BAGIKAN
Pemandangan dari Takarkori (Credit: Savino di Lernia, 2020)

Ikan lele dan nila yang menjadi bagian dari sisa-sisa hewan di lingkungan Sahara, ditemukan di batuan tempat berteduh di Takarkori, Libya, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal akses terbuka PLOS ONE.

Saat ini, pegunungan Tadrart Acacus Sahara adalah sebuah gurun pasir yang berangin, gersang dan sangat panas. Namun, catatan fosil menunjukkan bahwa pada sebagian besar di era Holosen awal hingga pertengahan (10.200 hingga 4650 tahun yang lalu), wilayah ini merupakan tempat yang lembap, berlimpah air dan kehidupan. Ditemukan juga beberapa permukiman manusia dan beragam fauna.

Tempat berteduh berdinding batu di Tadrart Acacus melestarikan tidak hanya sisa-sisa flora dan fauna yang signifikan, tetapi juga artefak kebudayaan dan seni batu karena selama Holosen awal tempat berteduh ini pernah dijadikan sebagai tempat pemukiman.



Dalam studi ini, penulis bekerja sama dengan Departemen Purbakala Libya dalam menggali bagian-bagian dari batu tempat berteduh Takarkori untuk mengidentifikasi dan menentukan usia pada sisa-sisa hewan yang ditemukan di situs ini dan menyelidiki pergeseran dalam kelimpahan dan berbagai jenis hewan yang tersisa dari waktu ke waktu.

Sisa-sisa ikan hampir 80 persen didapatkan dari keseluruhan temuan yang berjumlah 17.551 sisa-sisa fauna total. 19 persen di antaranya adalah sisa-sisa mamalia, berupa burung, reptil, moluska, dan amfibi. Semua ikan dan sisa-sisa lainnya ditentukan sebagai sisa makanan manusia, karena jejak dari bekas pemotongan dan pembakaran. Kedua genera ikan di Takarkori diidentifikasi sebagai ikan lele dan ikan nila.

Berdasarkan penanggalan relatif untuk sisa-sisa ini, jumlah ikan menurun dari waktu ke waktu. Awalnya 90 persen dari semua sisa-sisa selama kurun waktu 10.200-8000 tahun yang lalu, menjadi hanya 40 persen dari semua sisa-sisa selama kurun waktu 5900-4650 tahun yang lalu.



Karena jumlah mamalia tetap meningkat, menunjukkan bahwa penduduk Takarkori secara bertahap lebih fokus pada hewan perburuan dan ternak. Para penulis juga menemukan proporsi nila secara khusus menurun lebih signifikan dari waktu ke waktu dibandigkan ikan lele. Mungkin karena ikan lele memiliki organ pernapasan yang memungkinkannya untuk tetap menghirup udara dan bertahan hidup di perairan dangkal. Suhu tinggi gurun menjadi kurang menguntungkan bagi ikan karena kegersangan yang meningkat.

Para penulis menambahkan: “Studi ini mengungkapkan jaringan hidrografi kuno Sahara dan interkoneksinya dengan Sungai Nil, memberikan informasi penting tentang perubahan iklim yang dramatis yang mengarah pada pembentukan gurun panas terbesar di dunia. Tempat berteduh berdinding batu Takarkori sekali lagi terbukti menjadi harta nyata bagi arkeologi Afrika dan sekitarnya: sebuah tempat yang fundamental untuk merekonstruksi dinamika kompleks di antara berbagai kelompok manusia purba dan lingkungan mereka dalam suatu iklim yang berubah.”