BAGIKAN

The Hoover Dam Project merupakan proyek yang terkenal di seluruh dunia atas berbagai prestasi kinerja yang diraih pada situasi pelaksanaan proyek yang begitu sulit pada masa itu. Proyek ini merupakan bendungan beton lengkung yang bekerja secara gravitasi yang terletak di Black Canyon, Sungai Colorado. Proyek ini dibangun pada tahun 1931 hingga 1936 atau lebih cepat dua tahun dari yang direncanakan walaupun saat itu negara Amerika Serikat sedang mengalami krisis ekonomi yang terkenal yaitu the Great Depression. Kenapa ?

Proyek ini merupakan proyek dengan struktur beton raksasa yang belum pernah dibangun sebelumnya dimana beberapa teknik yang digunakan bahkan belum terbukti. Dimensi bendungan ini adalah tinggi 726 ft (221,4 m), panjang 1244 ft (379 m), lebar di bagian atas 45 ft (14 m) dan lebar bagian bawah 660 ft (200 m). Total volume beton yang digunakan adalah 2,48 juta m³.

img: wikimedia

Proyek ini dikerjakan oleh enam perusahaan secara konsorsium yaitu Six Companies, Inc. Proyek melibatkan 5200 tenaga kerja dan 200 insinyur dan menghabiskan biaya sebesar US$ 49 juta saat tahun 1931 atau setara dengan Rp. 41,8 triliun pada tahun 2016 (asumsi inflasi 5% per tahun selama 85 tahun dan kurs 1 US$ = Rp. 13.500,-). Proyek ini dibangun dengan tujuan untuk mengendalikan banjir, sumber mata air untuk irigasi dengan potensi 35.200 km³, dan pembangkit listrik dengan potensi 2080 MW.

Keberhasilan proyek ini telah menginspirasi perkembangan manajemen proyek di dunia. Berbagai tantangan yang sangat sulit telah berhasil di atasi oleh tim proyek ini baik pemilik maupun kontraktor. Terdapat beberapa inovasi dan strategi baik teknis maupun manajemen proyek yang dilakukan pada proyek adalah sebagai berikut:

  • Pricing strategy – Kontraktor melakukan unbalanced bid dimana pada pekerjaan yang dikerjakan di awal yaitu galian batu, faktor mark-up harga (item-price loading) yang cukup tinggi sedangkan pada pekerjaan beton faktor mark-up harga lebih rendah. Strategi ini membantu keuangan kontraktor sebesar US$ 13 juta untuk mengatasi kondisi defisit di awal karena harus memberikan jaminan pelaksanaan sebesar US$ 5 juta. Strategi ini dikenal dengan istilah front-end loading yang merupakan cost management approach yang kemudian banyak digunakan setelahnya.
  • Mass concrete cooling method – Kontraktor mengembangkan formula beton mass concrete secara khusus yang merupakan inovasi dalam teknologi beton. Di samping itu, untuk mengatasi masalah panas hidrasi semen pada mass concrete yang awalnya diprediksi baru akan dingin setelah 120 tahun yang merupakan tantangan terbesar, kontraktor membuat pipa pendingin yang dialiri oleh air es selama 18 bulan untuk mengatasi panas hidrasi.
  • Special tools – Kontraktor membuat peralatan-peralatan khusus berukuran besar seperti jumbo drill untuk menigkatkan produktifitas pekerjaan galian diversion channel dan sistem transportasi material dengan menggunakan cable-car system untuk menghindari kerusakan material dan berbagai peralatan lainnya. Keseluruhan peralatan yang dikembangkan dan dibuat di proyek telah membuat proyek lebih cepat secara signifikan.
  • Aplikasi critical path – Tim proyek mengaplikasi teknik schedulling dengan baik yaitu pendekatan critical path yang membantu perusahaan membagi pekerjaan galian diversion channel menjadi beberapa tahap. Strategi ini telah membuat jadwal lebih cepat setahun terhadap rencana awal.
  • Produktifitas peralatan di awal – Tim kontraktor juga menerapkan strategi memanfaatkan peralatan bekerja maksimal di tahap awal proyek dan dengan tiga shift yang bekerja secara maraton. Hal ini berdampak pada kesuksesan proyek yang selesai lebih cepat.
  • Menjaga tingkat produktifitas tenaga kerja – Dalam mempertahankan dan meningkatkan produktifitas tenaga kerja, tim proyek mengganti tenaga kerja lama yang terus-menerus mengharapkan penghasilan lebih dengan tenaga kerja baru yang lebih menginginkan pekerjaan tersebut.

Dengan kinerja akhir atas waktu dan biaya yang fantastis pada masa yang sangat sulit dan dengan tingkat kesulitan yang sangat tinggi, proyek ini dinilai telah berhasil dengan sangat baik.  Keberhasilan pada proyek ini sangat dipengaruhi oleh beberapa karakteristik utamanya (Kwak, 2015), yaitu :

  • Aktivitas pengembangan proyek yang terdiri dari feasibility study, pemilihan lokasi, dan disain secara konseptual merupakan hal yang penting untuk memenuhi persyaratan dari pihak legislatif. Lingkup dan tantangan yang jelas bagi pihak-pihak yang terlibat sangat membantu mereka mengatasi permasalahan yang ada.
  • Hubungan yang baik antara partisipan proyek terutama pemilik dan kontraktor baik di level atas maupun di level lapangan.
  • Memastikan aktivitas disain dan engineering dengan menunjuk badan review disain (design review board) dan mengimplementasikan proses change management yang efektif yang meminimalisasi rework dan keterlambatan selama masa konstruksi.
  • Menetapkan jalur perintah yang jelas pada organisasi pemilik dan kontraktor untuk menyesuaikan hubungan keduanya secara internal maupun eksternal.
  • Dukungan proyek dengan jaminan pendanaan tahunan, legislatif yang sesuai serta fasilitas regulasi yang sesuai dan memadai.

Keberhasilan proyek ini walaupun dengan berbagai tantangan yang ada menunjukkan bahwa untuk berhasil proyek harus direncanakan dengan sebaik-baiknya sejak tahap awal yaitu feasibility study kemudian perencanaan disain yang dilakukan secara hati, proses pengadaan yang tepat, hingga proses pelaksanaan yang kolaboratif.

Keberhasilan proyek ini juga sangat ditunjang oleh kerja sama yang baik antar pihak terutama pemilik dan kontraktor terbukti ampuh menyelesaikan berbagai tantangan yang dihadapi. Organisasi yang rapi dan didukung oleh pendanaan yang baik akan membuat sesulit apapun tantangan yang dihadapi akan dapat diatasi secara optimal.