BAGIKAN
Michal B

Seiring bertambahnya usia, manusia secara bertahap kehilangan kemampuannya untuk mengingat pengalaman yang terjadi pada waktu dan tempat tertentu. Namun, itu tidak dterjadi pada sotong. Mereka dapat mengingat apa, di mana, dan kapan peristiwa tertentu telah terjadi. Bahkan, hingga beberapa hari terakhir sebelum kematiannya. Demikian menurut temuan para peneliti yang hasilnya diterbitkan di jurnal Proceedings of the Royal Society B.

Pada penyakit Alzheimer, hipokampus menjadi bagian otak yang pertama kali mengalami kerusakan. Di mana gejala utamanya berupa kesulitan dalam mengingat dan kehilangan orientasi. Temuan ini adalah bukti pertama dari hewan yang ingatannya tentang peristiwa tertentu tidak memburuk seiring bertambahnya usia.

Para peneliti melakukan percobaannya terhadap 24 sotong biasa (Sepia officinalis). Separuhnya berusia 10-12 bulan, dan separuh lagi berusia 22-24 bulan yang setara dengan manusia di usia 90-an.

“Sotong dapat mengingat apa yang mereka makan, di mana, dan kapan, dan menggunakannya untuk menentukan keputusan makan mereka di masa depan,” kata penulis utama Alexandra Schnell dari Departemen Psikologi Universitas Cambridge.

“Yang mengejutkan adalah mereka tidak kehilangan kemampuan ini seiring bertambahnya usia, meskipun ada tanda-tanda yang menunjukkan penuaan seperti hilangnya fungsi otot dan nafsu makan.”

Ini yang disebut sebagai episodic-like memory, dan penurunannya diperkirakan disebabkan oleh kerusakan pada bagian otak yang disebut hipokampus.

Sotong tidak memiliki hipokampus, dan struktur otak mereka sangat berbeda dengan otak manusia. Lobus vertikal otak sotong dikaitkan dengan pembelajaran dan memori. Ini tidak memburuk sampai dua hingga tiga hari sebelum kematiannya. Menurut para peneliti, hal ini yang dapat menjelaskan mengapa memori episodik tidak terpengaruh oleh usia pada sotong.

Untuk melakukan percobaan, sotong terlebih dahulu dilatih untuk mendekati sebuah lokasi tertentu di tangki mereka yang ditandai dengan bendera hitam dan putih. Kemudian mereka dilatih untuk mengetahui bahwa dua makanan yang biasa mereka makan tersedia di lokasi yang tekah ditandai dengan bendera dan setelah penundaan tertentu. Pelatihan ini diulang setiap hari selama empat minggu.

Kemudian cumi-cumi mengingat makanan mana yang akan tersedia, di mana, dan kapan akan diuji. Untuk memastikan mereka tidak hanya mempelajari suatu pola, kedua lokasi pemberian makan dilakukan secara unik setiap harinya. Semua sotong — tanpa memandang usia — memperhatikan makanan mana yang pertama kali muncul pada setiap bendera. Setelah mengingatnya, mereka gunakan untuk mengetahui tempat makan mana yang terbaik pada setiap waktu makan berikutnya.

“Sotong tua sama baiknya dengan yang lebih muda dalam tugas memori — pada kenyataannya, banyak dari yang lebih tua lebih baik dalam fase pengujian. Kami pikir kemampuan ini mungkin membantu sotong di alam bebas untuk mengingat dengan siapa mereka kawin, jadi mereka tidak kembali ke pasangan yang sama,” kata Schnell.

Sotong hanya berkembang biak di akhir hidupnya. Dengan mengingat dengan siapa mereka kawin, di mana, dan berapa lama yang lalu, para peneliti berpikir ini membantu sotong dalam menyebarkan gen mereka secara luas. Yaitu, dengan mengawini sebanyak mungkin pasangan yang berbeda-beda.

Sotong memiliki rentang hidup yang pendek. Kebanyakan usianya hanya sampai sekitar dua tahun. Ini yang menjadikan mereka sebagi subjek yang tepat untuk melakukan pengujian penurunan daya ingat seiring bertambahnya usia. Karena tidak mungkin untuk menguji apakah hewan secara sadar mengingat sesuatu, penulis menggunakan istilah ‘episodic-like memory’ untuk merujuk pada kemampuan sotong untuk mengingat apa, di mana, dan kapan hal-hal tertentu telah terjadi.