BAGIKAN

Semasa saya masih duduk di bangku SMA, pernah menyaksikan seseorang yang memiliki sifat dengki.

Ceritanya begini, adalah seorang lelaki kira- kira berusia 50-an tahun, belum berkeluarga. Tinggi badannya sekitar 120 sentimeter. Orang-orang memanggilnya Si Kate. Badannya agak gemuk dengan raut muka serius, cenderung tidak begitu gembira.

Ia mempunyai kakak perempuan yang sudah menikah serta mempunyai beberapa orang anak. Kemudian Si Kate ini–kita panggil begitulah, yang hidup sebatang kara– ikut menumpang di rumah kakak perempuannya ini. Namun, di rumah inilah terjadi awal mula kedengkian.

Adalah suami kakak perempuannya–kakak ipar Si Kate–memiliki usaha membuat dan berjualan makanan kering, seperti keripik singkong atau kue telor gabus rasa gula merah. Makanan kering tersebut lalu dimasukkan ke dalam plastik tertutup, kemudian dititipkan untuk dijual di warung-warung langganannya.

Adapun adik iparnya ini, Si Kate, agar bisa menghidupi dirinya, ia ikut berjualan makanan juga, kue kering atau kue basah. Tetapi, yang dijual kue titipan orang lain, bukan buatan sendiri. Berjualannya pun dengan cara berkeliling dari rumah ke rumah atau ke para penjual di pasar.

Si Kate memiliki wadah sebuah keranjang bulat terbuat dari anyaman bambu yang bisa ditenteng atau dikepit seperti rantang. Keranjang bambu ini memiliki dua susun, susun atas dan bawah. Susun atas diisi kue-kue yang dijual, sedangkan susun bawah untuk menyimpan daun pembungkus, uang, atau lainnya.

Begitulah Si Kate setiap hari berjalan kaki berjualan kue sejak pagi hingga siang atau sore.

Entah dari mana mulainya, kakak iparnya ini lama-kelamaan tidak suka dengan Si Kate ini. Apakah gara-gara menumpang di rumahnya secara cuma-cuma? Ataukah kehadirannya membuat sumpek seisi rumah? Ataukah tidak suka karena merasa ada saingan dalam bisnis jual kue?

Namun yang pasti, kakak iparnya ini mulai mengeluarkan kata-kata sindiran, bersikap sinis, merendahkan, bahkan menghina.

Sekali dua kali dibiarkan, tetapi makin lama makin menjadi. Hati yang dengki kakak iparnya mulai keluar. Akhirnya, kakak iparnya tidak mau menyapa lagi, menatap penuh benci, menyindir Si Kate saat menghitung uang hasil jualan, menghitung-hitung soal makan di rumah.

Dengan demikian, kakak iparnya ini seolah selalu memata-matai Si Kate apa yang dikerjakannya. Hal ini dilakukan bukan bertujuan baik, sebaliknya mencari hal-hal yang buruk dari dirinya.

Sebenarnya aneh apabila ada orang yang dengki dengan orang yang nasibnya di bawah dirinya, lebih susah dari dirinya. Kakak iparnya ini seolah tidak mau kalah dalam segala hal. Tidak senang kalau Si Kate senang.

Sekali waktu terjadi ketika kakak iparnya ini menyembunyikan keranjang bambu milik Si Kate. Pagi-pagi Si Kate kebingungan mencari keranjang miliknya. Parahnya lagi, keranjang bambu malah pernah dirusak sehingga rusuk bambu patah-patah.

Dengan rasa sedih, Si Kate memperbaiki keranjang tersebut pakai tali plastik. Keributan di dalam rumah antara kakak ipar dan Si Kate terkadang tidak dapat dibendung, repotnya seisi rumah ikut campur pula.

Nasib si Kate ini memang kasihan sekali. Kakak iparnya ini tetap penuh dengki sampai Si Kate meninggal di rumah itu karena sakit.

Arti dengki

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi keempat (2014) menjelaskan arti kata dengki, yaitu menaruh perasaan marah (benci, tidak suka) karena iri yang amat sangat kepada keberuntungan orang lain.

Padanan kata dengki adalah iri. Iri artinya kurang senang melihat kelebihan orang lain (beruntung dan sebagainya); cemburu; sirik; dengki.
Cemburu artinya kurang percaya, curiga (karena iri hati). Atau merasa kurang senang melihat orang lain beruntung . Cemburu berpadannan dengan sirik, iri.

Menurut kamus Tesaurus Bahasa Indonesia karya Eko Endarmoko (2006) persamaan arti dengki adalah bingit, cemburu, hasad, iri hati, keki, khisit, resan, sirik, timburu, benci.

