BAGIKAN
[antropogenez.ru]

Para ilmuwan berhasil melakukan sekuensing terhadap protein purba dan berhasil mendapatkan rangkaian informasi genetis dari primata yang telah punah selama 1,9 juta tahun dan pernah hidup di sebuah area sub tropis di selatan China. Dari informasi genetis ini, para peneliti berhasil mengungkap bagaimana proses evolusi dari primata Gigantopithecus blacki, yang memiliki tinggi sekitar tiga meter dengan berat bisa mencapai 600 kg dan memiliki hubungan kekerabatan yang dekat dengan orang utan.

Ini adalah untuk pertama kalinya para ilmuwan berhasil memperoleh informasi genetis dari sampel yang berumur jutaan tahun dari sebuah wilayah yang bercuaca hangat dan lembab seperti sub tropis. 

Penelitian ini telah dipublikasikan dalam jurnal ilmiah Nature, dan menurut Frido Welker dari fakultas ilmu kesehatan dan medis di Globe Institute dan juga penulis utama dari artikel ini, adalah sebuah terobosan baru dalam bidang ilmu biologi evolusi.




“Secara evolusioner, primata adalah kerabat terdekat dari manusia. Dan penelitian ini berhasil menunjukkan kepada kita bahwa bukan hal yang tidak mungkin untuk melakukan sekuensing protein untuk bisa menggali informasi genetis dari fosil primata yang berumur dua juta tahun dari sebuah wilayah sub tropis. Hingga kini, baru dimungkinkan untuk mendapatkan informasi genetis dari fosil yang berumur hingga 10.000 tahun dari sebuah wilayah yang hangat dan lembab. 

Penemuan ini sangat menarik perhatian para ilmuwan, karena fosil-fosil purba dari nenek moyang spesies kita, Homo Sapiens, sebagian besar ditemukan di wilayah sub tropis, khususnya pada fosil-fosil yang berasal dari masa awal evolusi manusia. Dan keberhasilan ini membuka jalan untuk untuk menggali informasi genetis pada fosil-fosil purba lainnya sehingga kita bisa menyambungkan garis evolusi dari primata hingga menjadi manusia,” kata Frido Welker.

Saat ini, para ilmuwan mengetahui bahwa garis keturunan manusia dan simpanse terputus sekitar tujuh atau delapan juta tahun yang lalu. Dengan menggunakan metologi terdahulu, mereka hanya bisa mengambil informasi genetis dari fosil yang berusia tidak lebih dari 40.000 tahun. Hasil terbaru memberi peluang untuk melakukan rekonstruksi hubungan evolusi antara spesies kita spesies yang telah punah hingga jauh ke belakang, setidaknya hingga dua juta tahun.

Rahang bawah Gigantopithecus blacki. [Credit: Prof. Wei Wang.P]

Dalam studi terbaru yang juga dipublikasikan dalam Nature, Enrico Cappelini, dari the Globe institute dan juga penulis senior dari penelitian ini, bersama dengan rekan-rekan anggota tim internasional, menunjukkan potensi besar dari keberhasilan proses sekuens protein pada fosil purba.




“Dengan melakukan proses sekuens protein pada sampel enamel gigi yang berusia sekitar dua juta tahun, sangat mungkin untuk merekonstruksi kembali hubungan evolusioner dari spesies hewan yang telah lama punah dengan DNA spesies yang masih ada sekarang. Pada penelitian ini, kami berhasil menghubungkan garis keturunan antara orangutan dan Gigantopithecus yang terputus sekitar 12 juta tahun yang lalu,” kata Enrico Cappellini.

Fosil dari Gigantopithecus pertama kali ditemukan di bagian selatan China pada tahun 1935. Ketika ditemukan, fosil tersebut hanya terdiri dari beberapa tulang rahang bawah dan gigi. Sisa tulang belulang dari keseluruhan kerangka tidak pernah ditemukan hingga sekarang. Kondisi ini memunculkan banyak spekulasi tentang penampilan fisik dari hewan misterius ini.

Grafik perbandingan antara tinggi spesies Gigantopithecus dengan manusia dengan tinggi badan 1,78 meter.




“Berbagai upaya kami selama ini untuk menyelidiki organisme hidup mana yang paling mirip dengan Gigantopithecus hanya berdasarkan perbandingan dari bentuk fosil dan referensi material yang berasal dari jenis-jenis kera besar yang masih hidup hingga kini. Proses analisa dari DNA purba bukanlah sebuah pilihan pada saat itu, karena Gigantopithecus telah punah sekitar 300.000 tahun yang lalu. Dan pada wilayah dengan kondisi geografis di mana fosil ini ditemukan, tidak ada DNA yang berusia lebih dari 10.000 tahun yang bisa diambil selama ini. Kemudian, kami memutuskan untuk melakukan sekuensing protein pada lapisan enamel gigi untuk merekonstruksi hubungan evolusioner dengan jenis-jenis kera besar yang ada sekarang, dan kami menemukan bahwa orang utan adalah kerabat terdekat dari Gigantopithecus,” kata Enrico Cappelini.