Tahun lalu, saya bertugas sebagai juri panel untuk International Statistic of the Year (Statistik Internasional Tahun Ini) yang diselenggarakan oleh The Royal Statistical Society (RSS).
Pada 18 Desember yang lalu, kami, para juri panel, mengumumkan pemenangnya: 90,5%, angka itu merujuk pada plastik yang tidak pernah didaur ulang. Ok – tapi mengapa angka itu masalah besar?
Hampir sama dengan kompetisi Word of the Year yang diselenggarakan oleh Oxford English Dictionary, kompetisi statistik internasional ini bertujuan untuk menangkap zeitgeist atau semangat zaman yang dunia pada tahun tersebut. Panel juri dalam kompetisi ini menerima banyak nominasi dari komunitas statistik dan publik atas data statistik yang mengangkat masalah dunia yang paling mendesak saat ini.
Tahun sebelumnya, pemenangnya adalah 69. Angka ini merupakan jumlah rata-rata warga Amerika Serikat yang tewas akibat mesin pemotong rumput setiap tahunnya. Bandingkan dengan jumlah rata-rata warga Amerika tewas setiap tahun akibat serangan para teroris jihadis imigran: dua. Dan jumlah rata-rata warga Amerika yang mati tiap tahun akibat penembakan yang dilakukan oleh orang Amerika lainnya: 11.737.
Angka-angka tersebut, pertama kali dipublikasikan di The Huffington Post, menjadi sorotan setelah tweet viral Kim Kardashian sebagai reaksi terhadap usulan pelarangan masuknya imigran ke wilayah Amerika Serikat.
Data statistik 2018 ini menjadi populer karena sebuah laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Ketua panel juri sekaligus Presiden RSS, Sir David Spiegelhalter, menyatakan: “Sangat memprihatinkan bahwa plastik yang didaur ulang amat sedikit jumlahnya, dan hal ini menghasilkan begitu banyak sampah plastik yang telah mencemari lingkungan dunia. Hal ini merupakan sebuah masalah yang benar-benar besar dan terus berkembang di dunia.”
Mari kita tinjau kembali data pemenang statistik tahun ini. Sekitar 90,5% dari 6,3 miliar ton metrik (1 ton metrik = 1000 kilogram) sampah plastik, yang diproduksi sejak dimulainya produksi massal sekitar 60 tahun lalu, saat ini berserakan di planet kita, di tempat pembuangan sampah, di dalam laut, atau telah dibakar. Bila kita tidak mengubah cara kita mengelola plastik, diperkirakan pada 2050, jumlah sampah plastik akan meningkat menjadi 12 miliar ton metrik.
Saat panel juri pertama kali mulai memperhatikan data statistik ini, sesungguhnya saya sama sekali tidak memiliki gambaran utuh mengenai apa arti miliaran ton plastik itu. Berdasarkan sebuah studi pada 2015 dan sedikit kalkulasi sederhana, sampai dengan 2018, jumlah tersebut setara dengan 7,2 triliun kantong belanjaan penuh dengan plastik.
Namun, kalkulasi ini bagi saya belum cukup memberikan gambaran mengenai besaran sampah plastik yang sesungguhnya. Orang-orang cenderung untuk menggunakan jarak tempuh sebagai alat ukur untuk menggambarkan sebuah angka, maka saya mencoba hal yang sama. Asumsikan bahwa satu kantong belanja dari plastik memiliki tinggi kurang lebih 1 kaki (30,48 cm). Bila Anda menumpuk atau merentangkan kantong-kantong belanja tersebut, Anda dapat menempuh bolak-balik (dari bumi) ke bulan 5.790 kali. Angka-angka tersebut mulai memberikan gambaran permasalahan secara lebih jelas.
Faktanya, bila seseorang dapat menguangkan semua sampah plastik yang mencemari lingkungan kita–termasuk juga 12% sampah plastik yang dimusnahkan dengan cara dibakar–dia bisa memiliki cukup uang untuk membeli perusahaan-perusahaan terbesar dunia.
Asumsikan bahwa biaya untuk membuat satu botol plastik adalah 3,25 sen dolar AS, kita dapat mengestimasi bahwa satu kantong belanja berisi sekitar US$1 dari produk material plastik. (Saya mengambil satu kantong belanjaan dan mengisinya dengan 31 botol plastik). Maka, 7,2 triliun kantong belanjaan setara dengan US$7,2 triliun.
Apa saja yang dapat Anda beli dengan uang sebanyak itu? Apple, Amazon, Google, Microsoft, Walmart, Exxon, GM, AT&T, Facebook, Bank of America, Visa, Intel, Home Depot, HSBC, Boeing, Citigroup, Anheuser-Busch, semua tim NFL, semua tim MLB, serta semua tim sepak bola yang ada di Premier League.
Dengan kata lain, bila seseorang dapat mengumpulkan dan mendaur ulang semua sampah plastik yang belum didaur ulang di bumi ini, maka orang tersebut akan menjadi orang yang paling kaya di planet ini.
Salah satu aspek yang paling sulit dari statistik adalah menempatkan angka-angka tersebut ke dalam konteks yang dapat diterima dengan mudah oleh otak kita, serta menjadi sebuah bentuk yang memiliki suatu makna tertentu bagi kita. Dari data statistik mengenai plastik di atas, sudah jelas ini saatnya untuk membersihkan tindakan kita.
Liberty Vittert, Visiting Assistant Professor in Statistics, Washington University in St Louis
Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.