BAGIKAN
Monyet hijau Afrika Barat (Chrocebus sabaeus) di Senegal. Credit: Julia Fischer

Sebuah penelitian yang mengkaji tentang bagaimana bahasa dan komunikasi berkembang selama evolusi, dilakukan melalui sebuah pendekatan yang menggunakan sistem panggilan yang biasa dilakukan oleh kawanan monyet vervet.

Monyet vervet Afrika Timur menggunakan semacam peringatan  kepada kawanannya terhadap bahaya yang akan ancaman dari para predator berupa seruan peringatan khusus yang berarti “macan tutul”, “elang” atau “ular”.

Dalam sebuah penelitian yang baru-baru ini diterbitkan, para ilmuwan dari Pusat Primata Jerman (DPZ) – Institut Leibniz untuk Penelitian Primata telah menyelidiki bagaimana kera hijau Afrika Barat yang berkerabat dkat dengan monyet vervet, bereaksi terhadap suara yang dianggap asing.

Untuk melakukan ini, para peneliti menerbangkan sebuah drone di atas sekelompok monyet hijau Afrika Barat dan kemudian memutarkan sebuah rekaman suara derau drone. Dari reaksi hewan-hewan itu, para peneliti dapat menyimpulkan bahwa hewan-hewan itu belajar dengan sangat cepat tentang apa makna dari suara drone yang telah mereka dengar.

Namun, monyet-monyet tidak membuat seruan peringatan baru, melainkan menggunakan seruan yang sama dengan yang digunakan oleh monyet vervet Afrika Timur untuk memperingatkan terhadap pemangsa udara seperti elang.

Ini menunjukkan bahwa struktur komunikasi dalam panggilan atau seruan, telah dilestarikan dan ditentukan selama perjalanan evolusi sejak lama.

Studi ini dipublikasikan di Nature Ecology & Evolution.

Ada tiga predator utama yang mengancam monyet-monyet vervet Afrika Timur: macan tutul, elang, dan ular. Untuk masing-masing predator ini, kera-kera telah mengembangkan seruan peringatan khusus untuk menanggapi masing-masing predator dengan strategi yang tepat: Ketika seruan “macan tutul” diucapkan, mereka memanjat pohon, ketika mereka mendengar seruan “elang”, mereka menoleh ke langit dan bersembunyi, dan ketika seruan “ular” diucapkan, mereka berdiri di atas dua kaki dan tetap tak bergerak.

Monyet hijau Afrika Barat yang merupakan kerabat dekat, juga mengeluarkan seruan peringatan untuk macan tutul dan ular, namun tidak untuk predator udara. Melalui hewan-hewan ini, Julia Fischer bersama tim dari German Primate Center sekarang telah melakukan percobaan pemutaran suara untuk menyelidiki evolusi sistem seruan peringatan. Pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan tentang perkembangan bahasa.

Monyet hijau Afrika Barat muncul di dekat stasiun penelitian DPZ Simenti di Senegal. Julia Fischer dan timnya telah menghadapi hewan-hewan ini dengan ancaman potensial baru dari udara: sebuah drone, yang mereka terbangkan di ketinggian 60 meter di atas hewan-hewan. Suara drone yang telah direkam kemudian diputar untuk diperdengarkan kepada kawanan kera.

Para peneliti ingin mengetahui seberapa cepat hewan-hewan itu mempelajari makna dari suaranya. Dalam percobaan pemutaran suara, binatang bereaksi terhadap suara drone dengan seruan peringatan, beberapa di antaranya menoleh ke langit dan bersembunyi. Seruan peringatan ini sangat berbeda dari suara kera yang dihasilkan saat di hadapan ular dan macan tutul. Namun, seruan itu mirip dengan seruan peringatan yang diucapkan oleh monyet vervet Afrika Timur ketika seekor elang mendekat dari udara.

“Hewan-hewan dengan cepat mempelajari arti suara yang sebelumnya tidak dikenal dan mengingat informasi tersebut,” kata Julia Fischer, penulis utama penelitian ini. “Ini menunjukkan kemampuan mereka untuk belajar tentang pendengaran.”

Monyet hijau Afrika Barat telah memperingatkan mereka tentang ancaman baru dari udara dengan seruan yang terdengar sangat mirip dengan seruan yang diucapkan oleh monyet vervet Afrika Timur ketika terancam elang. “Struktur seruan peringatan tampaknya berakar kuat dalam evolusi monyet vervet ,” tambah Julia Fischer.