BAGIKAN
(Pascal Crapet, Fontainebleau/courtesy of Médard Thiry for labrujulaverde.com)

Di sebuah gua kecil di selatan Paris, para ilmuwan berhasil menginterpretasikan pola tersembunyi pada lantai gua tersebut dan menemukan apa yang mungkin merupakan peta tiga dimensi tertua yang masih bertahan, menggambarkan wilayah berburu dan meramu pada masa prasejarah.

Sekitar 20.000 tahun yang lalu, manusia prasejarah yang berlindung di gua ini mengukir dan meratakan lantainya untuk menciptakan model miniatur dari lembah di sekitarnya. Menurut geosaintis Médard Thiry dan Anthony Milnes, lantai batu yang diolah ini tampak seperti representasi wilayah tersebut. Saat air mengalir melalui saluran, cekungan, dan lekukan yang teratur, permukaannya menciptakan pemandangan sungai, delta, kolam, dan perbukitan yang seolah hidup.

Meskipun tidak secara ketat mereplikasi geografis wilayah luar, fitur-fitur di lantai gua ini “jelas menyerupai kartografi,” ungkap Thiry dari Center of Geosciences, Prancis, dan Milnes dari University of Adelaide, Australia. Saluran air yang diukir menunjukkan pola aliran yang mencerminkan sistem sungai di lembah tempat gua ini berada. Para peneliti juga mencatat bahwa presisi gambar ini menunjukkan kemampuan berpikir abstrak yang luar biasa dari pembuatnya.

Credit: Médard Thiry / courtesy of Médard Thiry for labrujulaverde.com

Ukiran Lantai Gua yang Mengagumkan

Gua yang menjadi lokasi temuan ini adalah Ségognole 3, bagian dari kompleks struktur batu pasir terkenal di Prancis yang mencakup lebih dari 2.000 ukiran zaman batu. Ségognole 3 memiliki keunikan karena berasal dari akhir Zaman Batu, ketika manusia mulai membentuk permukiman.

Baru-baru ini, para arkeolog menemukan dua ukiran kuda di dinding miring gua ini. Ukiran tersebut terletak di sisi kanan dan kiri segitiga yang menyerupai panggul, paha, dan pinggul, dengan alur di tengahnya yang memungkinkan air hujan mengalir, menyerupai simbol vulva.

Thiry dan Milnes menelusuri jalur air ini lebih dalam ke gua, menemukan pola manipulasi manusia yang sebelumnya terlewatkan. Air yang meresap ke dalam gua melalui celah-celah bebatuan mengalir di lantai, tertampung di cekungan-cekungan yang tampak diperbesar oleh tangan manusia. Salah satu cekungan besar di bagian atas gua berfungsi seperti menara air, mengarahkan aliran air ke area yang lebih rendah.

Credit: Médard Thiry / courtesy of Médard Thiry for labrujulaverde.com

Representasi Miniatur Lanskap

Di bagian bawah gua, air mengalir melalui ukiran-ukiran yang menyerupai sungai berkelok-kelok, delta, dan lahan basah. Semua bukit kecil atau gundukan pada lanskap mini ini berbentuk bulat sempurna dan beberapa dikelilingi oleh alur yang dalam.

Para peneliti menduga bahwa lantai ini bukan sekadar representasi geografis, melainkan miniatur hubungan spasial dari fitur-fitur alam di sekitar gua. Sebagai contoh, teras di galeri atas gua dapat mewakili dataran tinggi lembah, sementara saluran di tengah lantai menggambarkan Sungai École beserta anak-anak sungainya. Beberapa cekungan menggambarkan kolam, dan alur horizontal lainnya dapat menunjukkan jurang atau lembah kecil.

Credit: Médard Thiry / courtesy of Médard Thiry for labrujulaverde.com

Fungsi Peta Prasejarah

Jika ukiran ini benar-benar merupakan peta lanskap lokal, Thiry dan Milnes berpendapat bahwa manusia prasejarah mungkin menggunakannya untuk berburu, pendidikan, bercerita, atau ritual yang berkaitan dengan air.

Namun, para peneliti juga memperingatkan bahwa interpretasi ukiran prasejarah seperti ini harus dilakukan dengan hati-hati. Penemuan ini, yang dipublikasikan dalam Oxford Journal of Archaeology, memberikan wawasan luar biasa tentang kemampuan manusia prasejarah dalam memahami dan merepresentasikan dunia sekitar mereka.