BAGIKAN
(12019/Pixabay)

Perubahan iklim secara mendadak dan perkawinan silang dengan Homo Sapiens adalah sebagian contoh dari hipotesis tentang apa yang menyebabkan kepunahan Neanderthal. Namun, penelitian terbaru yang menggunakan simulasi pemodelan superkomputer menunjukkan bahwa kepunahan Neanderthal disebabkan oleh kalahnya persaingan dengan Homo Sapiens sekitar 43 hingga 38 ribu tahun yang lalu.

Hasil penelitiannya diterbitkan di jurnal Quaternary Science Reviews. 

Neanderthal telah menempati Eurasia setidaknya selama 300.000 tahun. Kemudian, sekitar 43 hingga 38 ribu tahun yang lalu secara mendadak mereka lenyap dari muka bumi. Kecuali, peninggalan genetiknya yang tak banyak, masih dapat ditemukan jejaknya pada manusia modern sekarang.



Sudah ditetapkan bahwa kepunahan mereka bertepatan dengan suatu periode di mana kondisi iklimnya berfluktuasi secara cepat, dan bersamaan dengan kedatangan Homo sapiens di Eropa. Namun, menentukan faktor mana yang merupakan penyebab paling dominan, tetap menjadi salah satu tantangan terbesar bagi antropologi evolusioner.

Untuk mengukur proses mana yang memainkan peran paling penting dalam mengurangi populasi Neanderthal, suatu model matematika dapat membantu untuk menelusurinya. Di mana dengan secara realistis kita dapat mensimulasikan migrasi Neanderthal dan Homo sapiens, interaksi di antara keduanya, kompetisi dan kawin silang dalam suatu perubahan iklim lingkungan.

Gambar simulasi komputer terkait kepadatan populasi Neanderthal (kiri) dan Homo sapiens (kanan) 43.000 tahun yang lalu (atas) dan 38.000 tahun yang lalu (bawah). Lingkaran oranye (hijau) menunjukkan situs arkeologi Neanderthal (Homo sapiens) selama interval 5.000 tahun yang berpusat di sekitar 43 dan 38 ribu tahun yang lalu. (Credit: Institute for Basic Science)

Menggunakan sebuah superkomputer IBS Aleph, tim peneliti dapat memecahkan serangkaian persamaan matematika yang menggambarkan bagaimana pergerakan Neanderthal dan Homo sapiens dalam sebuah lanskap glasial, pada waktu yang berbeda-beda dan di bawah perubahan suhu, curah hujan dan pola tumbuhan.

Di dalam model, kedua kelompok hominin bersaing untuk mendapatkan sumber makanan yang sama. Di sisi lain, sebagian kecil di antara mereka melakukan kawin silang. Parameter kunci dari model diperoleh dari simulasi komputer model iklim yang sebenarnya, data-data genetik dan demografi.

“Ini adalah pertama kalinya kita dapat mengukur penyebab kepunahan Neanderthal,” kata Axel Timmermann, direktur IBS Center for Climate Physics di Pusan National University. “Dalam model komputer, saya dapat menghidupkan dan mematikan berbagai proses, seperti perubahan iklim mendadak, kawin silang atau kompetisi,” katanya.

Dengan membandingkan hasilnya dengan data-data paleo-antropologis, genetik, dan arkeologis yang ada – seperti pada gambar di atas, Timmermann menunjukkan bahwa kepunahan realistis dalam model komputer hanya mungkin jika Homo sapiens memiliki keunggulan signifikan dibandingkan Neanderthal dalam hal mengeksploitasi sumber makanan yang ada.

Meskipun model ini tidak menetapkan secara rinci, alasan yang mungkin mengapa Homo sapiens lebih unggul, dapat dikaitkan dengan teknik perburuannya yang lebih baik, kekebalan yang lebih kuat terhadap penyakit atau tingkat kesuburan yang lebih tinggi.



Apa yang menyebabkan kepunahan Neanderthal begitu cepat tetap sulit dipahami sejak lama. Pendekatan pemodelan komputer terbaru ini mengidentifikasi ‘pengecualian kompetitif’ sebagai kemungkinan alasan terhadap kepunahan Neanderthal.

“Neanderthal hidup di Eurasia setidaknya selama 300.000 tahun dan memiliki pengalaman serta beradaptasi terhadap perubahan iklim yang mendadak, yang bahkan lebih dramatis daripada yang terjadi selama hilangnya Neanderthal. Bukan suatu kebetulan jika Neanderthal menghilang tepat pada saat itu Homo sapiens mulai menyebar ke Eropa,” kata Timmermann. “Simulasi model komputer terbaru ini menunjukkan dengan jelas bahwa peristiwa ini adalah kepunahan besar pertama yang disebabkan oleh spesies kita sendiri.” ia menambahkan.