BAGIKAN
[pixabay]

Denis Rebrikov, ahli biologi molekuler dari Rusia berencana untuk melakukan eksperimen menggunakan teknologi CRISPR untuk mengedit gen pada embrio manusia dan dia menyatakan telah ada lima pasangan orangtua yang setuju untuk mengikuti eksperimen ini.

Pada bulan Juni, ahli biologi Rusia ini menyatakan pada Nature bahwa dia berencana untuk mengedit embrio manusia, dan para calon orang tua telah menyetujuinya. Sebelumnya, ilmuwan China, He Jiankui secara terbuka menyatakan telah berhasil mengedit embrio manusia hingga lahir dengan sehat, dan dia mengklaim bahwa eksperimen yang dia lakukan sebagai usaha untuk mencegah bayi tersebut dari penularan HIV yang diderita ayahnya.

Pada hari Kamis lalu, Rebrikov menyatakan bahwa telah ada lima pasang orangtua yang menyetujui dilakukannya proses edit gen pada embrio bayi mereka dengan alasan khusus: untuk mencegah keturunan mereka mewarisi kondisi kedua orangtuanya yang tuli.

Rebrikov juga mengatakan bahwa setiap orangtua yang ikut serta sangat tertarik pada riset mutasi gen GJB2 yang dilakukannya. Dia menjamin bahwa keturunan yang dihasilkan akan terlahir bebas dari cacat pendengaran.

Dengan menggunakan teknologi CRISPR untuk mengedit gen GJB2 yang telah disalin kedalam sebuah embrio yang subur, Rebrikov yakin bahwa dia mampu mewujudkan keinginan para orangtua yang ikut dalam penelitiannya untuk mendapatkan keturunan biologis yang bebas dari cacat pendengaran.

Dan rencana Rebrikov untuk terus menggunakan CRISPR pada embrio manusia, dan nampaknya tidak ada seorangpun di Rusia yang menentangnya, dan eksperimennya dianggap bisa dibenarkan dibanding eksperimen He yang mengedit gen dengan tujuan untuk menghindari tertular HIV.

“Sangat jelas dan mudah dipahami oleh siapapun,” Rebrikov manyatakan. “Setiap bayi yang akan terlahir dari setiap pasangan ini dipastikan akan tuli tanpa dilakukan pengeditan gen.”

Dan tidak seperti eksperimen He, yang dilakukan tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan otoritas Cina, Rebrikov terlebih dahulu akan meminta persetujuan pemerintah Rusia dalam beberapa minggu kedepan untuk memulai eksperimen kontroversial ini. 

Eksperimen Rebrikov dianggap bisa dibenarkan secara medis dibandingkan He, walaupun masih banyak yang menganggap prosedur ini sangat kontroversial.

Sebagian orang masih menganggap bahwa tuli bukanlah suatu kondisi yang harus diperbaiki. Mereka beragumen bahwa ketulian adalah kekurangan yang harus dirangkul, bukan dianggap sebagai cacat.

Dan faktanya, ada yang menganggap segala usaha para dokter bedah dan ahli peralatan medis untuk mendesain alat bantu dengar bagi para penderita cacat tuli agar bisa mendengar sebagai usaha menggenosida sebuah kelompok minoritas.

Banyak dari orang-orang ini, yang juga terlahir tanpa kemampuan mendengar dan tidak bisa mendapatkan pertolongan medis atas kondisinya, bisa hidup dengan bahagia dan sehat walaupun tanpa kemampuan mendengar.

Dan dalam tahapan awal dari penelitian CRISPR, beberapa peneliti berpendapat bahwa kita sebaiknya tidak mengambil resiko melakukan eksperimen sebuah teknologi pada manusia kecuali memang diperlukan demi menyelamatkan nyawa seseorang.

“Trial pertama kepada manusia harus dimulai pada embrio atau bayi dengan kondisi tidak mempunyai harapan dengan bantuan medis apapun, dalam kondisi yang fatal,” Julian Savulescu, ahli bioetik dari University of Oxford mengatakan.

“Eksperimen ini seharusnya tidak dimulai pada embrio yang masih punya kesempatan untuk menjalani hidup normal nantinya.”