BAGIKAN
Chip implan antarmuka otak-komputer (BrainGate)

Chip implan yang ditanamkan di otak seorang pria penderita lumpuh dari bawah leher, telah membantunya untuk menulis teks di layar komputer. Perangkat ini adalah sebuah antarmuka otak-komputer (BCI), yang menggunakan kecerdasan buatan untuk menafsirkan aktivitas sinyal saraf yang dihasilkan selama menulis dengan tangan.

Pria berusia 65 tahun ini, telah menderita kelumpuhan sejak lebih dari sepuluh tahun. Sejak itu ia tidak dapat menggerakkan seluruh anggota tubuhnya, termasuk menggerakkan tangannya untuk menulis.

Dalam percobaan, setelah perangkat yang dikembangkan ditanamkan pada otak, pria ini cukup membayangkan bahwa dirinya benar-benar sedang menuliskan sesuatu. Elektroda yang ditanamkan di korteks motoriknya merekam sinyal aktivitas di otaknya. Kemudian sinyal ini diterjemahkan oleh suatu algoritme yang berjalan di sebuah komputer.

“Sistem baru ini menggunakan aktivitas saraf yang kaya yang direkam oleh elektroda intrakortikal dan kekuatan model bahasa yang ketika diterapkan pada huruf yang didekodekan secara saraf, dapat membuat tulisan dengan cepat dan akurat,” kata penulis utama Frank Willett dari Universitas Stanford.

Dalam pengujian, pria tersebut mampu mencapai kecepatan menulis 90 karakter per menit (sekitar 18 kata per menit), dengan akurasi sekitar 94 persen (dan akurasi hingga 99 persen dengan koreksi otomatis diaktifkan).

Kecepatan itu tidak hanya jauh lebih cepat daripada eksperimen BCI sebelumnya (menggunakan sesuatu seperti keyboard virtual), tetapi juga hampir setara dengan kecepatan mengetik pengguna ponsel cerdas dalam kelompok usia pria tersebut – yaitu sekitar 115 karakter atau 23 kata per menit, para peneliti mengatakan.

Pada dasarnya, para peneliti mengatakan bahwa huruf abjad sangat berbeda satu sama lain dalam bentuk, sehingga AI dapat memecahkan kode niat pengguna lebih cepat saat karakter digambar, dibandingkan dengan sistem BCI lain yang tidak menggunakan lusinan input berbeda dalam cara yang sama.

Tulisan tangan imajiner pria itu, sebagaimana ditafsirkan oleh sistem. (Frank Willett)

“Kami telah belajar bahwa otak mempertahankan kemampuannya untuk meresepkan gerakan-gerakan halus satu dekade penuh setelah tubuh kehilangan kemampuannya untuk melakukan gerakan-gerakan itu,” kata Willett .

“Dan kami telah belajar bahwa gerakan rumit yang dimaksudkan yang melibatkan perubahan kecepatan dan lintasan melengkung, seperti tulisan tangan, dapat ditafsirkan lebih mudah dan lebih cepat oleh algoritme kecerdasan buatan yang kami gunakan daripada gerakan sederhana seperti menggerakkan kursor di jalur lurus dengan kecepatan tetap.”

Sistem ini sangat cepat karena setiap huruf memunculkan pola aktivitas yang sangat berbeda, sehingga relatif mudah bagi algoritme untuk membedakan satu dari yang lainnya, kata Willett.

Perangkat ini merupakan hasil kolaborasi para peneliti dalam sebuah organisasi yang dikenal dengan BrainGate. Hasilnya, telah diterbitkan di jurnal Nature.