Disebut juga sebagai ikan pasuk atau remang, hagfish adalah hewan memanjang seperti belut yang hidup tanpa rahang dan sepasang sirip, memiliki sebagian tempurung kepala, tetapi tidak memiliki tulang belakang – sehingga tidak dikategorikan sebagai vertebrata, berada di kelas Agnatha, yang diperuntukkan bagi ikan tanpa rahang. Hewan ini dianggap sebagai salah satu makhluk purba yang memunculkan ikan. Satu-satunya fosil hagfish primitif yang telah ditemukan berusia sekitar 300 juta tahun.
Meski hidup tanpa sepasang mata, tetapi memiliki indra sentuhan dan penciuman yang berkembang dengan baik. Memiliki empat pasang tentakel penginderaan yang terpasang di sekitar mulut. Meskipun kebiasaan makan mereka tampak menjijikkan, hagfish membantu membersihkan dan mendaur ulang hewan mati dari dasar laut. Sejauh ini, bagian terbesar dari makanannya adalah cacing polychaete, tetapi karena metabolismenya yang lambat, hagfish dapat bertahan tanpa asupan makanan hingga tujuh bulan.
Lendirnya, memiliki keampuhan tersendiri sebagai alat pertahanan. Saat terancam atau terkena gigi pemangsa, dalam sekejap mata ia dapat memproduksi lendir dengan jumlah berkali-kali volume tubuhnya sendiri. Ledakan lendir yang sangat lengket dan berserat, membuat predator tidak punya banyak pilihan selain memuntahkan mangsanya dan mencoba membersihkan mulutnya yang dipenuhi lendir yang berpotensi menyumbat saluran pernapasan insang dan berujung pada kematian.
Lendir hagfish sebenarnya merupakan bahan yang menakjubkan, yang terbuat dari molekul protein dan gula yang dikenal sebagai musin, tidak mengering dan mengeras seiring berjalannya waktu akan tetap lengket.
Sebagai material, lendir ini bisa lima kali lipat lebih kuat dari baja dan hampir sekuat serat laba-laba. Lendir yang berbahan utama berupa protein intermediate filament (IF) terdiri dari jaringan serat benang super tipis berdiameter 12 nanometer tetapi panjangnya 15 sentimeter. 100 kali lebih tipis dari rambut manusia, tetapi 10 kali lebih kuat dari nilon.
Para peneliti mencoba mencari tahu bagaimana mereka dapat menggunakan lendir untuk menghentikan pendarahan pada korban kecelakaan, atau membuat kain yang berkelanjutan untuk pakaian. Bahkan Angkatan Laut AS tertarik untuk merekayasa bahan ini untuk pertahanan melawan rudal.
Sebuah peristiwa naas lalu-lintas di tahun 2017 sempat viral, saat sebuah truk menumpahkan 3.400 kg hagfish yang masih hidup ke jalan raya di Oregon. Namun, situasinya memerlukan semacam penjelasan ilmiah, karena tidak setiap hari lendir dari fosil yang hidup menghancurkan satu mobil Prius yang tidak beruntung, menurut Gizmodo.