Kailasa Temple, dibangun pada masa kekuasaan Dantidurga dan Krishna I (757-773 M), merupakan kuil monolit terbesar di India dengan panjang 100m dan lebar 75m. Kuil persembahan bagi Shiva ini, didominasi menara besar setinggi 30m dengan dasar berbentuk persegi yang merupakan simbolisasi gunung kosmik dimana Shiva tinggal. Kailasa Temple, Cave 16, terletak di Ellora dan tidak seperti gua lain di Ellora yang melorong ke dalam gunung dengan fasadnya saja yang terlihat dari luar, eksterior yang kaya ornamen seakan terekspos ke udara sebagai sculpture (pahatan) arsitektural.Gerbang masuk, courtyard, mandapa (aula), dan shirakara (menara) yang terdapat di Kailasa Temple menunjukkan tipikal kuil Dravidia. Pada shirakara juga terdapat beberapa tingkatan yang ornamen miniatur bangunan yang melambangkan dunia kosmik. Lorong dalam panjang yang mengitari kuil merupakan keunikan yang menunjukkan identitas Kailasa Temple yang memiliki tipikal kuil-kuil presedennya. Lorong ini diikuti galeri dua tingkat sepanjang dasar tepi tebing yang menunjukkan gaya cave-temples (gua).
Proses pemahatan kuil, yang mengharuskan adanya pemindahan 400.000 ton batu, merupakan kebalikan secara urutan dari proses pembuatan Mamallapuram. Kuil-kuil yang dibuat dengan metode dressed-stone (batu susun) di India bagian tenggara merupakan inspirasi arsitek dari Kailasa Temple, seperti juga Mamallapuram dan Kanchipuram, tetapi bentuk monolit yang dipakai arsitek sebagai realisasi Kailasa Temple. Elemen-elemen arsitektural dan bentuk dari kuil-kuil yang menggunakan metode dressed-stone digunakan kembali pada Kailasa Temple dengan teknik yang berbeda. Relevansi Kailasa Temple dengan Mammalapuram dan Kanchipuram yang termasuk pada kerajaan Pallava bukan hanya saja karena Krishna I melibatkan arsitek kerajaan Pallava pada proses konstruksi Kailasa Temple, tetapi kuil-kuil Pallava memang dijadikan model yang memberi pengaruh pada perancangan Kailasa Temple.
Arsitek menggunakan teknik memahat secara kreatif, dengan membuat dua pilar monolit seperti obelisk setinggi 16m pada sisi kedua kuil bagi Nandi yang diadaptasi dari pilar-pilar Ashoka. Pilar-pilar serupa dapat ditemukan di kuil-kuil Buddha dan Hindu lain, namun tidak pernah ada bukti keberadaan model pilar seperti di Kailasa Temple, walaupun ada kemungkinan pilar serupa yang bukan monolit pernah dibuat, tetapi tidak tahan lama.
Proses pemahatan kuil dimulai dengan menggali dari atas ke bawah membentuk lorong panjang yang mengitari kuil sebagai tempat ritual (circumambulation) pada akhirnya dan membiarkan sebuah blok batu besar di tengah. Penggalian galeri sepanjang lorong yang menggua dilakukan dengan teknik menggali batu-batu besar keluar. Blok besar di tengah itulah yang menjadi bagian kuil yang terekspos ke udara. Pekerjaan detail, seperti ukiran, ornament-ornamen, dan motif-motif, yang bersifat halus baru kemudian dilakukan.
Keistimewaan lain dari Kailasa Temple adalah dengan adanya fakta bahwa seluruh kuil dicat dengan warna-warna cerah, di samping penggaliannya yang luar biasa. Adanya sisa-sisa warna pada bagian atap menunjukkan kuil diberi dasar warna putih dengan garis-garis merah, biru dan kuning yang menunjukkan permainan warna bukan dimulai pada jaman kuil-kuil Brahma beralih ke baroque.