BAGIKAN
Rumpun bahasa mulai menyimpang dari sekitar 8.100 tahun yang lalu, keluar dari tanah air tepat di sebelah selatan Kaukasus. Satu migrasi mencapai Pontic-Caspian dan Forest Steppe sekitar 7.000 tahun yang lalu, dan dari sana migrasi selanjutnya menyebar ke beberapa bagian Eropa sekitar 5.000 tahun yang lalu. Credit: P. Heggarty dkk., Science (2023)

Tim ahli bahasa dan ahli genetika internasional, di bawah kepemimpinan para peneliti di Max Planck Institute for Evolutionary Anthropology di Leipzig, telah berhasil mencapai terobosan penting dalam pemahaman asal usul bahasa Indo-Eropa. Bahasa Indo-Eropa adalah rumpun bahasa yang dituturkan oleh hampir separuh populasi dunia.

Sebelumnya, terdapat dua teori dominan tentang asal usul bahasa Indo-Eropa, yaitu hipotesis “stepa” dan hipotesis “Anatolia” atau “pertanian”. Hipotesis “stepa” mengindikasikan bahwa asal usul bahasa Indo-Eropa berada di stepa Pontic-Kaspia sekitar 6.000 tahun yang lalu, sedangkan hipotesis “Anatolia” berpendapat bahwa asal usulnya terkait dengan pertanian awal sekitar 9.000 tahun yang lalu.

Namun, analisis filogenetik sebelumnya menghasilkan kesimpulan yang berbeda-beda tentang usia keluarga bahasa Indo-Eropa karena keterbatasan dalam kumpulan data yang digunakan dan pendekatan filogenetik dalam menganalisis bahasa kuno.

Untuk mengatasi masalah ini, para peneliti mengumpulkan tim internasional terdiri dari lebih dari 80 ahli bahasa untuk membuat dataset data leksikal inti baru dari 161 bahasa Indo-Eropa, termasuk 52 bahasa kuno. Pengumpulan sampel yang lebih lengkap dan seimbang ini, dikombinasikan dengan protokol enkripsi data leksikal yang ketat, membantu mengatasi masalah pada kumpulan data sebelumnya.

Tim tersebut menggunakan analisis filogenetik Bayesian yang baru dikembangkan untuk menguji apakah bahasa tertulis kuno, seperti Latin Klasik dan Veda Sanskerta, merupakan nenek moyang langsung dari bahasa Romawi India modern atau bukan. Hasil analisis menunjukkan bahwa keluarga bahasa Indo-Eropa berusia sekitar 8.100 tahun, dengan lima cabang utama terpisah sekitar 7.000 tahun yang lalu.

Penulis utama studi, Paul Heggarty, menyatakan bahwa data DNA purba menunjukkan bahwa cabang Anatolia Indo-Eropa berasal dari daerah selatan Kaukasus, bukan dari stepa. Oleh karena itu, penulis penelitian mengusulkan hipotesis hibrida baru tentang asal usul bahasa Indo-Eropa, dengan tanah air terakhir di selatan Kaukasus dan cabang berikutnya menuju ke utara, ke stepa, sebagai tanah air sekunder untuk beberapa cabang bahasa Indo-Eropa yang masuk ke Eropa dengan ekspansi terkait Yamnaya dan Corded Ware.

Daerah selatan Kaukasus terletak di wilayah antara Laut Hitam di barat daya dan Laut Kaspia di timur laut. Secara geografis, daerah ini meliputi bagian selatan Pegunungan Kaukasus, yang membentang sebagai perbatasan alami antara Eropa Timur dan Asia Barat Daya. Beberapa negara yang berbatasan dengan daerah selatan Kaukasus adalah Armenia, Azerbaijan, dan Georgia. Wilayah ini memiliki sejarah panjang sebagai pusat budaya, politik, dan perdagangan yang penting sejak zaman kuno.

Kesimpulan dari penelitian ini merupakan langkah maju dalam mengintegrasikan temuan arkeologi, antropologi, dan genetik, dan membantu menyatukan teori sebelumnya untuk memberikan model yang lebih masuk akal tentang asal usul bahasa Indo-Eropa.

Karya tersebut telah dipublikasikan di jurnal Science.