Bangsa Skithia adalah bangsa Iran kuno nomaden yang dikenal sebagai bangsa yang mahir berperang di atas kuda. Prajurit bangsa Skithia sangat mahir berkuda sambil memanah. Bangsa ini disebut sebagai “pembunuh raksasa” karena sanggup melawan Asyur yang memiliki wilayah lebih luas pada abad ke-7 SM.
Sebuah dokumen dari Yunani kuno menuliskan sebuah kisah tentang suku Amazon. Suku pejuang dari kaum perempuan dalam mitologi Yunani yang diceritakan menghuni wilayah stepa Eurasia, tepatnya di perbatasan Kazakhstan dan Rusia. Dan ketika para arkeolog melakukan ekspedisinya menuju wilayah tersebut pada sekitar tahun 1990, mereka menemukan apa yang dikenal dengan kurgan, sebuah lahan pemakaman dari bangsa nomaden Skithia.
Herodotus, seorang sejarawan Yunani mengatakan, terlepas dari kisah mitologi suku Amazon yang terkesan melebih-lebihkan, suku ini mempunyai hubungan dengan bangsa Skithia. Para prajurit wanita ini berperan besar dalam setiap aksi penjarahan dan penaklukan wilayah yang dilakukan oleh suku Skithia.
Pada akhir tahun lalu, para arkeolog Rusia menemukan lahan makam kuno yang didalamnya terbaring jasad dari dua wanita yang diperkirakan bagian dari bangsa Skithia yang pernah hidup sekitar 2500 tahun yang lalu (abad ke 4 SM). Keduanya dimakamkan di wilayah yang sekarang menjadi bagian dari sebuah desa di Rusia barat bernama Devitsa. Di dalam makam tersebut, ditemukan berbagai perlengkapan menunggang kuda dan senjata, termasuk juga pisau dan 30 mata panah.
Hasil dari penelitian mereka telah dipublikasikan dalam jurnal Stratum Plus.
“Kami memastikan bahwa kedua wanita ini adalah prajurit berkuda,” kata arkeolog Valerii Guliaev dari Russian Academy of Sciences’ Institute of Archaeology.
Jasad bangsa Skithia dengan hiasan kepala (Institute of Archaeology, Russian Academy of Sciences)
Jasad kedua prajurit wanita ini ditemukan pada sebuah lahan pemakaman dengan dua jasad wanita lainnya – salah satu berusia sekitar 40-50 tahun, mengenakan hiasan kepala emas dengan ornamen dekoratif floral. Dan wanita lainnya, berusia sekitar 30-35 tahun, dimakamkan bersama dengan dua buah tombak dan jasad diletakkan pada posisi seperti sedang menunggang kuda.
“Sepanjang dekade terakhir ini, ekspedisi kami berhasil menemukan setidaknya 11 buah makam wanita muda yang dilengkapi dengan senjata. Beberapa diantaranya adalah makam para prajurit perempuan, dan mereka dimakamkan dengan ritual pemakaman yang sama seperti prajurit pria, Guliaev menambahkan.
Bagian dari hiasan kepala yang terbuat dari logam campuran dengan kandungan emas 65-70 persen. (Institute of Archaeology, Russian Academy of Sciences)
Dan kini, tim peneliti lainnya dari Rusia telah berhasil memetakan genom dari jasad bangsa Skithia berusia 2.600 tahun yang ditemukan di dalam sarkofagus (peti jenazah kuno) yang terbuat dari kayu disertai dengan beragam jenis senjata pada tahun 1988.
“Sebelumnya kami mengira jasad ini adalah seorang pria, karena di dekatnya ditemukan berbagai benda yang merupakan atribut seorang lelaki seperti: kapak, busur panah dan anak panah,” kata Varvara Busova dari Russian Academy of Sciences.
Dan dari hasil analisis DNA terungkap bahwa jasad tersebut merupakan seorang wanita. “Kami memperkirakan wanita-wanita muda bangsa Skithia juga ikut berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan militer dan berburu,” kata Busova.
Prajurit wanita muda ini dimakamkan di wilayah Republik Tuva, di sebelah timur Siberia, dengan sebuah kapak, sebuah busur panah, dan sebuah tempat anak panah dengan 11 buah anak panah di dalamnya yang terbuat dari kayu, tulang dan perunggu pada mata panahnya. Karena kondisi peti jenazah yang tertutup rapat dan sama sekali tidak memungkinkan ada udara luar masuk ke dalamnya, jasad tersebut terawetkan dalam kondisi baik.
Kapak tempur prajurit perempuan muda Skithia. (A.Yu. Makeeva/Kilunovska et al., Stratum Plus, 2020)
“Amazon muda ini berusia tidak lebih dari 14 tahun,” kata arkeolog Marina Kitanovska dari Institute for History of Material Culture, Russian Academy of Sciences yang juga penulis utama laporan penelitian ini.
Jasad remaja ini mengenakan sebuah mantel bulu panjang, sebuah baju atasan, dan celana panjang atau rok. Para peneliti melakukan pemindaian dengan menggunakan mikroskop elektron dan menemukan mantel tersebut terbuat dari potongan -potongan kulit hewan jerboa yang dijahit menjadi satu. Hasil analisa penanggalan karbon dari benda-benda lainnya menunjukkan bahwa lahan pemakaman tersebut berasal dari abad ke-7 hingga ke-5 SM, masa awal Bangsa Skithia terbentuk.
Busova mengatakan bahwa tim peneliti saat ini berusaha menetapkan dengan lebih akurat umur dari jasad prajurit remaja ini, menganalisa komposisi dari objek-objek metal yang ditemukan di makam, serta memperbaiki dan menyimpan setiap artefak yang mereka temukan. Mereka berharap dari hasil CT scan jenazah-jenazah tersebut, dapat diketahui bagaimana para prajurit remaja ini tewas.
Anak-anak panah para prajurit muda Skithian (A.Yu. Makeva/Kilunovska et al., Stratum Plus, 2020)
“Sekitar sepertiga dari perempuan Skithia dimakamkan dengan senjata dan memiliki luka-luka perang seperti halnya pria,” kata sejarawan Adrienne Mayor pada National Geographic pada tahun 2014.
Bangsa Skithia terbagi dalam suku-suku kecil, dan karena jumlah anggota setiap suku yang sedikit, maka setiap anggota suku memiliki peranan penting untuk kepentingan suku mereka. Itulah sebabnya wanita Skithia ikut terlibat dalam kegiatan peperangan, berburu dan bertarung yang biasa dilakukan kaum pria.
Selama beberapa abad, mitologi prajurit wanita suku Amazon terus melegenda, menceritakan kehebatan para prajurit wanita dalam berperang, bertarung dan memegang senjata.
Dan kini, berkat kemajuan teknologi identifikasi DNA dan penelitian arkeologi, kita mendapatkan kesempatan untuk mempelajari lebih dalam tentang prajurit wanita sesungguhya yang mungkin menjadi inspirasi mitologi suku Amazon.