BAGIKAN
Sundew
Credit: Bergadder

Selama perjalanan musim panasnya yang panjang pada tahun 1860, Charles Darwin pertama kali melihat fenomena aneh pada tumbuhan yang masih membingungkan para ilmuwan hingga saat ini. Tumbuhan itu dapat memakan hewan. Dan dengan pertemuan kebetulan itu, mulailah pencarian Darwin selama 16 tahun untuk membuktikan bahwa beberapa tumbuhan dapat memakan hewan, memecah proteinnya dengan enzim, dan menyerap nutrisi untuk pertumbuhan.

Bahkan istrinya pada awalnya merasa sulit untuk percaya.
“Saat ini dia memperlakukan Drosera seperti makhluk hidup dan saya curiga dia ingin membuktikan dirinya seperti binatang,” tulisnya kepada seorang teman saat itu. Saat ini, para ilmuwan alam tidak lagi menyangkal keberadaan tumbuhan karnivora, tetapi ini tidak berarti bahwa kita sepenuhnya memahami bagaimana bentuk kehidupan aneh ini berevolusi untuk menarik, menangkap, menahan, dan mencerna mangsa hewan, terutama mangsa besar seperti amfibi dan mamalia kecil.

Drosera (Drosera rotundifolia), umumnya dikenal sebagai sundew, adalah sejenis tumbuhan karnivora yang terkenal. Sundew termasuk dalam keluarga Droseraceae dan banyak ditemukan di daerah-daerah yang lembap dan berawa-rawa di seluruh dunia. Tumbuhan ini terutama ditemukan di wilayah yang memiliki iklim sedang hingga dingin, seperti Amerika Utara, Eropa, Asia, dan Australia.

Sundew mendapatkan namanya dari tipe kelenjar kelenjar lendir yang menutupi daunnya. Daun sundew memiliki bulu-bulu halus dan kelenjar-kelenjar yang mengeluarkan cairan lengket, mirip dengan embun, yang menarik serangga ke daun tersebut. Ketika serangga mendarat di daun, kelenjar-kelenjar tersebut melepaskan enzim yang mencerna serangga tersebut, dan sundew mengambil nutrisi dari serangga tersebut untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya.

Selain peran utamanya sebagai tumbuhan karnivora, sundew juga memiliki bunga kecil yang muncul di tangkai yang tinggi di atas daun. Bunga ini biasanya berwarna putih atau merah muda, dan muncul pada musim panas.

Sundew sering ditemui sebagai tanaman hias karena keindahan dan keunikan daunnya yang menarik. Beberapa spesies sundew yang populer di antaranya adalah Drosera capensis, Drosera spatulata, dan Drosera adelae. Beberapa penggemar tumbuhan karnivora juga menjadikan sundew sebagai bagian dari koleksi mereka karena daya tariknya sebagai tumbuhan yang unik dan langka.

Meskipun sundew adalah tumbuhan karnivora, keberadaannya tidak terancam secara luas. Namun, degradasi habitat dan gangguan manusia dapat mengancam populasi sundew di beberapa daerah. Oleh karena itu, upaya konservasi dan perlindungan habitat yang tepat penting untuk memastikan kelangsungan hidup sundew dan spesies tumbuhan lainnya.

Saat ini, tumbuhan karnivora hadir dalam berbagai bentuk dan ukuran, termasuk pembuka botol dan perangkap. Beberapa, seperti Drosera, menggunakan perangkap lengket sederhana untuk menangkap serangga, sementara yang lain, seperti Perangkap Lalat Venus yang terkenal, telah mengembangkan penjara “perangkap” yang lebih canggih untuk mangsanya.

Pada tahun 2018, sebuah penelitian menemukan bukti bahwa tumbuhan karnivora pada tumbuhan berbunga berevolusi secara mandiri setidaknya 10 kali. Berkali-kali, tanaman terkait tampaknya menggunakan kembali gen herbivora yang serupa agar lebih sesuai dengan gaya hidup predator.

“Tanaman ini memiliki alat genetik dan mereka berusaha menemukan jawaban atas masalah bagaimana mereka menjadi karnivora,” jelas ahli biologi University at Buffalo, Victor Albert pada 2017.

“Dan pada akhirnya semua orang menemukan solusi yang sama.”
Tumbuhan karnivora biasanya tumbuh subur di tempat yang miskin nutrisi seperti rawa dan lahan basah, dan serangga dengan ukuran yang tepat dapat menyediakan fosfor dan nitrogen yang cukup untuk memberi makan penangkap lalat Venus selama berminggu-minggu.

