Sebagai Arsitek, inovasi sangatlah diperlukan. Berkreasi dengan berbagai macam model bangunan, sampai menggunakan bahan – bahan yang tidak pernah digunakan sebelumnya. Seperti salah satunya adalah penggunaan kontainer bekas atau peti kemas bekas yang kini menjamur di sekitar kita. Belakangan ini banyak terlihat di jalan – jalan berdiri bangunan yang terbuat dari modifikasi kontainer. Kontainer – kontainer ini disulap sedemikian rupa hingga menjadi kantor, ruang publik, dan bahkan ada yang menjadikannya sebagai tempat tinggal. Bangunan dengan bahan dasar kontainer bekas ini semakin hari semakin diminati, alasan utamanya adalah harga yang jauh lebih murah dibandingkan dengan bangunan dari bata ataupun bangunan dari kayu. Untuk kisaran harga di Jakarta, kontainer dengan ukuran 12,20m X 12m dihargai dengan 15-19 juta tergantung dari kondisi kontainer tersebut.
Banyak orang bertanya – tanya bagaimana rasanya tinggal didalam sebuah kontainer. Di Indonesia sendiri sudah banyak tempat publik yang menggunakan kontainer. Seperti perpustakaan yang terdapat di lingkungan Jawa Timur Park, Malang. Bangunan ini terdiri atas 7 (tujuh) susun kontainer yang dibuat sedemikian rupa sehingga menjadi nyaman bagi penggunjungnya. Atau seperti yang terdapat pada Café the Container Grill Bar and Resto di Tangerang yang menggunakan 4 buah kontainer bekas yang digabungkan dengan bangunan ruko yang telah ada sebelumnya. Contoh berikutnya ada pada hotel D’Cabin di Bogor yang memaksimalkan 5 buah kontainer bekas yang telah disulap menjadi kamar hotel dengan Full Furnish. Umunya penggunaan kontainter di Indonesia sebatas digunakan sebagai public space belum digunakan sebagai tempat tinggal.
Pemaparan di atas hanyalah garis besar umum tentang kekurangan dan kelebihan mendirikan bangunan dengan menggunakan media kontainer bekas. Semoga dapat bermanfaat dan menambah ide untuk bangunan Anda.
Tsuchiya Yooko – Abov.id