BAGIKAN
Credit: George Desipris/ Pexels

Hampir satu milenium yang lalu, sebuah peristiwa besar terjadi di atmosfer bumi; sebuah awan raksasa kaya partikel sulfur bergerak menuju lapisan stratosfer, merubah langit menjadi gelap selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun, sebelum akhirnya jatuh menuju bumi.

Terungkapnya peristiwa ini setelah para peneliti melakukan pengeboran untuk mengambil sampel inti es yang diambil dari perut bumi di bawah lapisan es atau gletser. Setelah mereka menganalisa sampel tersebut, mereka menemukan jejak sulfur aerosol yang terjebak di dalamnya, diperkirakan terbentuk akibat peristiwa letusan gunung berapi hingga mencapai lapisan stratosfer dan akhirnya turun kembali ke bumi.

Lapisan es mengawetkan bukti terjadinya letusan gunung berapi selama ratusan tahun, tetapi untuk bisa menentukan secara pasti kapan peristiwa itu terjadi bukanlah hal yang mudah.



Para ilmuwan berasumsi, endapan sulfur tersebut dilepaskan oleh peristiwa letusan besar gunung berapi Hekla di Islandia pada tahun 1104. Hekla adalah salah satu gunung berapi paling aktif di Islandia, lebih dari 20 letusan telah terjadi sejak tahun 874. Selama abad pertengahan, orang Eropa menyebut gunung berapi ini sebagai “Gerbang menuju neraka”. Dan berdasarkan bukti yang ditemukan di bawah lapisan es adalah endapan sulfat terbesar selama milenium terakhir, asumsi ini dianggap masuk akal.

Tetapi bagaimana bila garis waktu dari inti es ternyata mengalami lengkungan waktu? Beberapa tahun yang lalu, sebuah penelitian mengungkapkan bahwa sebuah menurut skala waktu yang dikenal dengan Greenland Ice core Chronology 2005 (GICC 05), terdapat tahun yang hilang hingga tujuh tahun pada milenium pertama sesudah masehi dan empat tahun lebih awal pada milenium berikutnya.

Berdasarkan penemuan tersebut, menurut penelitian terbaru yang dilakukan oleh paleoklimatologi Sebastien Guillet dari University of Geneva di Swiss, diartikan bahwa Hekla bukanlah penyebab dari terbentuknya endapan sulfat pada inti es tersebut. Dengan adanya revisi kronologi waktu inti es Greenland, diperkirakan terbentuknya endapan sulfat itu dimulai pada akhir 1108 atau awal 1109 M dan terus ada hingga awal 1113 M menurut skala waktu Greenland.  Dan Guillet mencatat bahwa telah ditemukan pula bukti endapan sulfat pada inti es antartika yang menjadi bukti terjadinya letusan gunung Hekla pada tahun 1104 M.



Untuk menyelidiki apa yang menjadi penyebab dari terbentuknya endapan sulfat pada inti es tersebut, tim peneliti menelusuri dokumentasi sejarah, mencari adanya catatan sejarah abad pertengahan tentang peristiwa gerhana bulan yang sangat gelap yang mungkin disebabkan oleh terbentuknya kabut yang menutupi lapisan stratosfer akibat letusan gunung berapi.

Menurut data NASA, berdasarkan retro kalkulasi astronomi, tujuh peristiwa gerhana bulan total pernah terjadi di Eropa pada 20 tahun pertama di milenium terakhir, antara 1100 hingga 1120 masehi.

Pada rentang waktu tersebut, seorang saksi menuliskan kesaksian peristiwa gerhana bulan pada bulan Mei 1110. Dia menuliskan pada saat itu bulan terlihat sangat gelap.

“Pada malam kelima di bulan Mei, terlihat bulan bersinar terang ketika malam tiba, dan kemudian sedikit demi sedikit cahaya tersebut meredup dan akhirnya ketika malam mencapai puncaknya, cahaya tersebut hilang, langit terlihat gelap gulita,” saksi tersebut menuliskan dalam Peterborough Chronicle.

