Kecoak dapat membawa serta patogen yang dapat menyebabkan penyakit. Sebuah studi telah mengidentifikasi 30 spesies bakteri yang terkait dengan kecoak yang hidup berdekatan dengan manusia. Meskipun kecoak belum dikaitkan dengan wabah tertentu, tapi mungkin turut berperan dalam menyebarkan infeksi tertentu. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, kecoak diketahui atau diduga pembawa mikroorganisme yang dapat menyebabkan diare, disentri, kolera, kusta, wabah, demam tifoid dan penyakit virus, seperti poliomielitis. Sebuah penelitian telah menunjukkan bahwa asma dan alergi lainnya dapat diperburuk dengan kehadiran kecoak.
Sebuah studi tentang seberapa cepat populasi kecoak Jerman (Blattella germanica) kembali pulih setelah diberikan berbagai jenis pembunuh serangga telah mengungkapkan bahwa kecoak dapat mengembangkan resistensi umum terhadap pestisida yang bahkan terhadap pestisida yang belum pernah dijumpainya.
“Ini adalah tantangan yang sebelumnya tidak terealisasi dalam kecoak,” kata Michael Scharf peimimpin penelitian dari Purdue University, yang temuannya diterbitkan di jurnal Scientific Reports.
Para peneliti dari Purdue University melakukan percobaan untuk mengevaluasi bagaimana kecoak mengembangkan resistensi terhadap pestisida selama beberapa generasi berturut-turut, berharap untuk dapat menentukan metode pemberantasan mana yang paling optimal.
Scharf dan rekan penulis penelitiannya mencoba menguji metode-metode itu di sebuah gedung bertingkat di Indiana dan Illinois selama enam bulan.
Dalam percobaan pertama, tiga insektisida dari jenis yang berbeda digunakan secara bergantian setiap bulan selama tiga bulan dan kemudian dilakukan kembali dengan cara ynag sama. Pada percobaan kedua, mereka menggunakan campuran dua jenis insektisida yang berbeda selama enam bulan. Sedangkan pada percobaan yang ketiga, mereka menentukan insektisida di mana kecoak memiliki resistensi tingkat rendah dan menggunakannya sepanjang waktu.
Di setiap lokasi, kecoak ditangkap sebelum penelitian dan diuji di laboratorium untuk menentukan insektisida paling efektif untuk setiap perlakuan, sebuah upaya dari para ilmuwan untuk mendapatkan hasil yang terbaik.
Tiga jenis insektisida digunakan secara bergantian, para peneliti mampu menjaga populasi kecoak tetap stabil selama periode enam bulan, tetapi jumlahnya tidak berkurang. Campuran dua jenis insektisida tidak bekerja, dan populasi kecoak tetap berkembang.
Dalam salah satu percobaan insektisida tunggal, Scharf dan rekannya menemukan bahwa ada sekitar 10 persen resistensi awal terhadap insektisida yang telah dipilih tersebut dan populasinya tetap tumbuh.
Dalam tes lab selanjutnya dari kecoak yang tersisa, Scharf dan tim menemukan bahwa resistansi silang kemungkinan memainkan peran penting. Sejumlah kecoak akan kebal terhadap pestisida jenis tertentu. Kecoak yang selamat dari pemaparan pestisida dan keturunannya, pada dasarnya kebal terhadap insektisida yang akan diberikan berikutnya. Tetapi kelompok ini pun juga mendapatkan resistensi terhadap insektisida jenis lainnya, bahkan jika kecoa ini tidak pernah terpapar oleh insektisida dan tidak memiliki resistensi sebelumnya.
“Kami akan melihat peningkatan resistensi empat atau enam kali lipat hanya dalam satu generasi,” kata Scharf. “Kami tidak memiliki petunjuk bahwa sesuatu seperti itu dapat terjadi secepat ini.”
Kecoak betina memiliki siklus reproduksi tiga bulan yang menghasilkan hingga 50 keturunan. Bahkan jika sebagian kecil kecoak tahan terhadap insektisida, dan kecoak tersebut mendapatkan resistansi silang, populasi yang telah dimusnahkan oleh satu perlakuan dapat meledak kembali dalam beberapa bulan saja.
Scharf merekomendasikan menggabungkan perawatan kimia dengan perangkap, peningkatan sanitasi dan vakuum yang dapat menghilangkan kecoak.