BAGIKAN
[Wikimedia Commons]

Sebuah tim peneliti gabungan dari Universitas Washington dan Universitas Carnegie Mellon telah mengembangkan apa yang mereka sebut sebagai BrainNet — suatu sistem yang memungkinkan tiga orang saling berkomunikasi satu sama lain hanya dengan menggunakan gelombang otak. Mereka telah menulis sebuah paper yang menjelaskan tentang sistem tersebut dan seberapa besar keberhasilannya, yang mereka posting di server preprint arXiv.

Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa adalah mungkin bagi dua orang untuk berkolaborasi hingga batas tertentu menggunakan gelombang otak untuk memainkan sebuah video game. Dalam upaya baru ini, para peneliti telah memperluas idenya untuk mengikutsertakan orang ketiga.

Dua relawan dipasang dengan elektroda pada kulit kepala mereka untuk mendeteksi gelombang otaknya — sebuah perangkat keras dan perangkat lunak electroencephalogram standar yang digunakan untuk memproses suatu sinyal. Relawan ketiga dilengkapi dengan elektroda untuk membaca gelombang otaknya, sekaligus memiliki sebuah perangkat yang ditempatkan di dekat kepalanya untuk melakukan stimulasi magnetik transkranial.




Dua sukarelawan pertama dianggap sebagai pengirim — mereka menonton game Tetris yang sama sebagai orang ketiga, yang disebut sebagai penerima, dan memberikan petunjuknya bagaimana setiap balok seharusnya diarahkan menggunakan pikiran mereka.

Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa ketika seseorang melihat sebuah LED berkedip pada 15 Hz, gelombang otak mereka menyesuaikannya, dan mulai mentransmisikan pada frekuensi yang sama. Demikian juga, jika orang itu beralih ketika melihat LED berkedip pada 17 Hz, gelombang otak mereka mulai mentransmisikan pada 17 Hz. Ini memungkinkan pengirim untuk berbicara secara biner kepada penerimanya – memutar atau tidak memutar baloknya pada kotak permainan Tetris.

[Credit: arXiv: 1809.08632 [cs.HC]]
Bagi penerima sendiri, ia membutuhkan petunjuk dari pengirimnya karena pandangan terhadap sebagian layar permainan menjadi tertutup – dia tidak dapat melihat bagian bawah layar. Dengan memperhatikan pesan-pesan biner dari pengirimnya, dia akan tahu apakah harus memutar balok yang turun atau sebaliknya – mengurangi intervensi.




Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa ketika subjek menerima sinyal magnetik menuju lobus oksipital di otak, mereka akan melihat kilatan cahaya. Jadi, untuk “mendengar” pesan dari pengirimnya, penerima akan melihat kilatan cahaya yang menunjukkan kapan harus memutar balok. Setelah itu, pengirim dapat menawarkan lebih banyak petunjuknya berdasarkan perubahan orientasi terhadap objek dalam game.

Para peneliti berpendapat bahwa tidak ada alasan bagi BrainNet sehingga tidak dapat diperluas untuk menyertakan sebanyak mungkin orang yang diinginkan – mereka membayangkan jaringan seperti itu digunakan untuk memecahkan sebuah permasalahan secara kolaboratif menggunakan Internet.