BAGIKAN
Credit: (Kateřina Rosová)

Sebuah tim peneliti dari Republik Ceko dan Jerman baru-baru ini mengungkap potensi evolusi sayap serangga dari insang. Melalui analisis fosil-fosil serangga terbang dari sekitar 300 juta tahun yang lalu, para peneliti menemukan struktur mirip sayap dan insang pada serangga prasejarah.

Penemuan ini mengindikasikan bahwa beberapa serangga bersayap awal mungkin hidup sebagai larva di lingkungan akuatik atau semi-akuatik. Temuan ini dapat membantu menjawab salah satu misteri terbesar dalam biologi evolusioner: dari mana asal usul sayap serangga?

Meskipun fosil yang ditemukan bukan merupakan nenek moyang langsung dari serangga bersayap, karena fosil tersebut adalah larva dan dewasa dari kelompok ini telah memiliki sayap fungsional, namun serangga ini termasuk kelompok serangga yang relatif kuno.

Entomolog Pavel Sroka dari Akademi Ilmu Pengetahuan Ceko menjelaskan, “Mengingat larva taksa serangga kuno lain, seperti jentik-jentik dan capung, juga hidup di lingkungan akuatik, ini mendukung kemungkinan bahwa lingkungan akuatik memainkan peran penting dalam awal evolusi serangga bersayap.”

Fosil serangga bersayap purba dalam berbagai tahap perkembangan, mulai dari larva (b, c, e, f) hingga dewasa kemudian (a, d, g). (Prokop et al., Communications Biology, 2023)

Meskipun kehidupan di udara dan di air sangat berbeda, tampaknya ada benang tak terlihat yang menghubungkan keduanya dalam evolusi serangga. Meskipun sejarah evolusi serangga bersayap sering diasumsikan sebagai darat, bukti genetik dan fosil baru menunjukkan bahwa nenek moyang serangga mungkin menyerupai krustasea akuatik atau semi-akuatik.

Ada dua teori bersaing yang mencoba menjelaskan asal usul sayap serangga: pertama, bahwa sayap berevolusi dari apendages mirip tungkai, dan kedua, bahwa sayap berevolusi dari apendages mirip insang. Terdapat pula hipotesis ketiga, yaitu fusi struktur kaki dan insang yang berkontribusi pada evolusi sayap.

Kesulitan membuktikan salah satu teori tersebut adalah jarangnya fosil serangga kuno yang ditemukan. Meskipun demikian, studi genetik mendukung bahwa insang dan sayap jentik-jentik memiliki asal-usul perkembangan yang mirip.

Analisis fosil larva serangga dari sekitar 300 juta tahun yang lalu memberikan petunjuk tentang bagaimana struktur insang dapat berevolusi menjadi sayap. Fosil serangga yang ditemukan menunjukkan bahwa larva awalnya memiliki pinggiran pertumbuhan lateral yang cocok untuk kehidupan akuatik. Saat dewasa, bagian tersebut berubah menjadi sayap.

Meskipun temuan ini memberikan dukungan kuat bagi gagasan bahwa sayap serangga berevolusi dari insang nenek moyang, diperlukan lebih banyak bukti untuk memvalidasi hipotesis ini. Kajian lebih lanjut diperlukan untuk memahami secara lebih mendalam evolusi serangga bersayap dan bagaimana mereka mengadaptasi diri dari lingkungan akuatik ke udara.

Temuan ini diterbitkan di ​​Communications Biology.