Hasil penelitian terbaru menemukan bahwa salah satu jenis obat anti peradangan yang telah digunakan secara luas, mampu menekan angka kematian pada kasus-kasus kritis pasien COVID-19 hingga 20 persen.
Professor Anthony Gordon dari Imperial College London yang menjadi bagian dari tim ilmuwan yang menyelidiki efektivitas dari obat hidrokortison pada pasien yang menggunakan ventilator di unit perawatan intensif rumah sakit.
Hidrokortison adalah obat yang digunakan untuk meredakan peradangan, mengurangi reaksi sistem kekebalan tubuh, mengatasi kekurangan hormon hidrokortison. Obat ini masuk ke dalam golongan kortikosteroid, yang mengandung hormon steroid yang di dalam tubuh berfungsi untuk meredakan peradangan serta menekan kerja sistem kekebalan tubuh yang berlebihan.
Dan hasil dari penelitian ini dibandingkan dengan enam hasil riset lainnya yang juga meneliti obat-obatan kortikosteroid yang dapat digunakan untuk mengobati COVID-19.
Hasil penelitian ini telah dipublikasikan dalam Journal of American Medical Association (JAMA).
“Dari data gabungan ketujuh hasil trial tersebut, pada pasien-pasien yang tidak mendapatkan pengobatan dengan steroid, sekitar 40 persen meninggal dunia pada kondisi kritis akibat COVID-19,” kata Gordon.
“Pada kelompok pasien yang mendapatkan obat-obatan steroid, sekitar 32 persen meninggal dunia akibat COVID-19, terdapat penurunan resiko hingga 20 persen.
“Artinya, jika kita memberikan 100 orang pasien dengan obat-obatan steroid, kemungkinan kita bisa menyelamatkan 8 nyawa, dan kami melihat hasil ini sangat memuaskan.”
Direktur badan pelayanan kesehatan nasional Inggris (National Health Service- NHS), Simon Stevens menyebut hasil ini sebagai “senjata tambahan bagi dunia dalam peperangan melawan COVID-19”.
“Seperti halnya dengan dexamethasone, NHS akan mengambil langkah cepat untuk memastikan para pasien akan memperoleh manfaat dari pengobatan dengan menggunakan hidrokortison,” Stevens menambahkan.
Gordon yang menggabungkan hasil penelitian timnya dengan profesinya sebagai dokter spesialis perawatan intensif rumah sakit mengatakan bahwa hasil penelitian ini adalah “bukti nyata” bahwa steroid dapat membantu sebagian besar pasien-pasien dengan kondisi kritis akibat COVID-19.
Tetapi Gordon juga menekankan bahwa obat-obatan steroid, yang sering ditemukan pada obat-obatan bebas, tidak dapat digunakan sebagai obat pencegah COVID-19 atau sebagai obat yang bisa digunakan di rumah sebagai obat infeksi viral.
Dari 403 pasien yang ada di 88 rumah sakit di Inggris menerima hidrokortison melalui injeksi intravena, bukan dalam bentuk pil, kata Gordon.
WHO juga telah memperbaharui panduan untuk penanganan COVID-19 berdasarkan perkembangan terbaru ini. Para hari Rabu lalu telah dipublikasikan pada halaman web-nya, bahwa obat kortikosteroid hanya dapat digunakan pada pasien-pasien COVID-19 kritis, bukan untuk kasus-kasus ringan maupun sedang, karena “obat ini tidak bekerja pada kasus-kasus ringan dan bahkan terbukti memberi efek yang membahayakan”.
Efektifitas yang sama dari jenis kortikosteroid lainnya juga dapat membantu dalam pengobatan penyakit COVID-19 di seluruh dunia, meringankan masalah distribusi obat-obatan bagi penyakit ini.
“Para dokter mungkin lebih familiar dalam menggunakan salah satu dari obat-obatan ini.. dengan banyaknya pilihan tentunya semakin besar pula ketersediaan obat, dan ini adalah berita baik.”
Hasil dari sebuah trial klinis dexamethasone di Inggris yang dipublikasikan pada bulan Juli lalu, menunjukkan bahwa angka kematian pasien dengan COVID-19 telah menurun hingga mencapai angka dibawah sepertiganya.
Diantara pasien-pasien yang memerlukan ventilator, angka kematian dari pasien-pasien yang mendapatkan obat-obatan anti peradangan adalah 29,3 persen dibandingkan dengan 41,4 persen pada pasien yang tidak mendapatkan obat-obatan tersebut.
Gordon mengatakan bahwa walaupun hasil penelitian terbaru cukup konsisten dan membawa harapan, masih dibutuhkan tahapan pengobatan lanjutan untuk melawan virus corona ini.