BAGIKAN
Credit: HansMartinPaul

Risiko terkena dampak stroke bisa dipengaruhi oleh berbagai hal, termasuk gaya hidup. Mungkin, golongan darah juga sepertinya bisa turut memengaruhi. Di mana orang-orang yang bergolngan darah A, cenderung lebih awal terkena serangan stroke – sebelum usia 60 tahun – dibandingkan dengan golongan darah lainnya, menurut sebuh penelitian terbaru.

Penelitian sebelumnya juga menemukan bahwa orang dengan golongan darah A, lebih rentan terkena COVID-19. Sementara kelompok golongan darah O cenderung lebih tangguh terhadap virus ini, di mana pernah menjadi pandemi di berbagai belahan dunia.

Namun, apakah benar orang-orang dengan golongan darah A cenderung lebih lemah, tidak bisa dipastikan. Begitupun kaitannya dengan tingkat risiko dengan penyakit kardiovaskular ini.

Setidaknya, dari golongan darah bisa menggambarkan berbagai macam bahan kimia yang ditampilkan pada permukaan sel darah merah kita. Di antara yang paling akrab adalah yang bernama A dan B, yang dapat hadir bersama sebagai AB, secara individual sebagai A atau B, atau tidak ada sama sekali, sebagai O.

Dalam penelitian terbarunya ini, para ilmuwan mengumpulkan serangkaian data dari 48 penelitian tentang genetika. Di mana di dalamnya meliputi sekitar 17.000 orang yang terkena stroke dan hampir 600.000 orang sehat tanpa stroke, sebagi kontrol. Semua peserta dalam kajian ini berusia antara 18 hingga 59 tahun.

Sekarang, penelitian genomik telah menemukan hubungan yang jelas antara gen untuk subkelompok A1 dan serangan awal stroke.

“Jumlah orang dengan stroke dini meningkat. Orang-orang ini lebih mungkin meninggal karena peristiwa yang mengancam jiwa, dan mereka yang selamat berpotensi menghadapi disabilitas selama puluhan tahun,” kata penulis senior dan ahli saraf vaskular Steven Kittner dari University of Maryland dalam sebuah penyataan.

“Meskipun demikian, hanya ada sedikit penelitian tentang penyebab stroke dini,

Pencarian di seluruh genom mengungkapkan dua lokasi yang sangat terkait dengan risiko serangan stroke dini. Salah satunya tepat berada dengan tempat di mana gen yang menunjukkan golongan darah.

Setelah disesuaikan dengan jenis kelamin dan faktor lainnya, peneliti menemukan mereka yang memiliki golongan darah A memiliki risiko 16 persen lebih tinggi mengalami stroke dini dibandingkan orang dengan golongan darah lain. Mereka yang memiliki golongan darah O memiliki risiko 12 persen lebih rendah terkena stroke dibandingkan orang dengan golongan darah lain.

Studi ini juga menemukan bahwa orang dengan golongan darah B sekitar 11 persen lebih mungkin mengalami stroke dibandingkan dengan kontrol non-stroke tanpa memandang usia mereka.

Namun, para peneliti mencatat bahwa risiko lainnya akibat stroke pada orang-oraang bergolongan darah A adalah kecil. Dengan demikian, tidak perlu kewaspadaan ekstra atau skrining pada kelompok ini.

“Kami masih tidak tahu mengapa golongan darah A akan memberikan risiko yang lebih tinggi,” kata Kittner.

“Tetapi kemungkinan itu ada hubungannya dengan faktor pembekuan darah seperti trombosit dan sel yang melapisi pembuluh darah serta protein sirkulasi lainnya, yang semuanya berperan dalam perkembangan pembekuan darah.”

Keterbatasan penelitian ini adalah relatif kurangnya keragaman di antara para peserta. Data tersebut berasal dari Early Onset Stroke Consortium, sebuah kolaborasi dari 48 penelitian berbeda di Amerika Utara, Eropa, Jepang, Pakistan, dan Australia. Sekitar 35 persen peserta adalah keturunan non-Eropa.

“Kami jelas membutuhkan lebih banyak studi lanjutan untuk mengklarifikasi mekanisme peningkatan risiko stroke,” kata Kittner.

Temuan kunci lain dari penelitian ini datang dari membandingkan orang yang mengalami stroke sebelum usia 60 tahun dengan mereka yang mengalami stroke setelah usia 60 tahun.

Untuk ini, para peneliti menggunakan kumpulan data dari sekitar 9.300 orang berusia di atas 60 tahun yang mengalami stroke, dan sekitar 25.000 kontrol di atas usia 60 tahun yang tidak mengalami stroke.

Mereka menemukan bahwa peningkatan risiko stroke pada golongan darah tipe A menjadi tidak signifikan pada kelompok stroke onset lambat, menunjukkan bahwa stroke yang terjadi di awal kehidupan mungkin memiliki mekanisme yang berbeda dibandingkan dengan yang terjadi di kemudian hari.

Stroke pada orang yang lebih muda kemungkinan kecil disebabkan oleh penumpukan timbunan lemak di arteri (proses yang disebut aterosklerosis) dan lebih mungkin disebabkan oleh faktor-faktor yang berkaitan dengan pembentukan gumpalan, kata para penulis.

Penelitian ini telah diterbitkan di  jurnal Neurology.