Jika memang bisa dilakukan, kemungkinan besar orang yang menerima donor otak – beserta jaringan kompleksnya – akan menjadi manusia yang berbeda. Karena pusat pengendalian kesadaran manusia ada di otak bukan di jantung (heart). Ini yang bertentangan dengan konsep bahwa jiwa, perilaku, dan sikap seseorang dipengaruhi oleh jantung, di mana di Indonesia umumnya menyebutnya sebagai hati (liver).
Orang Mesir kuno percaya bahwa jantung adalah tempat jiwa, mengendalikan sensasi, pikiran, dan gerakan tubuh. Konsep ini dikenal sebagai hipotesis kardiosentris. Setidaknya, gagasannya telah terpelihara hingga Archimides dan sebagian dari filsuf Yunani kuno lainnya. Memengaruhi selama Abad Pertengahan hingga Kebangkitan Islam.
Misalnya Caligula, yang berubah total perilakunya setelah sembuh dari sakit yang dideriratanya. Salah satu perilaku menyimpangnya adalah dia melakukan hubungan seksual dengan istri para pejabat di depan suaminya. Kemudian, ia juga memaksa para pejabat berhubungan intim dengannya di depan para isterinya. Ia menjadi pemimpin yang akhirnya dibenci oleh masyarakat Romawi kuno. Dan mati ditikam lebih dari 30 kali oleh sekelompok penjaga.
Penelitian terakhir menunjukkan bahwa timbal asetat yang mencemari anggur yang sering diminumnya, sebagai pemicunya. Di dalam otak, kerusakan akibat timbal di korteks serebral prefrontal, hipokampus, dan otak kecil dapat menyebabkan berbagai gangguan neurologis, seperti kerusakan otak, keterbelakangan mental, masalah perilaku, kerusakan saraf, dan mungkin penyakit Alzheimer, penyakit Parkinson, dan skizofrenia.
Kerusakan pada otak bisa mengubah perilaku seseorang, tapi tidak pada kerusakan jantung (hati). Misalnya, bagaimana transplatasi jantung yang berhasil dilakukan tidak mengubah kesadaran orang yang menerima organ donor.
Atau pada orang-orang yang menggunakan jantung buatan seperti Stan Larkin:
Ransel abu-abu yang selalu menemani Larkin, telah membuatnya tetap hidup. Di dalam tas itu terdapat sebuah sumber tenaga yang membuat jantung buatannya tetap bekerja.
Jantung asli Larkin telah dikeluarkan dari tubuhnya. Lalu diganti dengan sebuah perangkat yang memungkinkannya untuk tetap tinggal di rumah alih-alih di rumah sakit, sambil menunggu untuk menerima transplantasi. Tak ada perubahan perilaku atau kesadaran yang terjadi.
Jika transplantasi otak berhasil dilakukan “Apakah kesadarannya akan berubah menjadi si pendonor?”
Kemungkinan besar, iya. Karena dalam otak yang baru terpasang setidaknya tersimpan “sejuta kenangan” pemilik lamanya.
Menurut filsuf Sydney Shoemaker, jika otak Mr. Brownson ditransplantasikan ke dalam tengkorak Mr. Robinson, orang yang dihasilkan akan terlihat seperti Mr. Robinson tetapi sebenarnya dia adala Mr. Brownson. Selama dia menyadari masa lalunya sendiri sebagai Mr. Brownson.
Tapi karena operasi ini belum pernah berhasil dilakukan – termasuk upaya kontroversial transplantasi kepala yang direncenakan ahli saraf Italia Dr. Sergio Canavero maka kemungkinan lainnya masih beragam. Termasuk hilangnya ingatan yang sebelumnya pernah tersimpan.