BAGIKAN
Jacob Norrie

Sebuah studi hewan skala besar dari tahun 2021 mengungkapkan sesuatu yang menarik tentang menguap: Vertebrata dengan otak lebih besar dan lebih banyak neuron-nya cenderung menguap lebih lama.

Para peneliti menemukan “korelasi positif yang kuat” antara seberapa lama seekor hewan menguap dengan ukuran otaknya. Temuan penelitian, yang dilakukan oleh tim ilmuwan internasional yang berpusat di sekitar ahli biologi Jorg Massen dari Universitas Utrecht dan Andrew Gallup dari Institut Politeknik Universitas Negeri New York, telah diterbitkan pada 6 Mei 2021 di jurnal ilmiah Communications Biology.

Penemuan baru-baru ini menunjukkan bahwa menguap mendinginkan otak. “Melalui penghirupan udara dingin secara bersamaan dan peregangan otot di sekitar rongga mulut, menguap meningkatkan aliran darah yang lebih dingin ke otak, dan dengan demikian memiliki fungsi termoregulasi,” kata Andrew Gallup.

“Kami pergi ke beberapa kebun binatang dengan kamera dan menunggu di dekat kandang hewan sampai hewan menguap,” kata etnologis Jorg Massen dari Universitas Utrecht di Belanda dalam pernyataan tahun 2021. “Itu perjalanan yang cukup lama.”

“Meskipun pola menguap tetap, durasinya berevolusi seiring dengan ukuran otak dan jumlah neuron,” tulis para peneliti dalam makalah mereka.

“Selain itu, fungsi ini tampaknya dilestarikan di berbagai jenis hewan, sehingga asal evolusinya dapat ditelusuri kembali ke setidaknya nenek moyang burung dan mamalia dan berpotensi lebih jauh lagi.”

Analisis dilakukan untuk menguji hipotesis yang diajukan pada tahun 2007 oleh salah satu peneliti yang mengerjakan penelitian ini: bahwa menguap adalah cara penting untuk mendinginkan otak. Oleh karena itu, otak yang lebih besar perlu menguap lebih lama untuk mendinginkannya dengan tepat.

Selain itu, tim peneliti menemukan bahwa mamalia tampaknya menguap lebih lama daripada burung. Ini bisa dijelaskan dengan suhu inti yang lebih tinggi di tubuh burung. Perbedaan antara suhu inti burung dan udara di sekitarnya lebih besar daripada mamalia. Akibatnya, darah burung lebih ce[at dingin akibat udara sekitar, sehingga menguapnya jauh lebih singkat.

Para peneliti tidak menghubungkan apa pun dengan kecerdasan, hanya ukuran otak dan jumlah neuron yang ada di dalamnya; juga tidak ada referensi untuk frekuensi menguap. Misalnya, kita manusia cenderung menguap antara 5-10 kali sehari.

Menguap juga bisa menular. Salah satu hipotesis untuk menjawabnya adalah bahwa hal itu melayani fungsi sosial, membawa kelompok ke dalam keadaan pikiran yang sama dan mungkin membantu menyinkronkan pola tidur.

“Mendapatkan rekaman video dari begitu banyak hewan yang menguap membutuhkan kesabaran, dan pengkodean selanjutnya dari semua menguap ini telah membuat saya kebal terhadap penularan menguap,” kata ahli biologi Margarita Hartlieb dari Universitas Wina, Austria.

Otak berfungsi paling baik pada suhu optimal. Jika suhu otak terlalu panas, dengan alasan apa pun, kita menjadi kurang waspada dan penuh perhatian. Sekarang tampaknya mamalia dan burung mengembangkan mekanisme perilaku untuk mengatasi hal ini, dengan cara menguap.