BAGIKAN
PRESS ASSOCIATION/AFP

Para kosmonot Rusia telah berhasil menciptakan daging buatan di luar angkasa, dan mungkin saja dalam waktu yang tak akan lama bisa beredar di pasaran. Dengan menggunakan printer 3D, di luar angkasa mereka menciptakan daging sapi, kelinci dan jaringan ikan.

Dilansir dari AFP, “teknologi baru ini dapat memungkinkan perjalanan jangka panjang dan memperbarui eksplorasi ruang angkasa, misalnya menuju Mars” menurut Didier Toubia kepala startup Israel Aleph Farms yang menyediakan sel-sel untuk pengujian.

“Tapi tujuan kami adalah menjual daging di Bumi,” katanya kepada AFP.

Terlepas dari cita rasanya, tentu saja daging buatan ini tidak akan menggantikan daging asli dari hewan. Untuk memulainya saja dalam skala komersil, menurut beberapa pengamat diperlukan investasi yang begitu besar.

Seandainya saat ini dipasarkan, sepertinya harganya akan melampaui daging biasa. Menurut perkiraan, harga jual daging buatan ini akan setara dengan daging biasa setidaknya dalam waktu 20 tahun ke depan.

Tapi Tobia mengatakan “ini bisa menjadi sebuah alternatif yang lebih baik dari industri peternakan”.

Daging buatan seperti ini bukanlah yang pertama kalinya muncul. Beberapa startup seperti HamptonCreek telah mengumumkan keberhasilannya di tahun 2018 menciptakan daging buatan dalam skala laboratorium dan akan memulai memasarkan di tahuin 2021.

Pada tahun yang sama, beberapa startup lainnya berhasil membuat daging ayam buatan seperti SuperMeat, dan Memphis Meats. Sementara BlueNalu mengembangkan platform teknologi yang dapat digunakan untuk merancang berbagai produk makanan laut, terutama filet ikan tanpa tulang atau kulit.

Di tahun 2013, burger pertama yang dirancang menggunakan sel induk sapi dibuat oleh Mark Post, seorang ilmuwan Belanda dari Maastricht University.

Masih panjang perjalanan daging buatan ini hingga benar-benar dengan mudah bisa didapatkan masyarakat umum. Untuk basis dalam memberi labelnya saja masih masih diperdebatkan. Belum lagi kendala lainnya terkait regulasi dari pemerintah setempat.

Di Amerika Serikat, misalnya, pemerintah menggariskan kerangka peraturan yang berbagi pengawasan atas makanan berbasis sel antara Departemen Pertanian dan Administrasi Makanan dan Obat-obatan, tetapi belum difinalisasi.

Namun, para pemain industri mengandalkan komersialisasi skala kecil yang dapat berlangsung cukup cepat.

“Kemungkinan tahun ini,” Josh Tetrick, kepala perusahaan JUST California, yang menanam daging dari sel, mengatakan pada sebuah konferensi di San Francisco.

“Tidak di pasarkan dalam empat ribu Walmart atau di semua McDonald’s, tetapi di beberapa restoran,” kata Tetrick.

Namun, masih ada pertanyaan tentang dampak lingkungan nyata, khususnya dalam hal konsumsi energi, serta tentang keamanan.

Tapi “peluang pasar sangat besar, terutama untuk makanan laut,” kata Lou Cooperhouse, CEO startup BlueNalu.

“Permintaan global di dunia berada pada titik tertinggi sepanjang masa,” katanya tentang makanan laut, tetapi “kami memiliki masalah pasokan” dengan penangkapan ikan yang berlebihan, perubahan iklim, dan pasokan yang sangat bervariasi, ditambah dengan “permasalahan dari pasokan itu sendiri” misalnya adanya merkuri pada beberapa ikan.

Terkait kemunculan industri daging buatan, Scott Bennet yang mewakili para petani dan peternak, juga direktur hubungan kongres untuk organisasi Biro Pertanian mengatakan kepada AFP, “Ini adalah sesuatu yang perlu kita pantau. Beberapa orang karena alasan sosial ingin membeli produk ini. Tetapi selalu ada pasar untuk daging konvensional,” katanya.

“Kami merasa (produk ini) tidak boleh disebut sebagai daging, karena kami tidak ingin membingungkan para konsumen mengenai apa ini sebenarnya. Kami ingin memastikan labelnya sangat jelas,” tambah Bennett.