BAGIKAN
(jcomp/freepik)

Mengapa bakteri yang umumnya berada di rongga mulut dapat memicu terjadinya radang usus pada seseorang. Para peneliti menganalisis genetika terhadap lebih dari selusin strain dari bakteri campylobacter concisus. Mereka menemukan sebuah sekuens pendek DNA yang bisa menjadi suatu jawaban. 

Hasil penelitian ini telah dipublikasikan dalam jurnal Microbial Genomics.

Tubuh manusia ibarat markas bagi suatu komunitas. Di dalamnya terdiri dari beragam jenis mikroba yang memiliki keterkaitan yang kompleks dengan sistem imun kita. Di mana hubungan ini saling menguntungkan satu sama lainnya.

Dan sesekali, sebagian anggota dari komunitas mikroba tersebut melakukan serangan pada sistem tubuh kita. Ini bisa menyebabkan kekacauan, bagai sebuah arus yang merusak perbatasan.

Dan bagi mereka yang menderita penyakit inflammatory bowel disease (IBD) atau radang usus kronis, sebuah strain bakteri pada rongga mulut disinyalir menjadi penyebabnya.

“Bakteri pada mulut memasuki sistem pencernaan setiap hari ketika kita menelan makanan atau saliva (air liur),” kata Li Zhang. Ia adalah seorang ilmuwan biomolekuler dari University of New South Wales (UNSW), Australia.

“Sebagian besar dari bakteri-bakteri tersebut terbunuh oleh asam lambung. Tetapi, sebagian bisa bertahan hidup dan kemudian berkoloni pada usus. Bakteri ini mungkin tidak akan berkoloni dalam waktu lama. Namun mulut kita terus memberikan suplai bakteri baru pada saluran pencernaan, dan itu yang menjadi sumber masalah.”

Penyakit ini disebabkan oleh bakteri yang biasanya terdapat pada pencernaan hewan. Sehingga, seringkali kita menyangka bahwa penyakit ini disebabkan karena mengkonsumsi daging atau air yang terkontaminasi bakteri.

Bakteri C. concissus bisa ditemukan pada saliva setiap orang yang sehat. Dan dalam beberapa tahun belakangan ini, para peneliti medis menduga bakteri C. concisus tidak hanya menghuni rongga mulut manusia saja. Hasil sekuens DNA pada usus pasien penderita penyakit Crohn ditemukan jejak yang dicurigai berkaitan dengan jenis bakteri tersebut.

Penyakit Crohn bersama dengan kolitis ulseratif (radang usus besar) dikategorikan dalam kelompok IBD. Karena terjadi peradangan yang serius pada dinding usus dan jaringan sekitarnya. Dan peradangan ini menyebabkan terjadinya diare hingga pendarahan, rasa nyeri hebat dan hilangnya berat badan.

Pada beberapa kasus, dengan bantuan obat-obatan dan perubahan gaya hidup bisa sedikit membantu mengatasinya. Pada kasus-kasus lainnya memerlukan tindakan pembedahan karena peradangan yang terjadi menyebabkan luka serius pada usus.

Dan apa yang awalnya menjadi penyebab penyakit-penyakit radang usus ini belum diketahui dengan pasti. Pola makan dan stres disinyalir membuat penyakit ini semakin parah. Faktor-faktor genetik, pengobatan, dan lingkungan, berpengaruh besar atas berkembangnya penyakit ini pada seseorang.

Hasil penelitian klinis menemukan adanya kaitan antara penyakit ini dengan strain C. Concisus. Walaupun masih dibutuhkan berbagai bukti lainnya untuk memperkuat dugaan tersebut.

Dari hasil penelitian terbaru ini, sebanyak 13 genom telah berhasil dirangkai dari strain C. concisus. Diambil baik dari kontrol orang yang sehat maupun orang yang menderita IDS.

Dengan dibekali hasil analisis DNA tersebut, tim peneliti melakukan perbandingan terhadap lebih dari 230 strain. Dikumpulkan dari 146 orang di seluruh dunia. Di antara mereka ditemukan 120 strain dari pasien yang menderita penyakit Crohn dan kolitis ulseratif kronis. Perawatan penyakit ini harus menjalani pembedahan.

Ditemukan jejak strain bakteri C.concisus dari pasien yang terdiagnosa menderita IDS. Terutama, bagi mereka yang menderita kolitis ulseratif. 

Selain itu, juga teridentifikasi dua strain bakteri dari subjek orang sehat. Ini menunjukkan bahwa apa yang terjadi, mungkin lebih kompleks. Bukan hanya sekadar serangan dari bakteri patogen pada pencernaan saja.

Diperkirakan ada lebih dari 6,8 juta orang di seluruh dunia yang mengalami gejala-gejala penyakit radang usus. Apa yang telah ditemukan dari penelitian ini, mungkin bisa membawa perubahan besar.

“Pengobatan yang menargetkan rongga mulut dapat membantu menurunkan jumlah bakteri yang masuk ke saluran pencernaan. Kita mungkin tidak dapat memusnahkan bakteri tersebut secara keseluruhan. Tetapi, setidaknya kita bisa mengurangi jumlah bakteri yang masuk ke saluran pencernaan,” demikian Zhang menjelaskan.