Jadi, makna “dengki” di dalamnya bercampur dengan iri hati, benci, tidak suka, cemburu, sirik. Persamaan dengki atau kedengkian yaitu hasad. Sifat ini jelas-jelas merupakan kondisi psikologis negatif yang dimiliki seseorang yang bisa merusak relasi sosial.

Ciri orang dengki

Secara umum, orang dengki memiliki perilaku seperti ini: tidak senang melihat orang senang, sebaliknya senang melihat orang itu lebih susah dari dirinya. Selain itu, orang dengki sering menganggap seseorang sebagai kompetitor, pesaing. Padahal tidak ada ancaman apa-apa untuk dirinya.

Orang dengki selalu mencari-cari kelemahan dan kekurangan orang lain. Orang dengki tidak mau kalah dalam segala hal. Padahal dirinya tidak lebih rendah dari orang yang didengkinya.

Akhirnya, orang dengki pada dasarnya memiliki sifat jahat, setidaknya dengan sikap atau perbuatannya bisa membahayakan atau merugikan orang lain.

Orang dengki biasanya tidak jernih lagi pemikirannya. Sikapnya tidak obyektif lagi, selalu menyudutkan. Komentarnya selalu miring. Kalau menulis di media sosial, nadanya tidak mengenakkan, tetapi buat dia sudah puas melampiaskannya.

Orang dengki biasanya adalah orang yang sudah dikenal. Orang dekat, misalnya teman sekantor, teman seorganisasi, teman sepermainan, tetangga rumah, mungkin juga saudara sendiri. Jadi, orang dengki bisa ada di mana-mana.

Timbulnya sifat dengki

Sifat dengki merupakan sifat tercela karena gemar mencela, hanya mengumbar kejelekan orang. Pada dasarnya sifat dengki tanpa disadari merupakan perilaku manusia yang jahat karena dengki merupakan penyakit hati.

Bicara soal jahat, konon ada penelitian yang dilakukan oleh Prof Michael Poulin dari Universitas Buffalo, New York, tahun 2012. Penelitian air liur dilakukan pada 700 responden.

Hasilnya, melalui DNA para responden, menyatakan adanya kode-kode gen jahat pada manusia. Artinya, sejak bayi dilahirkan ada gen jahat dan gen baik pada manusia.

Lain lagi menurut penelitian Dr Shigeo Haruyama, pakar kesehatan holistik, dalam buku The Miracle of Endorphin (2014) menceritakan bahwa orang yang memiliki sifat iri dan dengki maka otaknya akan mengeluarkan hormon racun nor-adrenalin. Hormon ini ketika keluar berpotensi merusak jaringan tubuh.

Hormon ini akan tumbuh subur dengan cepat ketika sifat iri dan dengki merasuki seseorang. Oleh karena itu, sifat iri dan dengki berpotensi merusak sel-sel tubuh seseorang.

Dalam buku Manusia Indonesia karya Mochtar Lubis (2001), disebutkan ada 12 karakter manusia Indonesia. Sifat itu meliputi hipokrit (manusia), enggan bertanggung jawab atas perbuatannya, berjiwa feodal, percaya takhayul, berjiwa artistik, lemah/kurang kuat, dan tidak hemat.

Ada pula tidak suka bekerja keras, kurang sabar/senang menggerutu, mudah cemburu/dengki terhadap orang lain, sombong, tukang tiru, malas, kurang menggunakan logika, tak perduli pada nasib orang lain.

Pada halaman 37 dalam buku tersebut, Mochtar Lubis mengatakan: “Manusia Indonesia juga cepat cemburu dan dengki terhadap orang lain yang dilihatnya lebih dari dia. Orang kurang senang melihat orang lebih maju, lebih kaya, lebih berpangkat, lebih berkuasa, lebih pintar, lebih terkenal dari dirinya.”

Apakah orang dengki bisa dikategorikan mengalami gangguan kepribadian paranoid (paranoid personality disorder)?

Bisa jadi, walaupun tak sepenuhnya benar. Karena, orang paranoid sifatnya selalu curiga atau timbul ketidakpercayaan pada orang lain dengan perasaan dengki. Dengan perasaan dengki inilah yang menjadi ciri tambahan orang paranoid.

Hindari saja

Apakah kita bisa menyadarkan orang dengki? Jawabannya, sulit! Bukan hal mudah menyadarkan atau memberi nasihat kepada orang dengki sebab sifat ini seolah melekat pada jiwa dan raganya.

Lalu bagaimana cara menghadapi orang dengki? Tidak ada kata lain, jaga jarak atau hindari orang seperti itu!