Dan berabad-abad setelah peristiwa gerhana bulan misterius tersebut, seorang astronom asal Inggris, Georges Frederick Chambers menuliskan: “apa yang terjadi (gerhana bulan) adalah sebuah contoh terjadinya gerhana “hitam” dimana bulan tidak terlihat sama sekali dan tidak memancarkan cahaya berwarna tembaga seperti biasanya.”

Peristiwa ini sangat dikenal dalam sejarah astronomi, dan para peneliti tidak pernah memperkirakan kejadian ini terjadi karena adanya aerosol vulkanik di lapisan stratosfer. Dan penelitian terbaru menyatakan alasan tersebut adalah yang paling masuk akal.

“Kami mencatat tidak ditemukan adanya bukti adanya selubung abu vulkanik, seperti meredupnya cahaya matahari, cahaya senja kemerahan atau halo matahari berwarna kemerahan yang ditemukan sepanjang penyelidikan kami pada dokumen sejarah tahun 1108 – 1110 masehi,” para peneliti menuliskan.

Jika penentuan waktu ini tepat, gunung berapi apa yang membentuk awan sulfur, jika ternyata gunung Hekla tidak meletus pada saat itu?

Dan para peneliti memperkirakan, penjelasan yang paling mungkin adalah gunung Asama di Jepang, yang pernah meletus di tahun 1108 masehi dan membentuk lapisan tebal debu selama berbulan-bulan, jauh lebih besar dari letusan selanjutnya pada tahun 1783 yang menewaskan lebih dari 1400 jiwa.

Sebuah catatan ditulis oleh seorang negarawan Jepang menggambarkan kejadian tahun 1108 M: “Ada api di puncak gunung, lapisan tebal debu menutupi kebun gubernur, debu juga menutupi sawah dan tanaman padi yang menyebabkan petani tidak bisa bercocok tanam. Kami tidak pernah melihat hal seperti ini pernah terjadi di negara ini. Peristiwa ini sangat aneh dan juga langka.”

Untuk memperkuat hipotesis mereka, tim juga melakukan penelitian pada bukti cincin pohon, dari bukti tersebut mereka memperkirakan pada tahun 1109 M temperatur udara sangatlah dingin (sekitar 1 derajat celcius lebih dingin di belahan bumi utara), karena cincin pertumbuhan pada masa itu terlihat sangat sempit.

Dan dari dokumentasi sejarah lainnya, yang menemukan catatan iklim dan pengaruh sosial pada tahun 1109 – 1111 M, memperkuat hipotesis mereka bahwa terjadi letusan gunung berapi pada tahun 1108 masehi (atau satu seri letusan yang dimulai pada tahun tersebut), yang memberi dampak kekacauan pada masyarakat.

Tim peneliti juga menemukan banyak kesaksian yang menyatakan terjadinya kekacauan iklim, kegagalan panen, dan kelaparan pada tahun-tahun tersebut”, “Dari berbagai rangkaian bukti, terlihat bahwa pada saat itu masyarakat mengalami kesulitan dalam mencari nafkah, dimulai pada tahun 1109 hingga terjadi bencana kelaparan yang meluas hingga beberapa wilayah di sebelah barat Eropa.”

Dan tentu saja, masa-masa sulit yang terjadi hampir satu milenium yang lalu tidak bisa dijadikan bukti terjadinya peristiwa letusan gunung berapi, tetapi tim peneliti mengatakan bahwa jika semua bukti-bukti dirangkai menjadi satu, akan terungkap bencana rangkaian letusan gunung berapi yang ‘terlupakan’ yang menyebabkan terjadinya tragedi kemanusiaan pada masa itu. Dan kami telah mengetahuinya sekarang.

Penemuan ini telah dipublikasikan dalam Scientific Reports.