Sistem tata surya kita memilki sebuah bintang yang dikenal sebagai Matahari. Namun, ada juga sistem bintang yang terdiri dari dua buah bintang – bahkan lebih – yang terikat satu sama lain secara gravitasi yang dinamakan sebagai bintang biner. Dapat dibayangkan seperti apa jadinya jika kedua buah bintang yang bobotnya mencapai 30 dan 90 kali dari Matahari, meledak dengan dahsyat memancarkan kilauan cahaya dan berbagai serpihan materi lainnya menuju luar angkasa.
Sistem bintang biner yang bernama Eta Carinae ini dinyatakan meledak di tahun 1838 dengan peristiwanya yang dikenal sebagai the Great Eruption, dengan jaraknya dari Bumi sejauh 7500 tahun cahaya. Menandakan bahwa ledakan itu sebenarnya telah terjadi sekitar 7500 tahun sebelumnya, namun cahayanya mencapai Bumi pada tahun 1838.
Pada tahun 1844, Eta Carinae adalah bintang paling terang kedua di langit setelah bintang Sirius yang 1000 kali lebih dekat ke Bumi. Namun, semenjak ini penampakannya semakin memudar. Berkat teleskop Hubble, kita dapat melihatnya dengan detail yang jauh lebih kaya sekarang.
Pada dasarnya, bintang yang berperilaku buruk ini meledak hancur berkeping-keping, mengeluarkan sejumlah materi ke ruang angkasa. Meski demikian, selama masa itu Eta Carina merupakan sebuah bintang yang penting sebagai navigasi bagi para pelaut di selatan.
Pada saat meledak di tahun 1844, kumpulan gas dan debu yang dihempaskan menuju ruang angkasa mencapai 40 kali massa Matahari. Selanjutnya, kumpulan materi itu mengelilingi bintang yang sedang sekarat membentuk dua buah gumpalan awan besar yang menjadikannya sebagai Nebula Homunculus. Teleskop luar angkasa Hubble telah mengawasi nebula itu sejak diluncurkan pada tahun 1990. Gambar terbaru yang telah diperoleh saat ini menunjukkan bahwa bintang biner ini masih aktif.
Nebula Homunculus memiliki dua buah gelembung yang terbentuk dari berbagai material yang terhempas ke luar angkasa. Material yang terdiri dari gas dan debu hingga mencapai 40 kali massa Matahari ini dihasilkan oleh bintang yang berukuran lebih besar.
Agar dapat menangkap gambar terbaru yang menakjubkan, para astronom menggunakan instrumen Wide Field Camera 3; tujuan penelitian mereka adalah memetakan magnesium yang bersinar dalam sinar ultraviolet.
Tim peneliti sempat mengira dapat menemukan keseluruhan magnesium yang tercampur dalam filamen dari shock-heated gas nitrogen di sekitar bagian luar nebula yang ditampilkan sebagai warna merah. Sebaliknya, mereka tidak memperkirakan jika menemukannya di ruang antara nitrogen dan gelembung, yang ditunjukkan dengan warna biru.
Hubble menawarkan pemandangan khusus sistem gas bintang biner Eta Carinae yang mengembang berwarna merah, putih, dan biru. Ini adalah gambar dengan resolusi tertinggi dari Eta Carinae yang diambil oleh NASA / ESA Hubble Space Telescope.
Penyebab the Great Eruption Eta Carinae tetap menjadi subyek berbagai spekulasi dan perdebatan. Sebuah teori baru-baru ini menunjukkan bahwa Eta Carinae, yang mungkin pernah memiliki berat 150 kali Matahari, dimulai sebagai sistem tripel – tiga buah bintang, dan ledakan dahsyat tahun 1840-an dipicu ketika bintang utama melahap salah satu bintang kerabatnya.
Sementara keadaan pasti dari semburan cahaya yang berhenti itu tetap menjadi misteri untuk saat ini, para astronom lebih yakin tentang bagaimana pertunjukan cahaya kosmik ini akan berakhir. Tampilan yang jauh lebih dahsyat dari Eta Carinae digariskan untuk mencapai puncaknya ketika meledak sebagai supernova, bahkan melampaui ledakan kuat terakhirnya. Ini mungkin saja sudah terjadi, tetapi cahaya kuat yang menyilaukan dari ledakan seperti itu akan membutuhkan 7500 tahun lagi untuk terlihat di Bumi.