Freshwater Ecosystems Across Canada: Long-Term Trends, Transformations, and Explanatory Factors.
    Link: University of Saskatchewan
    • Studi ini menjelaskan bagaimana ekosistem air tawar berperan dalam mengatur siklus karbon, dengan fokus pada peran zat organik terlarut dalam air.