Tahukah Anda bahwa menjadikan semut sebagai makanan utama bisa menjadi kunci sukses bertahan hidup? Faktanya, kebiasaan makan semut ternyata telah berevolusi setidaknya 12 kali pada mamalia selama 66 juta tahun terakhir. Yang lebih menakjubkan, semua hewan pemakan semut ini mengembangkan ciri-ciri fisik yang mirip—contoh sempurna dari evolusi konvergen.
Semut: Makanan Super yang Melimpah
Dunia dipenuhi semut! Studi terbaru memperkirakan ada sekitar 20 kuadriliun semut di Bumi, dengan total biomassa mencapai 12 megaton karbon—lebih besar dari gabungan semua mamalia dan burung liar, dan setara dengan 20% biomassa manusia.
Awalnya, semut hanya minoritas di antara serangga. Namun, populasi mereka meledak sekitar 23 juta tahun lalu, menjadikan mereka sumber makanan yang mudah didapat dan bergizi tinggi.
Spesialisasi Ekstrem: Hidup Hanya dari Semut
Meski banyak hewan yang sesekali memakan serangga, hanya segelintir mamalia yang mengandalkan semut sebagai makanan tunggal (disebut obligate myrmecophagy). Contohnya:
- Trenggiling
- Pemakan semut raksasa
- Echidna
- Numbat
- Aardvark
Yang mengejutkan, hewan-hewan ini berasal dari tiga kelompok mamalia berbeda (plasenta, marsupial, dan monotrem), tetapi memiliki adaptasi fisik serupa:
- Tengkorak dan lidah panjang untuk menjangkau sarang semut.
- Gigi menyusut karena tidak perlu mengunyah.
- Cakar kuat untuk menggali sarang.
- Metabolisme lambat karena semut rendah kalori.
Evolusi Konvergen: Desain Ulang oleh Semut
Fenomena ini mirip dengan bagaimana bentuk kepiting berevolusi berulang kali. Namun, menurut penelitian terbaru di jurnal Evolution, semut justru lebih berpengaruh!
“Semut seperti insinyur evolusi. Adaptasi pemakan semut pada mamalia muncul dua kali lebih sering daripada bentuk kepiting,” kata ahli serangga Phillip Barden.
Tak hanya mamalia—lebih dari 10.000 spesies arthropoda juga meniru bentuk atau perilaku semut untuk bertahan hidup.
Peringatan untuk Manusia
Penelitian ini mengingatkan kita bahwa setiap spesies yang punah bisa memicu efek domino tak terduga. Keberadaan semut, misalnya, telah membentuk evolusi mamalia selama puluhan juta tahun.
Jadi, lain kali melihat semut, ingatlah: mereka bukan sekadar serangga kecil, tapi arsitek evolusi yang luar biasa! 🐜✨
Kredit Penelitian:
Tim peneliti: Thomas Vida (Universitas Bonn), Phillip Barden (NJIT), Zachary Calamari (CUNY).
Sumber: Evolution (2023).
Fakta tambahan: National Geographic, ScienceAlert.