BAGIKAN
(Stephanie Cotton/Unsplash)
(Stephanie Cotton/Unsplash)

Sebagian orang dianggap memiliki kemampuan dan menjadi perantara yang dapat berkomunikasi dengan orang mati. Di luar sana, ini disebut sebagai physic medium dan dijadikan sebagai sebuah pekerjaan yang mendatangkan keuntungan. Namun, seringkali bayaran yang diminta sangat mahal. Hingga perlu mendapatkan pengawasan yang ketat, sebagaimana dilansir dari IflScience.

James Randi adalah salah satu orang yang skeptis dengan supernatural. Ia pernah menawarkan hadiah sebesar US $ 1.000.000 kepada siapa saja yang mampu menunjukkan kemampuan supernaturalnya. Berdasarkan kriteria pengujian ilmiah yang disetujui oleh kedua belah pihak. Namun, banyak paranormal profesional telah mencoba dan gagal untuk menunjukkan kebenarannya.

Para peneliti dari Institute of Noetic Science, California, dan University of California San Diego kini telah melakukan pengujian terhadap beberapa orang berprofesi sebagai medium atau cenayang. Hasilnya menunjukkan bahwa apa yang telah dikatakan mereka sangat jauh dari kenyataannya. Penelitian ini, telah dipublikasikan di jurnal Brain and Cognition.

Para peneliti mengikutsertakan 24 orang peserta dalam pengujiannya. Mereka terdiri dari 12 orang cenayang dan 12 orang biasa. Tujuannya, untuk mengetahui apakah cenayang memang bisa berhubungan dengan orang yang sudah mati. Sehingga mereka dianggap lebih memahami penyebab kematiannya, dibandingkan kebanyakan orang.

Para peserta diperlihatkan 180 buah foto semasa hidup dari orang yang telah meninggal. Sebelum ditanyakan bagaimana orang tersebut meninggal. Selama pengujiannya, detak jantung dan aktivitas otak para peserta dipantau.

Jika memang para cenayang dapat berhubungan dengan dunia orang mati, mereka seharusnya lebih sering memberikan alasan yang tepat. Mereka harusnya mengidentifikasi penyebab kematian dengan tepat daripada orang normal. Di mana orang-orang normal pada dasarnya hanya menebak-nebak saja. Namun, yang mengejutkan, kinerja para cenayang tersebut justru lebih buruk dibandingkan orang-orang biasa.

Ketika orang-orang biasa menebak penyebab kematian, kelompok tersebut berkinerja lebih baik daripada peluang acak, dengan peningkatan 4% melebihi apa yang diperkirakan para peneliti. Sebaliknya, para medium berperforma lebih buruk dengan penurunan 0,2%. Bahkan mereka membutuhkan waktu lebih lama untuk menjawab berbagai pertanyaan yang pada akhirnya jawabannya salah.

Selama pengujian, para cenayang mempertahankan detak jantung rata-rata yang lebih tinggi. Para peneliti memperkirakan bahwa ada kemungkinan para medium lebih stres selama pengujian daripada orang-orang biasa.

Dalam hasil electroencephalogram (EEG) yang menganalisis aktivitas otak saat peserta melihat foto, terdapat juga beberapa perbedaan di area mana yang menjadi fokus peserta.

Di dalam otak subjek orang biasa, tampaknya ada lebih banyak aktivitas di wilayah pemrosesan visual otak daripada cenayang. Para peneliti menyarankan bahwa orang-orang biasa tersebut memberikan lebih banyak perhatian untuk menganalisis tampilan foto. Meskipun perbedaan aktivitas otak tidak secara signifikan terkait dengan jawaban yang lebih benar.

Jadi, bagaimana mungkin orang-orang biasa tersebut kinerjanya lebih baik daripada orang yang mengaku bisa berhubungan langsung dengan orang mati? Jawaban paling sederhana adalah bahwa klaim para medium tidak berdasar. Mungkin menghubungi orang mati tidak memungkinkan. Namun, ketika ditanya tentang pengalaman mereka, beberapa cenayang menjelaskan alasan tersendiri.

“Beberapa cenayang berkomentar bahwa mereka merasa sulit untuk membedakan di antara berbagai jenis kematian. Karena mereka melaporkan merasakan rasa sakit dari orang yang telah meninggal, tetapi bukan penyebab dari rasa sakit itu sendiri,” tulis para penulis.

“Mereka mungkin menafsirkan jenis rasa sakit tertentu sebagai serangan jantung, tetapi rasa sakit serupa bisa terjadi dengan luka tembak di dada, atau oleh trauma dada yang terkait dengan kecelakaan mobil.”

Bagaimanapun, kajian bidang ini terkenal sulit untuk diteliti.