BAGIKAN
(Karl Janisse/Unsplash)

Daging ayam yang ditumbuhkan di lab sebentar lagi dapat anda nikmati pada restoran-restoran di Singapura setelah negara ini berhasil mengembangkan daging ayam buatan yang dihasilkan tanpa perlu melakukan penyembelihan hewan.

Perusahaan startup asal Amerika Serikat, Eat just Inc telah menyatakan bahwa daging ayam buatan ini telah mendapatkan persetujuan untuk dijual secara luas di Singapura sebagai bahan pembuat chicken nuggets.

Kabar ini merupakan sebuah “terobosan baru bagi industri makanan global”, kata juru bicara perusahaan tersebut. Karena selama ini mereka terus berusaha mencari cara dalam memproduksi daging tanpa perlu kerusakan lingkungan.

“Saya yakin bahwa persetujuan regulasi yang kami dapatkan untuk daging buatan ini adalah yang pertama di Singapura dan juga di banyak negara di dunia,” kata Josh Tetrick, co-founder dan CEO dari Eat Just.

Kebiasaan mengkonsumsi daging diketahui menjadi ancaman bagi lingkungan hidup karena hewan ternak menghasilkan gas metana, jenis gas rumah kaca yang sangat kuat. Kebutuhan akan tersedianya daging alternatif terus meningkat seiring dengan meningkatkan tekanan publik terhadap lingkungan dan kesejahteraan hewan. Dan sejauh ini daging alternatif yang tersedia hanya dengan berbahan baku tumbuhan.

Beberapa kalangan mengkhawatirkan harga daging ayam buatan ini akan sangat mahal, tetapi juru bicara Just Eat mengatakan bahwa perusahaan tersebut telah berhasil mencapai “kemajuan yang berarti” dalam menurunkan biaya.

“Sejak awal, kami berkomitmen akan memberikan keseimbangan harga dengan jenis daging ayam premium di restoran-restoran kelas atas,” kata juru bisa Just Eat pada AFP.

Tetapi dia belum bisa mengungkapkan berapa harga dari nuggets produksi perusahaannya, dan dia menyatakan bahwa akan segera meluncurkan produk tersebut pada sebuah restoran di Singapura sebelum produk-produk lainnya – termasuk daging dada ayam buatan – dikeluarkan.

Just Eat berharap akan dapat menurunkan harga hingga dibawah harga daging ayam konvensional pada beberapa tahun mendatang, demikian juru bicaranya menambahkan.

Eat Just sejauh ini telah melakukan 20 kali proses produksi dalam sebuah bioreaktor berkapasitas 1200 liter untuk membuat daging ayam alternatif ini. Hasil pemeriksaan keamanan dan kualitas menunjukkan bahwa produk daging ayam buatan ini telah memenuhi standar makanan.

Konsumsi daging diproyeksikan akan terus meningkat sebesar 70 persen di tahun 2050, dan daging alternatif yang dikembang di lab ini memiliki peran yang dapat dimainkan dalam memastikan ketersediaan suplai makanan yang aman dikonsumsi, kata juru bicara Just Eat.

“Dengan melakukan kerjasama yang lebih luas dengan sektor agrikultur dan para pembuat kebijakan yang berpikiran ke depan, perusahaan seperti yang kami miliki ini dapat membantu memenuhi kebutuhan protein hewani yang terus meningkat mengingat populasi akan terus bertambah hingga mencapai 9,7 milyar pada tahun 2050,” kata Tetrick, CEO Eat Just.

Badan pengawas makanan Singapura, telah mengkonfirmasi bahwa mereka telah menyetujui penjualan daging ayam yang dikembangkan di lab milik Eat just pada produk nuggets setelah produk tersebut dianggap aman untuk dikonsumsi.

Singapura saat ini telah menjadi pusat pengembangan alternatif yang berkelanjutan. Ditandai dengan tumbuhnya perusahaan-perusahaan start-up yang memproduksi berbagai jenis makanan alternatif mulai dari “seafood” yang ditumbuhkan di lab hingga “dumpling” yang terbuat dari buah-buahan tropis, bukan dari daging babi seperti biasanya.

William Chen, seorang ilmuwan Singapura yang juga anggota dari sebuah panel ahli yang memberi masukan pada para pembuat kebijakan mengatakan bahwa keamanan makanan adalah kunci yang menjadi perhatian mereka dalam mengembangkan daging alternatif.

Singapura hampir tidak memiliki pertanian, kami mengimpor lebih dari 90 persen produk makanan dari negara lain,” kata Chen, yang juga merupakan direktur dari Nanyang Technological University food science and technology programme.

“Menemukan cara untuk meningkatkan ketersediaan pangan secara lokal akan menjadi satu pilihan yang berkelanjutan dan juga layak.”