BAGIKAN
Pietro Pajetta - Der Hass - 1896

Di tahun 1987, terjadi dua kasus pembunuhan terhadap dua orang gadis di Inggris. Namun, saat itu tidak terungkap siapa pembunuhnya dan bahkan tidak dapat mengendus bahwa keduanya sebenarnya dilakukan oleh seorang pembunuh yang sama.

Para korban, Wendy Knell dan Caroline Pierce, tinggal di kota yang sama tetapi kematian mereka tampaknya berbeda. Knell dibunuh terlebih dahulu: dia ditemukan di tempat tidurnya, dipukuli dan dicekik – menurut polisi setempat, dia telah diperkosa selama atau setelah kematiannya. Sementara Pierce, terbunuh sekitar lima bulan kemudian. Tubuhnya ditemukan di bawah air di tanggul pinggir jalan – dia telah diculik dari rumahnya dari tiga minggu sebelumnya. Dia juga telah diserang secara seksual  dan kekerasan fisik.

Melansir Iflscience, polisi menduga kedua pembunuhan itu terhubung, tetapi mereka tidak dapat membuktikannya saat itu.

Pada tahun 1999, forensik DNA telah berkembang. Polisi setempat meninjau kembali kasus itu dan untuk pertama kalinya mampu membangun profil DNA secara utuh dari pembunuh Knell berdasarkan bukti yang tertinggal di seprainya. Namun, saat itu pencarian di Database DNA Nasional Inggris tidak menemukan kecocokan.

Butuh 20 tahun lagi untuk menghubungkan Pierce dengan kasus ini. Sampel DNA parsial akhirnya bisa diekstraksi dari air mani yang ditemukan di celananya – satu-satunya pakaian saat ia ditemukan – meskipun mayatnya telah terendam di bawah air selama tiga minggu. Ternyata, DNA-nya cocok dengan sampel yang ditemukan di rumah Knell.

Terlebih lagi di tahun 2019, kemajuan teknik forensik semakin pesat. Alih-alih harus memeriksa bukti DNA terhadap Database Nasional dengan harapan bahwa si pembunuh sendiri telah masuk ke dalam sistem, DNA keluarga memungkinkan penyelidik untuk mengidentifikasi orang-orang yang merupakan kerabatnya.

DNA keluarga, memungkinkan para penyelidik untuk menurunkan 6,5 juta profil pada database DNA nasional yang pada akhirnya akan mengidentifikasi si pembunuh. Setelah menyaring berbagai nama dan kesesuaian, akhirnya tertuju pada seorang saudara si pembunuh dan didapatkan sebuah nama tersangka utama.

Di tengah persidangan pengadilan, David Fuller, seorang tukang listrik di rumah sakit berusia 67 tahun akhirnya mengaku bersalah.

Fuller adalah usia yang tepat dan di area yang tepat pada waktu yang tepat – polisi bahkan menemukan catatan harian yang menggambarkan kunjungannya ke tempat kerja perempuan. Mereka menemukan foto Fuller yang mengenakan merek dan ukuran sepatu yang sama yang meninggalkan jejak kaki di lokasi pembunuhan Knell, dan menemukan rute bersepeda yang akan dia ambil melewati lokasi ditemukannya mayat Pierce.

Bahkan, dari penelusuran lebih jauh menemukan empat juta gambar pelecehan seksual yang tersimpan di sebuah harddisk berukuran lima terabyte. Ditambah 1.300 video dan CD, 34.000 foto, dan ratusan harddisk dan disket. Beberapa telah diunduh dari internet. Beberapa lainnya, bahkan difilmkan oleh Fuller sendiri yang ia rekan di kamar mayat tempat dia bekerja.

Kasus ini telah membuat polisi meningkatkan upaya untuk menemukan dan memberi tahu keluarga orang-orang yang telah dilecehkan oleh Fuller. NHS Inggris memerintahkan perwalian kesehatan untuk meninjau ulang protokol kamar mayat dan post-mortem.

“Saya ingin mengatakan atas nama Trust, betapa terkejut dan ngeri saya dengan aktivitas kriminal oleh David Fuller di kamar mayat rumah sakit kami yang telah terungkap di pengadilan,” kata Miles Scott, kepala eksekutif Maidstone dan Tunbridge Wells NHS Trust.

“Dan yang paling penting, saya ingin meminta maaf kepada keluarga mereka yang menjadi korban kejahatan mengerikan ini.”

Mungkin saja Fuller mengidap suatu kelainan yang dikenal sebagai necrofilia. Penyimpangan seksual yang berhasrat pada mayat atau orang-orang yang sudah mati.