BAGIKAN
Credit: MODIS on NASA's AQUA satellite

Tumpahan minyak mentah di lautan dapat terurai dalam hitungan jam menjadi suatu cairan hidrokarbon yang kental berwarna coklat tua atau hitam, sebuah penelitian menunjukkan. Minyak mentah yang terapung di lautan dapat teroksidasi menjadi senyawa persisten akibat sinar matahari, lebih cepat dari yang diperkirakan.

Pada tahun 2010, telah terjadi sebuah bencana tumpahan minyak di Teluk Meksiko yang dikenal dengan Deepwater Horizon. Dianggap sebagai tumpahan minyak laut terbesar dalam sejarah industri perminyakan, diperkirakan volumenya mencapai 8 hingga 31 persen lebih besar dari yang terbesar sebelumnya.

Pada saat DWH tumpah, fotooksidasi diperkirakan terjadi terutama sebagai fotolisis langsung, pada skala temporal dari beberapa minggu hingga beberapa bulan dan memengaruhi sebagian kecil minyak.

Namun, sebuah penelitian menunjukkan bahwa dalam kondisi lingkungan yang realistis, minyak yang terapung di lautan akibat tumpahan minyak DWH ini dapat teroksidasi menjadi senyawa persisten dalam beberapa jam hingga beberapa hari. Para ilmuwan dari Fakultas Ilmu Kelautan dan Atmosfer Universitas Miami (UM) Rosenstiel mempublikasikan hasil temuannya di jurnal Frontiers in Marine Science.

Tetesan minyak di permukaan laut dapat diubah dengan sebuah proses pelapukan yang dikenal sebagai fotooksidasi. Proses kimia ini mengakibatkan degradasi dari minyak mentah karena paparan cahaya dan oksigen seiring waktu menjadi produk samping yang dikenal sebagai tar.

Tar, hidrokarbaon dari proses pelapukan ini, dapat bertahan di daerah pesisir selama puluhan tahun setelah terjadinya tumpahan. Terlepas dari konsekuensi signifikan dari jalur pelapukan ini, fotooksidasi tidak diperhitungkan dalam model tumpahan minyak atau penghitungan anggaran minyak selama tumpahan Deepwater Horizon.

Tim peneliti mengembangkan suatu model algoritma pertama dari tumpahan minyak. Agar dapat melacak dosis tetesan minyak yang teradiasi matahari, saat naik dari kedalaman laut menuju permukaannya. Mereka menemukan bahwa pelapukan tetesan minyak oleh cahaya matahari terjadi dalam beberapa jam hingga beberapa hari. Dan sekitar 75 persen dari fotooksidasi selama tumpahan minyak Deepwater Horizon terjadi di area yang sama di mana bahan kimia dispersan disemprotkan dari pesawat terbang. Minyak yang teroksidasi, diketahui dapat mengurangi efektivitas dispersan udara.

“Memahami waktu dan lokasi proses pelapukan ini sangat penting,” kata Claire Paris, penulis senior studi tersebut. “Ini membantu mengarahkan upaya dan sumber daya pada minyak mentah sekaligus menghindari tekanan lingkungan dengan bahan kimia dispersan pada minyak itu tidak bisa dikendalikan.”

“Senyawa teroksidasi seperti tar bertahan lebih lama di lingkungan, jadi pemodelan kemungkinan fotooksidasi sangat penting tidak hanya untuk memandu keputusan respons pertama selama tumpahan minyak dan upaya restorasi setelahnya, tetapi juga perlu diperhitungkan dalam penilaian risiko sebelum kegiatan eksplorasi,” kata penulis utama Ana Carolina Vaz dari University of Miami.