Jadi kita memiliki motivasi mereka untuk membuat perangkap yang begitu rumit dan intensif energi, dan studi genetik baru juga mulai mencari tahu caranya.

Ternyata mereka memilih menjadi bagian dari sistem perlindungan tanaman bersama yang menggunakan bahan kimia melati. Sebagian besar tanaman menggunakan ini untuk memperingatkan satu sama lain saat terancam bahaya, tetapi penangkap lalat menggunakannya untuk merekrut enzim yang menghancurkan mangsanya dan memanggil pengangkut nutrisi.

Namun, metode ini hanya diamati pada sekelompok predator vegetatif. Butterwort tidak menggunakan sistem yang sama, dan strategi banyak spesies lain dirahasiakan. Butterwort, juga dikenal sebagai Pinguicula, adalah tanaman karnivora lain yang terkenal. Seperti sundew, butterwort juga termasuk dalam keluarga Droseraceae. Tanaman ini dikenal karena daunnya yang lebar dan berdaging. Permukaan daun butterwort dilapisi dengan kelenjar-kelenjar khusus yang menghasilkan lendir lengket. Lendir ini menarik serangga ke daun dan menutupinya, menyerupai lem perekat. Ketika serangga terjebak di atas daun, kelenjar-kelenjar tersebut mengeluarkan enzim pencernaan yang membantu memecah serangga tersebut. Butterwort kemudian menyerap nutrisi dari serangga untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya

Sampai para ilmuwan lebih memahami pertukaran botani karnivora, alasan evolusi banyak tumbuhan karnivora di seluruh dunia kemungkinan besar masih belum jelas.
Dan tidak ada waktu untuk kehilangan untuk penelitian lebih lanjut. Para ilmuwan memperkirakan bahwa pada tahun 2020, seperempat dari semua tumbuhan karnivora yang diketahui akan terancam punah.

Tanaman karnivora sering kali menimbulkan banyak misteri dan minat karena sifat mereka yang unik dan tidak biasa. Berikut adalah beberapa misteri yang terkait dengan tanaman karnivora:

  1. Evolusi dan Adaptasi: Salah satu misteri yang masih belum sepenuhnya dipahami adalah bagaimana tanaman karnivora berevolusi dan beradaptasi menjadi pemangsa serangga. Meskipun beberapa teori telah diajukan, tetap ada pertanyaan mengenai faktor-faktor yang memicu perkembangan mekanisme pemangsa pada tanaman tersebut.
  2. Perangkap yang Rumit: Tanaman karnivora memiliki berbagai jenis perangkap yang rumit dan unik untuk menangkap serangga. Misalnya, sundew memiliki kelenjar lendir yang menarik serangga, sementara Venus flytrap memiliki daun yang berduri dan menutup dengan cepat saat serangga menyentuhnya. Bagaimana tanaman ini mengembangkan perangkap yang kompleks dan rumit masih menjadi misteri.
  3. Sumber Nutrisi yang Terbatas: Tanaman karnivora hidup di lingkungan yang sering kali memiliki sumber nutrisi yang terbatas, seperti tanah yang miskin unsur hara. Misteri yang menarik adalah bagaimana tanaman karnivora mampu memenuhi kebutuhan nutrisi mereka dengan memangsa serangga. Bagaimana mereka beradaptasi dengan lingkungan yang sulit ini masih menjadi pertanyaan yang menarik.
  4. Komunikasi dengan Serangga: Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tanaman karnivora dapat berkomunikasi dengan serangga, baik melalui sinyal kimia atau respons mekanis terhadap kehadiran serangga. Namun, mekanisme dan signifikansi komunikasi ini masih menjadi misteri dan menjadi area penelitian yang menarik.
  5. Keberlanjutan Populasi: Beberapa spesies tanaman karnivora menghadapi ancaman terhadap kelangsungan hidup mereka karena perusakan habitat, perdagangan ilegal, dan gangguan manusia lainnya. Membangun strategi konservasi yang efektif untuk mempertahankan populasi tanaman karnivora yang langka dan terancam masih menjadi tantangan.

Misteri-misteri ini terus menjadi subjek penelitian dan eksplorasi oleh para ilmuwan, dan dengan kemajuan ilmu pengetahuan, pengetahuan kita tentang tanaman karnivora terus berkembang. Namun, keunikan dan keanehan tanaman karnivora tetap membuatnya menarik dan memikat banyak orang.