BAGIKAN
Bunga Biru
(Andy Li/Unsplash)

Pada pesta makan malam, atau di halaman sekolah, pertanyaan tentang warna favorit sering kali menghasilkan jawaban “biru”. Mengapa manusia begitu menyukai warna biru? Dan mengapa tampaknya sangat langka di dunia tumbuhan dan hewan?

Kami mempelajari pertanyaan-pertanyaan ini dan menyimpulkan pigmen biru jarang terjadi setidaknya sebagian karena seringkali sulit bagi tanaman untuk berproduksi. Mereka mungkin hanya berevolusi untuk melakukannya jika hal itu memberikan manfaat nyata bagi mereka: khususnya, menarik lebah atau penyerbuk  serangga lainnya.

Kami juga menemukan bahwa kelangkaan bunga berwarna biru sebagian disebabkan oleh keterbatasan mata kita sendiri. Dari sudut pandang lebah, bunga berwarna kebiruan yang memikat, jauh lebih umum.

Sejarah pesona

Orang Mesir kuno terpesona dengan bunga berwarna biru seperti teratai biru, dan bersusah payah mewarnai berbagai objek dengan warna biru. Mereka menggunakan pigmen sintetis yang memikat (sekarang dikenal sebagai biru Mesir) untuk mewarnai vas dan perhiasan, dan batu permata biru semi mulia seperti lapis lazuli dan turquoise untuk menghiasi berbagai artefak penting termasuk Topeng Tutankhamun.

Pewarna biru untuk kain sekarang sudah umum, tetapi permulaanya berada di Peru kuno, di mana pewarna indigoid digunakan untuk mewarnai kain katun sekitar 6000 tahun yang lalu. Pewarna biru indigo mencapai Eropa dari India pada abad ke-16, dan pewarna serta tanaman yang memproduksinya menjadi komoditas penting. Pengaruhnya terhadap mode dan budaya manusia masih terasa hingga hari ini, mungkin paling jelas terlihat pada celana jeans dan kemeja biru .

Pelukis Renaisans di Eropa menggunakan lapis lazuli tanah untuk menghasilkan karya-karya memesona yang memikat setiap orang.

Saat ini banyak berbagai warna biru yang dibuat dengan pigmen sintetis modern atau efek optik. Foto gaun biru / emas yang terkenal yang menjadi viral pada tahun 2015 tidak hanya menunjukkan bahwa warna biru masih dapat memesona – tetapi juga menyoroti bahwa warna adalah produk persepsi kita dan juga produk dari panjang gelombang cahaya tertentu.

Mengapa manusia sangat menyukai warna biru?

Preferensi warna pada manusia seringkali dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang penting dalam kehidupan kita. Penjelasan ekologis untuk preferensi umum manusia terhadap biru adalah warna langit yang cerah dan penampakan air sungai yang jernih, yang merupakan pertanda dari kondisi yang baik. Selain langit dan air, warna biru relatif langka di alam.

Bagaimana dengan bunga biru?

Kami menggunakan database tanaman online terbaru untuk mensurvei frekuensi relatif bunga biru dibandingkan dengan warna lainnya.

Di antara bunga yang diserbuki tanpa campur tangan lebah atau serangga lain (dikenal sebagai penyerbukan abiotik), tidak ada yang berwarna biru.

Tetapi ketika kami melihat bahwa bunga yang perlu untuk memikat lebah dan serangga lain untuk memindahkan serbuk sarinya, kami mulai menemukan beberapa yang berwarna biru.

Ini menunjukkan bahwa bunga biru berevolusi untuk memungkinkan penyerbukan yang efisien. Meski begitu, bunga biru tetap relatif langka, yang menunjukkan kesulitan bagi tanaman untuk menghasilkan warna seperti itu dan mungkin menjadi sebuah penanda penting dari kecocokan penyerbukan tanaman dalam suatu lingkungan.

Kita dapat melihat warna, karena cara kerja mata dan otak kita. Sistem visual kita biasanya memiliki tiga jenis fotoreseptor kerucut yang masing-masing menangkap cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda (merah, hijau dan biru) dari spektrum yang terlihat. Otak kita kemudian membandingkan informasi dari reseptor ini untuk menciptakan persepsi warna.

Bagi bunga-bunga yang diserbuki oleh serangga, terutama lebah, ada sesuau yang menarik untuk diperhatikan. Bahwa mereka memiliki penglihatan warna yang berbeda dengan manusia.

Lebah memiliki fotoreseptor yang peka terhadap panjang gelombang ultraviolet, biru dan hijau, dan mereka juga menunjukkan preferensi untuk warna “kebiruan”. Alasan mengapa lebah lebih menyukai bunga kebiruan masih menjadi bidang penelitian yang terbuka.

Mengapa memahami bunga biru itu penting

Sekitar sepertiga makanan kita bergantung pada penyerbukan serangga. Namun, populasi dunia dari lebah dan serangga lainnya sedang menurun, kemungkinan disebabkan perubahan iklim, fragmentasi habitat, praktik pertanian, dan faktor-faktir lainnya yang disebabkan manusia.

Kapasitas tanaman berbunga untuk menghasilkan warna biru terkait dengan intensitas penggunaan lahan termasuk faktor yang disebabkan oleh manusia seperti pemupukan buatan, penggembalaan, dan pemangkasan yang mengurangi frekuensi bunga biru. Sebaliknya, lingkungan yang lebih stres tampaknya memiliki warna bunga yang relatif lebih biru untuk menghadirkan ketahanan.

Misalnya, meskipun warna bunga biru di alam jarang ditemukan, kami mengamati bahwa dalam kondisi yang keras seperti di pegunungan Himalaya, bunga biru lebih umum daripada yang diperkirakan. Ini menunjukkan bahwa dalam lingkungan yang keras, tanaman mungkin harus berjuang keras untuk menmpilkan daya pikat bagi sedikit lebah penyerbuk yang ada dan sangat penting. Keberadaan bunga-bunga berwana biru tampaknya untuk promosi terbaik bagi lebah penyerbuk ketika persaingan untuk layanan penyerbukan tinggi.

Mengetahui lebih banyak tentang bunga biru membantu melindungi lebah

Lingkungan perkotaan juga merupakan habitat penting bagi penyerbuk serangga termasuk lebah. Memiliki kebun yang ramah lebah dengan berbagai macam bunga, termasuk bunga biru yang kita dan lebah sangat sukai, adalah kontribusi yang nyaman, menyenangkan dan berpotensi penting untuk memungkinkan masa depan yang berkelanjutan. Pada dasarnya, menanam dan merawat suatu varietas bunga yang baik, maka serangga-seranga penyerbuk akan datang.


Associate Professor, RMIT University

The Conversation